Welcome to blog Ainul Indah

Selasa, 08 Mei 2018

Ulama Dinasti Abbasiyah Bagian kedua


a.      Imam Abu Dawud

Nama lengkapnya, Sulaiman bin Al-Asy’as bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin ‘Amr Al-Azdi As-Sijistani, dilahirkan pada tahun 202 H/817 M di Sijistan. Sejak kecil,  Abu Dawud sudah mencintai ilmu dan para ulama.Belum cukup dewasa, sudah mengunjungi dan mengelilingi berbagai negeri  seperti Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Jazirah, Sagar, Khurasan dan negeri-negeri lain,  untuk belajar Hadist dari para ulama. Hadist-Hadist yang diperolehnyadisaring dan hasil penyaringannya dibukukan dalam kitab As-Sunan.

Abu Dawud mengunjungi Baghdad berkali-kali untuk mengajarkan Hadist dan fiqh kepada penduduk dengan menggunakan  kitab Sunan sebagai pegangannya. Kitab Sunan karyanya itu  dipuji oleh Ahmad bin Hanbal, ulama fiqh termasyhur dalam empat Imam Madzhab.

Kemudian Abu Dawud menetap di Basrah atas permintaan gubernur setempat yang menghendaki supaya Basrah menjadi  pusat bagi para ilmuwan dan peminat Hadist.

Para ulama yang menjadi guru Imam Abu Dawud sangat  banyak jumlahnya,  diantaranya Ahmad bin Hanbal, Al-Qa’nabi, Abu ‘Amr Ad-Darir, Muslim bin Ibrahim, Abdullah bin Raja’, Abu’l  Walid At-Tayalisi dan lain-lain. Sebahagian dari  gurunya ada  yang menjadi guru Imam Bukhari dan Imam Muslim, seperti Ahmad bin Hanbal, Usman bin Abi Syaibah dan Qutaibah bin Sa’id. Adapun para ulama yang menjadi muridnya atau mengambil ilmunya, antara lain Abu ‘Isa At-Tirmidzi, Abu Abdur Rahman An-Nasa’i, putranya sendiri Abu Bakar bin Abu Dawud, Abu Awanah, Abu Sa’id al-A’rabi, Abu Ali al-Lu’lu’i, Abu Bakar bin Dassah, Abu Salim Muhammad bin Sa’id al-Jaldawi dan lain-lain.

Abu Dawud adalah  salah seorang ulama  besar yang  prilakunya wara’, saleh dan bijksana. Sifat-sifat mulianya  diungkapkan oleh sebahagian ulama dengan menyatakan:

Abu Dawud menyerupai Ahmad bin Hanbal dalam perilakunya, ketenangan jiwa dan kebagusan pandangannya serta keperibadiannya. Ahmad dalam sifat-sifat ini menyerupai Waki’, Waki menyerupai Sufyan as-Sauri, Sufyan menyerupai Mansur, Mansur menyerupai Ibrahim An-Nakha’i, Ibrahim menyerupai ‘Alqamah dan ia menyerupai Ibnu Mas’ud. Sedangkan Ibnu Mas’ud sendiri menyerupai Nabi SAW dalam sifat-sifat tersebut.”

Imam Abu Dawud menulis  banyak  kitab Hadist, antara lain:Kitab As-Sunnan (Sunan Abu Dawud), Kitab Al-Marasil. Kitab Al-Qadar, An-Nasikh wal-Mansukh, Fada’il al-A’mal, Kitab Az-Zuhd. Dala’il an-Nubuwah, Ibtida’ al-Wahyu, Ahbar al-Khawarij. Kitabnya yang banyak dikenal di kalangan umat muslim Indonesia adalah Kitab As-Sunan Abu Dawud. Abu Dawud meninggal di Basrah pada tanggal 16 Syawwal 275 H/889M. 72 thn.

b.      Imam At-Tirmidzi

Imam Tirmidzi banyak mengarang kitab diantaranya, Kitab Al-ilal, Kitab Asma Ash-Shahabah, Kitab Al-Asma’ Al-Kuna, dan yang terkenal adalah Kitab As-Sunan. Dalam bab Hadist Hasan disebutkan  bahwa Sunan At-Tirmidzi adalah induk Hadist Hasan. Dalam kitab tersebut ada empat bagian: pertama bagian yang dipastikan kesahihannya, kedua bagian yang mencapai syarat, Abu Daud dan An-Nasai’, ketiga bagian yang jelas illatnya,  keempat dalam hal yang ia terangkan dalam katanya sendiri. ‘’Yang kutakhrijkan dalam kitabku ini adalah Hadist yang telah diamalkan oleh sebagian ulama’’.

Diantara keistimewaan kitab As-Sunan adalah yang diisyaratkan oleh Abdullah bin Muhammd Al-Anshari dengan ucapan beliau: ‘kitab At-Tirmidzi bagiku  lebih terang dari pada kitab Al-Bukhari dan Muslim’.  Kitab At-Tirmidzi menurutnya bisa dicapai oleh setiap orang, baik ahli fiqih ahli Hadist atau ahli yang lainnya.

Setelah menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat, berdiskusi,  bertukar pikiran dan mengarang  pada ahir hidupnya dia menderita penyakit buta, beberapa tahun lamanya. Dalam keadaan seperti inilah Imam At-Tirmidzi kemudian meninggal. Ia wafat di Tirmidzi pada malam Senin, 13 Rajab tahun 279 H/8 Oktober 892 dalam usia 70 tahun.

c.      Imam An-Nasa’i

Nama lengkapnya Abu Abdurrahman bin Syu’aib bin Ali Ibnu Abi Bakar Ibnu Sinan an-Nasai,  lahir pada tahun 215 H.  Dikenal dengan nama  Nasa’i dinisbatkan dengan kota Nasa’i , salah satu kota di Khurasan. Imam Nasi’i menerima Hadist dari Sa’id, Ishaq bin Rahawahih dan ulama-ulama lain dari tokoh Hadist  di Khurasan, Hijaz,  Irak, Mesir, Syam dan Jazirah Arab.

Imam Nasa’i terkenal karena ketinggian sanad Hadistnya. Kitab SunanAn-Nasa’i  mengandung lebih sedikit Hadist  Dhaifnya,  setelah Hadist Sahih Bukhari dan Shahih Muslim.  Diantara para gurunya  adalah  Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Ibrahim, Ishaq bin Rahawaih  Al-Harist bin Miskin, Ali bin Kasyram, Imam Abu Daud, dan Imam Abu Isa At-Tirmidzi. Adapun ulama-ulama  yang pernah berguru  kepadanya diantaranya: Abu Al-Qasim At-Tabarani (pengarang  kitab Mu’jam),  Abu Ja’far At-Thahawi, Al-Hasan bin Al-Khadir As-Suyuti, Muhammad bin Muawiyah bin Al-Ahamr An-Dalusi, Abu Naashr Al-Dalaby, dan Abu Bakar bin Ahmad As-Sunni.

Kitab-kitab Hadist karya Iman An-Nasa’i diantaranya: As-Sunan  al-Kubra yang dikenal dengan Sunan An-Nasa’i, As-Sunan al-Mujtaba, Kitab at-Tamyiz,  Kitab Adh-Dhu’afa, Khasa’is Ali, Musnad Ali, Musnad Malik dan  Manasik al-Hajji . Imam An-Nasa’i wafat pada tahun 303 H/915 M  dan dimakamkan di Bait Al-Maqdis, Palestina.

d.      Imam Ibnu Majjah

Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah Ar-Rabi’i Al-Qazwini. Lebih akrab dipanggil Ibnu Majah. Ibnu Majah terkenal kejujuran dan akhlak mulianya. Dilahirkan di Qazwin, Irak pada 209 H/824 M. Sebutan Majah dinisbahkan kepada ayahnya, Yazid, yang juga dikenal dengan nama Majah Maula Rab’at. Ibnu Majah mulai belajar sejak usia remaja dan menekuni bidang ilmu Hadis pada usia 15 tahun kepada seorang guru ternama Ali bin Muhammad At-Tanafasi. Bakat dan minatnya di bidang Hadis makin besar. Hal inilah yang membuat Ibnu Majah berkelana ke beberapa daerah dan negara guna mencari, mengumpulkan, dan menulis Hadist. Puluhan negeri telah ia kunjungi, antara lain Rayy (Teheran), Basra, Kufah, Baghdad, Khurasan, Suriah, Mesir  dan Hijaz. Ia menerima Hadist dari para ulama Hadist di tempat-tempat yang dikunjunginya diantaranya dari Abu Bakar bin Abi Syaibah, Muhammad bin Abdullah bin Numayr, Hisyam bin Ammar, Ahmad bin Al-Azhar, Basyar bin Adam, dan para pengikut perawi dan ahli Hadis, Imam Malik serta Al-Lays.Juga dari Ishaq bin Muhammad, Ali bin Ibrahim bin Salamah Al-Qattan, Ahmad bin Ibrahim, dan sebagainya

Melalui pertemuannya dengan berbagai ulama Hadist di berbagai tempat inilah, Ibnu Majah dapat menghimpun dan menulis puluhan bahkan ratusan Hadis dari sumber-sumber yang dipercaya  kesahihannya.

Sepanjang hayatnya, Imam Ibnu Majah telah menulis puluhan buku, baik dalam bidang Hadist, sejarah, fikih, maupun tafsir. Di bidang tafsir, antara lain menulis Tafsir Al-Qur’anul Karim. Di bidang sejarah, At-Tariikh, yang memuat biografi para perawi Hadist sejak awal hingga ke masanya.  Adapun karyanya yang paling  monumental dan populer di kalangan Muslim dan literatur klasik adalah kitab di bidang Hadist  berjudul Kitab Sunan Ibnu Majah. Menurut Muhammad Fuad Abdul Baqi, penulis buku Mu’jam Al-Mufahras li Alfaz Alquran (Indeks Alquran), jumlah Hadist dalam kitab Sunan Ibnu Majah berjumlah 4.241 buah Hadis.

Kontribusinya di bidang ilmu-ilmu Islam itu, khususnya bidang ilmu Hadis, banyak mendapat pujian dari para ulama besar lainnya. Abu Ya’la Al-Khalili Al-Qazwini mengatakan,   Ibnu Majah adalah seorang  yang terpercaya, yang disepakati tentang kejujurannya, dapat dijadikan pdoman pendapat-pendapatnya. Ia mempunyai pengetahuan luas dan banyak menghafal Hadist’. Begitu juga  Ibnu Katsir, ulama Tafsir termasyhur  mengatakan dalam kitabnya, Al-Bidayah: “Muhammad bin Yazid (Ibnu Majah) adalah pengarang kitab sunan yang masyhur. Kitabnya itu merupakan bukti atas amal dan ilmunya, keluasan pengetahuan dan pandangannya, serta kredibilitas dan loyalitasnya kepada Hadis dan usul serta furu’.”

Ibnu Majah meninggal pada tanggal 22 Ramadhan 273 H/887 M, di tanah kelahirannya, Qazwin, Irak.
Sumber: Buku SKI Kelas VIII Kurikulum 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar