Ayyubiyah adalah sebuah dinasti sunni yang berkuasa di Mesir, Suriah, sebagian Yaman, Irak, Mekah, Hejaz dan Dyarbakir. Dinasti Ayyubiyah didirikan oleh Salahuddīn al-Ayyubi. Penamaan al-Ayyubiyah dinisbatkan kepada nama belakangnya Al-Ayyubi, diambil dari nama kakeknya yang bernama Ayyub. Nama besar dinasti ini diperoleh sejak Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi berhasil mendirikan kesultanan yang bermazhab Sunni, menggantikan kesultanan Fathimiyah yang bermazhab Syi’ah.
Salahuddīn Al-Ayyubi
memulai karir politiknya ketika ia masih muda. Ketika itu Sang Ayah yang
bernama Najmuddin bin Ayyub menjabat sebagai komandan pasukan di kota Ba’labak
(sebelah utara Suriah). Najmuddin bin Ayyub ditunjuk menjadi komandan oleh panglima yang berkuasa saat itu
yaitu Nuruddin Zanki.
Pada tahun 1164 M,
Shalahuddin Al-Ayyubi mengikuti ekspedisi pamannya Asaduddin Syirkuh ke Mesir.
Lima tahun kemudian tepatnya pada tahun 1169 M, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi
diangkat menjadi wazir (Gubernur) oleh penguasa Dinasti Fathimiyah dalam usia 32 tahun, menggantikan
pamannya Asaduddin Syirkuh yang wafat setelah dua bulan menjabat sebagai wazir.
Sebagai
Perdana Menteri Shalahuddin mendapati gelah Al-Malik
An-Nasir artinya ‘penguasa yang bijaksana’.
Setelah
Khalifah al-Adid (Khalifah Dinasti Fatimah) yang terakhir wafat pada tahun 1171
M, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi berkuasa penuh untuk menjalankan peran keagamaan
dan politik. Maka sejak saat itulah Dinasti Ayyubiyah mulai berkuasa hingga
sekitar 75 tahun lamanya.
Setelah Shalahudin menguasai Dinasti Fathimiyah, ia
menghapus tradisi mendoakan khalifah Fathimiyah dalam khutbah Jum’at dan menggantinya dengan mendoakan
khalifah Dinasti Abbasiyah yaitu Al-Mustadhi yang berkuasa
sejak 566-575H/ 1170-1180M. Namun ia tidak
mengusik atau melarang rakyat yang mengikuti faham Syi’ah.
Kemudian pada bulan Mei tahun 1175M, sejak Dinasti Ayyubiyah berkuasa di Mesir,
khalifah Abbasiyah, Al-Mustadhi memberikan beberapa daerah seperti Yaman,
Palestina, Suriah Tengah, dan Maghribi kepada Shalahuddin. Shalahuddin mendapat
pengakuan dari Khalifah Abbasiyah
sebagai penguasa Mesir, Afrika Utara, Nubia, Hejaz, dan Suriah Tengah.
Satu dasa warsa (sepuluh tahun) kepemimpinannya kemudian ia berhasil
menaklukkan Mesopotamia (Iran) dan berhasil mengangkat para penguasa setempat
menjadi pemimpinnya.
A. TOKOH-TOKOH PENGUASA DINASTI AL-AYYUBIYAH
|
Selama lebih
kurang 75 tahun dinasti Al-Ayyubiyah berkuasa, terdapat 9 orang penguasa yakni sebagai
berikut:
1. Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi (564-589
H/ 1171-1193 M)
2.
Malik Al-Aziz Imaduddin
(589-596 H/1193-1198 M)
3.
Malik Al-Mansur Nasiruddin (595-596 H/ (1198-1200
M)
4.
Malik Al-Adil Saifuddin (596-615 H/1200-1218 M)
5.
Malik Al-Kamil Muhammad (615-635 H/ 1218-1238 M)
6.
Malik Al-Adil Saifuddin (635-637 H/ 1238-1240 M)
7.
Malik As-Saleh Najmuddin (637-647 H/ 1240-1249 M)
8.
Malik al-Mu’azzam Turansyah (647 H/ 1249-1250 M)
9.
Malik al-Asyraf Muzaffaruddin (647-650 H/ 1250-1252 M)
Diantara urutan 9 (sembilan) penguasa tersebut terdapat beberapa penguasa yang menonjol,
yaitu: Shalahuddin
Yusuf Al-Ayyubi (1171-1193 M), Malik Al-Adil Saifuddin, pemerintahan I (1200-1218 M), dan Malik
Al-Kamil Muhammad (1218-1238 M)
1.
Malik
Al-Adil Saifuddin, pemerintahan I (596-615 H /1200-1218 M)
Sering
dipanggil Al-Adil, nama lengkapnya Al-Malik Al-Adil Saifuddin Abu Bakar bin
Ayyub, menjadi penguasa ke 4 Dinasti Ayyubiah yang memerintah pada tahun 596-615 H/1200-1218 M berkedudukan di Damaskus.
Beliau putra Najmuddin Ayyub yang merupakan saudara muda Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi, dia menjadi Sultan menggantikan
Al-Afdal yang tewas dalam peperangan.
Al-Adil merupakan seorang pemimpin
pemerintahan dan pengatur strategi yang berbakat dan efektif.
Prestasi Al Malik Al-Adil antara lain :
1.
Antara tahun
1168 – 1169 M mengikuti pamannya ( Syirkuh ) ekspedisi militer ke Mesir
2. Tahun 1174 M, menguasai Mesir atas nama Salahuddin Yusuf Al Ayyubi,
sedangkan Salahuddin Yusuf Al Ayyubi mengembangkan pemerintahan di Damaskus
3. Tahun 1169 M, dapat memadamkan pemberontakan orang-orang Kristen Koptik di
Qift-Mesir
4. Pada tahun 1186-1195 M, kembali ke Mesir untuk memerangi pasukan Salib
5.
Pada tahun
1192-1193 M, menjadi gubernur di wilayah utara Mesir
6.
Pada tahun 1193
M, menghadapai pemberontakan Izzuddin di Mosul
7.
Menjadi
gubernur Syiria di Damaskus
8.
Menjadi Sultan
di Damaskus
2.
Malik
Al-Kamil Muhammad (1218-1238 M)
Nama lengkap Al-Kamil, adalah
Al-Malik Al-Kamil Nasruddin Abu Al-Maali Muhammad. Al-Kamil adalah putra dari Al-Adil. Pada tahun 1218 Al-Kamil
memimpin pertahanan menghadapi pasukan salib yang mengepung kota Dimyat
(Damietta) dan kemudian menjadi Sultan setelah ayahnya wafat. Pada tahun 1219,
hampir kehilangan tahta karena konspirasi kaum Kristen koptik. Al-Kamil
kemudian pergi ke Yaman untuk menghindari konspirasi itu, dan konspirasi itu
berhasil dipadamkan oleh saudaranya bernama Al-Mu’azzam yang menjabat sebagai
Gubernur Suriah.
Pada
bulan Februari tahun 1229 M, Al-Kamil menyepakati perdamaian selama 10 tahun
dengan Frederick II, yang berisi antara lain:
a. Ia
mengembalikan Yerusalem dan kota-kota suci lainnya kepada pasukan salib
b. Kaum muslimin dan Yahudi dilarang memasuki kota itu
kecuali di sekitar Masjidil Aqsa dan Majid Umar.
Selain itu
beberapa peristiwa yang
dialami Al-Malik Al-Kamil, antara lain:
1.
Panglima
Shalahuddin Al-Ayyubi http://generasimuslimprestasi.blogspot
|
2. Menjadi Sultan Dinasti Ayyubiyah pada tahun 1218 M, menggantikan Al-Adil yang meninggal
3. Pada tahun 1219 M, ia hampir kehilangan tahtanya.
4. Pada tahun 1219 M, kota Dimyat akhirnya jatuh ke tangan orang-orang Kristen
5. Al-Kamil telah beberapa kali menawarkan perdamaian dengan pasukan Salib yaitu
dilakukan perjanjian damai dengan imbalan:Mengembalikan Yerussalem kepada
pasukan Salib.
6. Membangun kembali tembok di Yerussalem yang dirobohkan oleh Al-Mu’azzam
saudaranya.
7. Mengembalikan salib asli yang dulu terpasang di Kubah batu Baitul Maqdis
kepada orang Kristen.
Al-Kamil meninggal dunia pada tahun 1238 M.
Kedudukannya sebagai Sultan digantikan oleh Salih Al-Ayyubi.
C. PENGUASA
AYYUBIAH TERKENAL, SHALAHUDDIN AL-AYYUBI
|
1. Biografi Shalahuddin Al-Ayyubi(564-589 H/ 1171-1193
M)
Abu al-Abbas al-Saffah
Sumber : http://medievalhistoryfacebook.wikispaces.com
|
Pendidikan masa
kecilnya, Shalahuddin dididik ayahnya untuk menguasai sastra, ilmu kalam,
menghafal Al Quran dan ilmu hadits di madrasah. Dalam buku-buku sejarah
dituturkan bahwa cita-cita awal Shalahuddin ialah menjadi orang yang ahli
di bidang ilmu-ilmu agama Islam (ulama). Ia senang berdiskusi tentang ilmu
kalam, Al-Qur’an, fiqih, dan hadist.
Selain mempelajari ilmu-ilmu agama,
Shalahuddin mengisi masa mudanya dengan menekuni teknik perang, strategi,
maupun politik. Setelah itu, Shalahuddin melanjutkan pendidikannya di Damaskus
untuk mempelajari teologi Sunni selama sepuluh tahun, dalam lingkungan istana Nuruddin.
Dari kecil sudah terlihat karakter kuat Salahudin yang
rendah hati, santun serta penuh belas kasih. Salahudin tumbuh di lingkungan
keluarga agamis dan dalam lingkungan keluarga ksatria.
Dunia kemiliteran
semakin diakrabinya setelah Sultan Nuruddin menempatkan ayahnya sebagai kepala
divisi milisi di Damaskus dan pada umur 26 tahun, Shalahuddin bergabung dengan
pasukan pamannya (Asaduddin Syirkuh), dalam memimpin pasukan muslimin ke
Mesir atas tugas dari gubernur Suriah (Nuruddin Zanki), untuk membantu perdana
menteri Dinasti Fathimiyah (Perdanana Menteri Syawar) menghadapi pemberontak
Dirgam. Misi tersebut berhasil Perdana menteri Syawar kembali kepada
kedudukannya semula tahun 560 H/1164 M.
Tiga tahun kemudian,
Nuruddin Zanki kembali menugaskan Panglima Asaduddin Syirkuh dan Shalahuddin
Yusuf Al-Ayyubi untuk menaklukkan Mesir. Hal ini dikarenakan Perdana Menteri
Syawar telah mengadakan perjanjian dengan Amauri, Panglima tentara Salib, yang
dulu pernah membantu Dirgam. Perjanjian tersebut dipandang membahayakan posisi
Suriah dan umat Islam pada umumnya.Setelah penyerangan kelima kali, tahun 1189 Mesir dapat
dikuasai. Shirkuh kemudian meninggal. Selanjutnya Salahudin diangkat
oleh Nuruddin menjadi pengganti Shirkuh. Pada tahun
1169 ia diangkat sebagai wazir atau panglima gubernur menggantikan pamannya.
Makam Salahudin Al-Ayubi
http://bujangmasjid.blogspot.com
|
Shalahudin berangkat ke Damaskus
untuk mengucapkan bela sungkawa. Kedatangannya banyak disambut
dan dielu-elukan. Shalahuddin yang santun berniat untuk menyerahkan
kekuasaan kepada raja yang baru yang
masih belia ini. Pada tahun itu juga raja muda ini
sakit dan meninggal. Posisinya digantikan oleh Salahudin yang diangkat menjadi
pemimpin kekhalifahan Suriah dan Mesir.
Tiga tahun kemudian, ia menjadi
penguasa Mesir dan Syria menggantikan Sultan Nuruddin yang wafat. Suksesi yang
ia lakukan sangat terhormat, yaitu dengan menikahi janda mendiang Sultan demi
menghormati keluarga dinasti sebelumnya. Ia memulai dengan revitalisasi
ekonomi, reorganisasi militer, dan menaklukan Negara-negara muslim kecil untuk
dipersatukan melawan pasukan salib.
Impian
bersatunya bangsa muslim tercapai setelah pada September 1174, Shalahuddin
berhasil menundukkan Dinasti Fatimiyah di Mesir untuk patuh pada kekhalifahan
Abbasiyah di Baghdad. Dinasti Ayyubiyah akhirnya berdiri di Mesir menggantikan
dinasti sebelumnya yang bermazhab syi’ah.
Pada usia 45 tahun, Shalahuddin telah
menjadi orang paling berpengaruh di dunia Islam. Selama kurun waktu 12 tahun,
ia berhasil mempersatukan Mesopotamia, Mesir, Libya, Tunisia, wilayah barat
jazirah Arab dan Yaman di bawah kekhalifahan Ayyubiyah. Kota Damaskus di Syria
menjadi pusat pemerintahannya.
Shalahuddin
meninggal di Damaskus pada tahun 1193 M dalam usia 57 tahun.
D. KETELADANAN
SHALAHUDDIN AL-AYYUBI
|
1.
Kepemimpinan
Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi
juga tidak membuat kekuasaan terpusat di
Mesir. membagi wilayah kekuasaannya kepada saudara-saudara dan keturunannya,
sehingga melahirkan beberapa cabang dinasti Ayyubiyah sebagai berikut:
1. Kesultanan
Ayyubiyah di Mesir
2. Kesultanan
Ayyubiyah di Damaskus
3.
Keamiran Ayyubiyah di Aleppo
4. Kesultanan
Ayyubiyah di Hamah
5. Kesultanan
Ayyubiyah di Homs
6. Kesultanan
Ayyubiyah di Mayyafaiqin
7. Kesultanan
Ayyubiyah di Sinjar
8. Kesultanan
Ayyubiyah di Hisn Kayfa
9. Kesultanan
Ayyubiyah di Yaman
10. Keamiran
Ayyubiyah di Kerak
Dalam
kegiatan perekonomian, ia bekerja sama
dengan penguasa muslim di wilayah lain dan menggalakan perdaganggan dengan
kota-kota di laut tengah, lautan Hindia dan menyempurnakan sistem perpajakan.
Selain itu,
Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dianggap sebagai pembaharu di Mesir karena dapat
mengembalikan mazhab sunni. Untuk keberhasilannya, Khalifah al-Mustadi dari
Bani Abbasiyah memberi gelar Al-Mu’izz li
Amiiril mu’miniin (penguasa yang mulia). Khalifah Al-Mustadi juga
memberikan Mesir, Naubah, Yaman, Tripoli, Suriah dan Maghrib sebagai wilayah
kekuasaan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi pada tahun 1175 M. sejak saat itulah
Shalahuddin dianggap sebagai Sultanul
Islam Wal Muslimiin (Pemimpin umat Islam dan kaum muslimin).
2.
Keperwiraan
Kehidupan
Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi penuh dengan perjuangan dalam rangka menunaikan
tugas negara dan agama. Perang yang dilakukannya dalam rangka membela negara
dan agama. Shalahuddin seorang kesatria dan memiliki toleransi yang tinggi.
a. Ketika menguasai Iskandariyah, tetap
mengunjungi orang-orang Kristen
b. Ketika perdamaian tercapai dengan
tentara salib, ia mengijinkan orang-orang kristen berziarah ke Baitul Makdis.
Sebagai
khalifah pertama Dinasti Ayyubiyah, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi berusaha untuk
menyatukan propinsi-propinsi Arab terutama di Mesir dan Syam pada satu daulah
kekuasaan. Usaha Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi ini banyak mendapat tantangan dari
orang-orang yang kedudukannya merasa terancam dengan kepemimpinannya. Maka
usaha-usaha yang dilakukan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi pertama kali adalah
menumpas segala bentuk pemberontakan dan memperluas wilayah kekuasaannya dengan
tujuan agar kekuatan umat Islam terorganisir dengan baik dan mampu menangkal
musuh. Usaha-usaha tersebut adalah:
a. Memadamkan pemberontakan Hajib, kepala rumah tangga
Khalifah Al-Adhid, sekaligus perluasan wilayah Mesir sampai selatan Nubiah (568
H/1173 M)
b. Perluasan wilayah Al-Ayyubiyah ke Yaman (569 H/1173 M)
c. Perluasan wilayah Al-Ayyubi ke Damaskus dan Mosul (570
H/1175 M).
Tujuan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi
menyatukan Mesir, Suriah, Nubah, Yaman, Tripoli, dan wilayah-wilayah yang
lainnya di bawah komando Al-Ayyubiyah adalah terjadinya koalisi umat Islam yang
kuat dalam melawan gempuran-gempuran tentara salib. Usaha-usaha yang dilakukan
oleh Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi tersebut menuai hasil yang gemilang.
Perang
Salib yang terjadi pada masa Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi adalah Perang Salib
periode kedua yang berlangsung sekitar tahun1144-1192 M. Periode ini disebut periode reaksi umat
Islam, terutama bertujuan membebaskan kembali
Baitul Maqdis (Al-Aqsha).
Berikut peperangan
terpenting yang telah dilalui oleh Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi:
a. Pertempuran Shafuriyah (583 H/1187 M)
b. Pertempuran Hittin ( Bulan Juli 583 H/1187 M)
c. Pembebasan Al-Quds/Baitul Maqdis (27 Rajab 583 H/1187
M).
Shalahuddin
Yusuf Al-Ayyubi adalah pahlawan besar bagi umat Islam. Kecintaannya terhadap
agama dan umat Islam telah menempatkan sebagian lembaran hidupnya untuk
menegakkan harga diri umat Islam.
Kehadiran Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dalam perang salib merupakan
anugerah. Strategi yang dikembangkan oleh Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dalam
membangun koalisi umat Islam benar-benar telah menyatukan kekuatan umat Islam
dalam membela agamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar