1. Sistem Pemerintah
Agar semua kebijakan pemerintahan berjalan dengan baik dan lancar, kekhalifahan Dinasti Abbasiyah memperbaharui administrasi pemerintahan, sistem politik dan tatanan kemiliteran. Kalifah Al-Mansur, melakukan perbaikan administrasi pemerintahan guna meningkatkan pelayanan publik melalui sistem koordinasi dan kerja sama lintas sektoral, misalnya kerjasama antara Qadhi dengan polisi rahasia, dewan pajak dan kepala jawatan pos. Khalifah Al-Mahdi, membuat dewan korespondensi/kearsipan (dewan at-tawqi) yang menangani surat menyurat dan ketetapan khalifah, dewan pengawas (dewan az-zimani), dewan penyelidik kekuasaan, depertemen kepolisian dan pos, dan pengadilan tingkat tinggi. Khalifah Harun Ar-Rasyid melengkapi dengan melakukan perbaikan pengelolaan Baitul Maal untuk kepentingan masyarakat yang membutuhkan.
Pada masanya juga membentuk
departemen pertahanan dan keamanan, disebut diwanul
jundi untuk mengatur organisasi militer dan berbagai hal yang berkaitan dengan
kemiliteran dan pertahanan keamanan. Organisasi militer
terdiri dari pengawal khalifah (haras), pasukan tetap (jund), pasukan sukarela
(thawwi’ah), dan pasukan reguler yang
terdiri dari pasukan infanteri (harbiyyah), pasukan pemanah (ramiyah), dan pasukan kavaleri (fursan). Semua pasukan ini didominasi oleh
orang-orang Persia, bukan bangsa Arab.Ada juga dari para relawan yang direkrut dari orang Badui, para petani, dan orang kota melalui disiplin tinggi dan pelatihan militer. Karenanya pada masa Ar-Rasyid kekuatan militernya sangat dikagumi dan
disegani, menjadikan wilayah kekuasaan Dinasti Abbasiyah membentang dari Afrika Utara sampai Hindukush,
India.Afrika disebelah barat gurun Libya bersama dengan Sisilia, Mesir, Suriah,
palestina, Hijaz dan Yamamah, Yaman dan Arab Selatan, Bahrain dan Oman, Sawat
atau Irak. Adapun secara keseluruhan
wilayah kekuasaan Bani Abbasiyah masa kekhalifahan
Baghdad meliputi Saudi Arabia, Yaman, Oman, Uni Emirat Arab, Quait, Iraq, Iran,
Yordania, Palestina, Libanon, Mesir, Libia, Turki, Armenia, Tunisia, Al-Zajair,
Maroko, Spanyol, Afganistan, Pakistan dan sekitar daerah laut Kospra. Namun
seluruh daerah kekuasaan di atas tidak seluruhnya di bawah kekuasaan Abbasiyah,
seperti Andalusia (Spanyol), Afrika Utara, Syam, dan India, dan lainnya. Hal
ini dikarenakan dinasti ini menerapkan sistim demokrasi yang merata, bukan
dipegang oleh bangsa Arab sendiri. Sehingga setiap daerah memiliki wewenang
untuk memimpin daerahnya masing-masing.
2.
Sistem Politik
|
Sebagaimana
telah disebutkan pada tema silsilah kekhalifahan Dinasti Bani Abbasiyah, dimana
sejarawan membagi kepada 4 (empat) periode, maka sistem pemerintahan Dinasti
Abbasiyah pun berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial,dan budaya.
1) Pada Periode I atau periode pengaruh Arab dan Persia I, pada tahun 132-232
H/750-847 (seiring meninggalnya khalifah Al-Wasiq), sebagai berikut:
(1) Khalifah dibantu oleh wazir, gubernur, menteri, dan para panglima memegang
penuh kekuasaan.
(2) Kegiatan politik, sosial, ilmu pengetahuan dan kebudayaan berpusat di
ibu kota negara, Baghdad.
(3) Ilmu
pengetahuan dijadikan sebagai suatu hal yang sangat penting.
(4) Kebebasan
berpikir dijunjung tinggi dan diakui sepenuhnya.
(5) Para menteri
turunan Persia diberi hak yang penuh dalam menjalankan pemerintahan, sehingga
mereka memiliki peranan yang penting dalam membina peradaban Islam
2) Periode II atau periode pegaruh Turki I, yakni tahun 232-334 H/847-945 M
dimana Khalifah Al-Mutawakkil memegang kekhalifahan; Periode III
atau periode pengaruh Persia II (334-447 H/945-1055 M), yakni
kekuasaan dinasti Bani Buwaihi dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; Periode IV atau periode pengaruh
Turki II(447-590 H/1055-1194 M), yakni masa kekuasaan daulat Bani Seljuk dalam
pemerintahan khilafah Abbasiyah sampai datangnya pengaruh lain seperti invasi
dari bangsa Tar-Tar dan ekspansi bani Utsmani, sebagai berikut:
(1) Kekuasaan
khalifah mulai melemah, bahkan hanya sebatas lambang (formalitas) saja.
(2) Berdirinya
daulah Umayyah II di Andalusia yang mengangkat Abdurrahman Al-Nasir.
(3) Afrika Utara
terbagi menjadi daulah Idrisiyyah di Maroko, Aghlabiyah di Tunisia, dan
Ikhsyidiyah di Mesir.
(4) Kota Baghdad
tidak lagi menjadi pusat peradaban dan kota internasional
(5) Ilmu
pengetahuan semakin melesit dan berkembang seiring dengan keadaan politik dan
militer merosot.
(6) Golongan
Syiah Ismailiyah mendirikan daulah Fatimiyyah dan mengangkat Ubaidillah
al-Mahdi.
B.
Kemajuan Bidang Sosial, Ekonomi dan Budaya
|
1. Sistem Sosial
|
George Zaydan dalam bukunya Tamaddun al-Islam menggambarkan pada
masa Bani Abbasiyah, masyarakat terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelas
khusus dan kelas umum.
(a) Kelas khusus
terdiri dari:
1. Khalifah
2. Keluarga
Khalifah, Bani Hasyim
3. Para pejabat
negara
4. Para
bangsawan yang bukan Bani Hasyim, yaitu Bani Quraisy
5.
Para petugas
khusus seperti anggota tentara dan para pegawai istana
(b)
Kelas Umum
1.
Para seniman
2.
Para ulama,
fuqaha dan pujangga
3.
Para saudagar
dan pengusaha
4.
Para tukang dan
petani
Namun
demikian, untuk menciptakan keadilan sosial kekhalifahan Dinasti Abbasiyah
membuat kebijakan membentuk Badan Negara yang anggotanya terdiri dari wakil
semua golongan. Tugasnya untuk melayani masyarakat dari berbagai golongan.
Tidak ada perbedaan suku, kelas sosial dan agama. Di dalamnya para wakil golongan
bebas berpendapat di depan khalifah.
Dalam lindungan kebijakan ini
pula, masyarakat non muslim dilindungi dan diberikan hak-haknya sebagai warga
negara. Mereka bebas melaksanakan berbagai aktivitas keagamaannya. Bahkan
beberapa orang non muslim pernah menduduki jabatan penting di pemerintahan,
seperti Gabriel bin Bakhtishu.
b. Sistem
Ekonomi
|
Koin
masa Abbasiyah
Sumber:
en.wikipedia.org
|
Untuk mendukung kegiatan
perdagangan berbagai sarana pendukung didirikan seperti: membangun sumur dan
tempat-tempat istirahat di jalan-jalan yang dilewati kafilah dagang, membangun
armada-armada dagang, membangun armada
pertahanan laut untuk melindungi parta-partai negara dari serangan bajak
laut, dan lain-lain. Usaha-usaha tersebut sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan
perdagangan dalam dan luar negeri,
karena para kafilah-kafilah dagang
dapat leluasa melintasi segala
negeri, bahkan kapal-kapal dagang Abbasiyah dikenal mampu mengarungi tujuh
lautan.
Dalam bidang pengembangan perdagangan Khalifah membela dan menghormati
kaum petani, bahkan meringankan pajak hasil bumi dan ada beberapa yang
dihapuskan sama sekali. Pertanian berkembang pesat karena pemerintahannya
berada pada pemerintahan yang suburdi tepi sungai Sawad. Tanaman asli terdiri
dari gandum, padi, kurma, wijen kapas dan rami. Sayuran segar sepert, kacang, jeruk,terong, tebu dan anek ragam bunga.
Dinasti
Abbasiyah juga sudah mengenal mata uang dinar.Khalifah Abbasiyah yang pertama
menerbitkan dinar adalah Abu Al-Abbas Abdullah bin Muhammad, pada 749 M. Ia
mengganti corak koin, kalimat Muhammad Rasulullah dipakai mengganti Allah
Ahad, Allah Al-Samad, lam Yalid wa lam yulad, pada sisi belakang
koin. Selama masa Abbasiyah dinar emas juga diterbitkan di Mesir dan Damaskus
dengan menggunakan kata-kata yang sama dengan gambar dan cetakan yang ditulis
dalam dinar Bani Umayyah, kecuali tanggal penerbitan. Selama masa Abu
Jafar Al-Mansur, koin baru diterbitkan di Teheran dan Provinsi-provinsi lain
(145 H). Pada
koin-koin tersebut terlihat nama dan gelar putra Mahkota (diperintahkan oleh
Al-Mahdi Muhammad bin Amir Al-Mukminin).
c. Sistem Budaya
|
Di masa Bani
Abbassiyah terjadinya
asimilasi Arab dengan non Arab dan perluasan wilayah telah melahirkan
kemajemukan warga negara. Warga negara terdiri dari berbagai suku bangsa, dan
agama. Apa yang terjadi dalam unsur bangsa, terjadi pula dalam unsur kebudayaan. Dalam perkembangan
kebudayaan, berkembang corak kebudayaan, yang berasal dari beberapa bangsa. Ada
empat unsur kebudayaan yang mempengaruhi bangunan kebudayaan pada masa
Abbasiyah, yaitu:
1. Kebudayaan Persia; pengaruh kebudayaan Persia terjadi diantaranya karena 2
faktor :
a.Pembentukan
lembaga wizarah
b.Pemindahan ibukota
2. Kebudayaan India; pengaruh India
dalam membentuk kebudayaan Islam terjadidengan dua cara:
a.Secara
langsung, kaum muslimin berhubungan dengan orang-orang India
diantaranya melalui perdagangan.
diantaranya melalui perdagangan.
b.Secara
tidak langsung, kebudayaan India masuk ke dalam kebudayaan Islam lewat
kebudayaan Persia.
3. Kebudayaan Yunani; pusat-pusat
kebudayaan Yunani setelah berada di tangan kaum muslimin dilakukan perubahan
dan pengembangan diantaranya:
a. Jundaisabur, sekolah tinggi kedokteran berbahasa Yunani.
a. Jundaisabur, sekolah tinggi kedokteran berbahasa Yunani.
b. Harran,
pusat pertemuan berbagai peradaban
c.
Iskandariyyah, Ibukota Mesir waktu menjadi jajahan Yunani,
4. Kebudayaan Arab; pengaruh
kebudayaan Arab masuk melalui penggunaan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi dan
bahasa agama.
C.
Kemajuan Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
|
Kebijakan pemerintah yang mendukung aktivitas intelektual
dan riset melahirkan kemajuan dalam
berbagai bidang pengetahuan, sebagai berikut:
1. Filsafat
1. Filsafat
1
|
Filsafat diartikan sebagai
pengetahuan dengan akal budi tentang segala yang ada, hakekat yang ada, sebab
yang ada, asal yang ada, hukum yang ada
dan segala sesuatu dibahas secara mendalam dan mendasar. Pada masa
Dinasti Abbasiyah Ilmu filsafat banyak diterjemahkan, tidak hanya dari
kebudayaaYunani, termasuk Romawi, Persia, India, Syiria. Proses ini biasanya disebut dengan istilah Hellenisasi. Buku-buku yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab antara lain
Categories, Pyssices dan Makna
Maralia karya Aristoteles, Republik, Laws,
da Timaeus karya Plato, dan lain-lain. Penerjemahan yang dilakukan dengan
mengadakan perubahan serta perbaikan sesuai ajaran Islam, sehingga munculah
yang dinamakan ilmu filsafat Islam. Ilmu
filsafat Islam adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai
hakikat yang ada, sebab asal dan hukumnya atau ketentuan-ketentuannya
berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis. Munculah tokoh-tokoh terkenal dalam bidang
filsafat Islam diantaranya:
a.Al-Farabi
|
Nama
lengkapnya Muhammad bin Turkhan Abi Nasir Al-Farabi, lahir pada tahun 870 di
Farab, sebuah kota di Turki Tengah (kini tidak ada lagi). Sejak kecil, rajin
belajar dan memiliki otak yang cerdas. Ia belajar agama, bahasa Arab, bahasa
Turki, dan bahasa Parsi. Setelah
besar al-Farabi pindah ke Baghdad dan tinggal selama 20 tahun. Di Baghdad ia
memperdalam filsafat, logika, matematika, etika, ilmu politik, musik, dan
lain-lain. Dari Baghdad Al-Farabipindah ke Harran (Iran) dan
mempelajari filsafat Yunani kepada beberapa guru diantaranya Yuhana bin Hailan.
Dari Harran kemudian pindah lagi ke Baghdad. Selama di Baghdad waktunya
dihabiskan untuk mengajar dan menulis.
Hasil
karyanya meliputi ilmu logika, fisika, ilmu jiwa, metafisika, kimia, ilmu
politik, musik, dan lain-lain.
Banyak dari karya–karyanya yang ditulis dalam bahasa Arab telah hilang.
Diperkirakan hanya sekitar 30 buah yang masih ada, diantaranya:
1. Agrad al Kitab ma Ba’da Tabi’ah (Intisari Buku Metafisika)
2.
Al–Jam’u
Baina Ra’yai al–Hakimaini (Mempertemukan dua pendapat Filusuf : Plato dan Aristoteles).
3.
‘Uyun
al Masa’il (Pokok–pokok persoalan)
4.
Ara’u Ahl
al–Madinah
(Pikiran–pikiran Penduduk Kota)
5.
Ihsa’ al–
‘Ulum (Statistik
Ilmu)
Al Farabi
Sumber: http://dedekusn.wordpress.com
|
Filsafat
politiknya yang terkenal tentang kenegaraan yang dibedakannya menjadi lima
macam:
1.
Negara Utama (al-madinah
al-fadilah), yaitu negara yang penduduknya berada dalam kebahagiaan.
Menurutnya negara terbaik adalah negara yang dipimpin oleh rasul dan kemudian
oleh para filosuof;
2.
Negara orang–orang bodoh (al-madinah
al-jahilah), yaitu negara yang penduduknya tidak mengenal kebahagiaan;
3.
Negara orang–orang fasik (al-madinah
al-fasiqah), yakni negara yang penduduknya mengenal kebahagiaan, Tuhan dan
akal Fa’alal-madinah al-fadilah), tetapi tingkah laku mereka sama dengan
penduduk negeri yang bodoh.
4.
Negara yang berubah–ubah (al-madinah
a-lmutabaddilah), ialah negara yang penduduknya semula mempunyai pikiran
dan pendapat seperti yang dimiliki negara utama, tetapi kemudian mengalami
kerusakan;
5.
Negara sesat (al-madinah ad-dallah),
yaitu negara yang penduduknya mempunyai konsepsi pemikiran yang salah tentang
Tuhan dan akalFa’al, tetapi kepala negaranya beranggapan bahwa dirinya
mendapat wahyu dan kemudian ia menipu orang banyak dengan ucapan dan perbuatannya.
Para ilmuan
Barat memanggilnya dengan nama Alfarabius atau Avennasar dan menjulukinya sebagai pendiri
filsafat Arab. Juga menyebut Al-Farabi
sebagai guru kedua (The Second Master, Muallim At-Tsani), sedangkan Aristoteles sebagai Guru Pertama (The First Master,al–Mu’allim al–Awwal)). Al-Farabi bekerja di Istana Saif Ad-Daulah Al-Hamdani.
Al-Farabi wafat di Halb (Aleppo) pada tahun
339 H / 950 M.
b. Ibn Rusyd
|
Sumber:
http://ypsrandy.blogspot.com
|
Pikiran dan pendapat (filsafat)Ibn Rusyd berpengaruh di Eropa, yang dikenal
dengan Averoisme. Dari karya-karyanya
dunia Barat mendapat pencerahan, sehingga karyanya dan karya-kaya para filosof
dan ilmuwan muslim lainnya diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Dunia Barat
mencapai masa kejayaan, dikenal dengan istilah Aufklarung, Renesaince, yang melahirkan zaman industri (revolusi
industri). Ibnu Rusyd meninggal pada tahun 595 H /1196M.
c. Ibnu Bajjah
|
Nama lengkap
Ibnu Bajjah adalah Abu Bakr Muhammad Ibnu Yahya bin As-Sa’igh At-Tujibi
As-Sarakusti, tapi lebih populer dengan nama Ibnu Bajjah atau Ibnu Saligh. Di
Barat, Ibnu Bajjah dikenal dengan nama Avempace,
Avenpace, atau Aben Pace, lahir
pada tahun 1802 di Saragosa, Spanyol, sebagai anak dari seorang pandai emas.
Selain sebagai filosof muslim Arab
terbesar dari Spanyol, Ibnu Bajjah dikenal sebagai seorang astronom,
musisi, dokter, fisika, psikologi, pujangga, ahli logika, matematikus, penyair
dan juga juga sebagai musisi. Ia piawai bermain musik terutama gambus. Yang
lebih mengesankan lagi, Ibnu Bajjah adalah ilmuwan yang hafal Al-Quran.
Selain menguasai beragam ilmu, Ibnu Bajjah dikenal sebagai politikus ulung.
Kehebatannya dalam berpolitik mendapat perhatian dari Abu Bakar Ibrahim,
gubernur Saragosa, dan Ia pun diangkat sebagai menteri semasa Abu Bakr Ibrahim
berkuasa di Saragossa.
Pandangan
filsafat Ibn Majah tentang berbagai hal sangat banyak. Diantaranya dia membahas
tentang perbuatan manusia. Menurutnya,
perbuatan manusia dibagi dua, yaitu perbuatan hewani dan manusiawi. Perbuatan
hewani didasarkan atas dorongan naluri untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan
keiginan hawa nafsu, sedangkan perbuatan manusiawi yaitu perbuatan yang
didasarkan pada rasio dan kemauan yang bersih lagi luhur.
Adapun yang
berkaitan dengan filsafat politik Ibnu Bajjah, membahas tentang konsep negara.
Ia membagi Negara menjadi Negara utama (al-madinat
al- fadilat) atau Negara sempurna dan Negara yang tidak sempurna. Pendapat
Ibnu Bajjah ini sejalan dengan Al-Farabi, perbedaannya hanya terletak pada
penekanannya, Al-Farabi titik tekannya pada kepala Negara, sedangkan Ibnu
Bajjah titik tekannya pada warga Negara (masyarakat).
Beberapa karya penting dalam bidang Filsafat, ialah:
a. Kitab takbir
al-mutawahhid, ini adalah kitab yang paling popular dan penting dari
seluruh karya tulisnya. Kitab ini berisikan akhlak dan politik serta
usaha-usaha individu menjauhkan diri dari segala macam keburukan-keburukan
dalam masyarakat negara, yang disebut
sebagai insanmuwahhid (manusia
penyendiri)
b. Risalat
al-wada’, risalah ini membahas penggerak
pertama (Tuhan), manusia, alam, dan kedokteran.
c. Risalat
al-ittishal, risalah ini menguraikan tentang
hubungan manusia dengan akal fa’al.
d. kitab al-nafs,
kitab ini menjelaskan tentang jiwa.
Ibnu Bajjah
meninggal dunia pada tahun 55 H/ 1138 M.
d. Ibnu Thufail
|
Nama lengkapnya Abu Bakar Muhammad
Abd Al-Malik Ibn Muhammad Ibn
Thufail Al-Qoisyi, lahir di Cadix, provinsi Granada Spanyol pada tahun 506
H/1110 M. Ia termasuk dalam keluarga suku Arab terkemuka, Qais. Di Barat terkenal dengan sebutan Abu Bacer. Selain terkenal sebagai filosof muslim, juga seorang
dokter, ahli matematika dan kesusastraan (penyair) dari dinasti Al-Muwahhid
Spanyol. Ia memulai kariernya sebagai dokter praktik di Granada.
Dalam bidang filsafat, Ibn Thufail dengan gigih
menselaraskan sains Yunani dengan hikmah Timur, atau antara filsafat dengan
agama. Wujud konkrit perpaduan ini tergambar dalam karyanya yang terkenal Hayy
Ibn Yaqzhan fi asrar al-Hikmah al-Masyriqiyyah (Hidup Anak yang sadar, rahasia-rahasia hikmah dari Timur) sebuah roman filsafat yang sarat
makna dan kritis, menggambarakan orang yang mempunyai akal fikiran sebagai
fitroh bagi setiap manusia akan menemukan kebenaran (Tuhan).
Ibnu Thufail
Sumber:
/winda-anggraeni.blogspot.com
|
Selain itu, ada dua buku tentang
kedokteran yang ditulis oleh dua orang muridnya yang dipersembahkan kepada Ibn
Thufail, yaitu karya Al-Bithruji berjudul Kitab al-Hai’ah, dan karya Ibn
Rusyd berjudul fi al-Buqa’ al-Maskunah wa al-Ghair al-Maskunah.
Ibnu Thufail meninggal di kota Marraqesh,
Maroko pada 581 H /1185 M.
Kedokteran
Kedokteran
2.
|
llmu kedokteran mendapatkan perhatian paling besar dan kedudukan terhormat.
Mulai berkembang pada akhir masa Abbasiyah I, yaitu masa
Khalifah Al-Watsiq, sedangkan puncaknya terjadi pada masa Abbasiyah II, III,
dan IV. Buku-buku karya Ar-Razi banyak
dijumpai di museum-museum Eropa dan banyak digunakan sebagai buku rujukan untuk
dunia kedokteran. Semua khalifah memiliki dokter pribadi. Khalifah
Al-Mansur memindahkan pusat kedokteran dari Jundisapur ke Baghdad. Pada masa
khalifah Harun Ar-Rasyid, tercatat sebanyak 800 orang dokter, mencerminkan
kemajuan pengetahuan dalam bidang kedokteran.Rumah sakit-rumah sakit didirikan
sekaligus dijadikan sebagai pusat kegiatan praktek ilmu kedokteran, sementara
teorinya diajarkan di masjid dan madrasah. Pada masa itu telah didirikan apotik
yang pertama di dunia yaitu tempat menjual obat.
Beberapa ilmuwan di bidang kedokteran yang terkenal diantaranya:
1.
Ali bin Rabban
At-Tabbari adalah orang pertama yang mengarang buku kedokteran yiatu Firdaus al-Hikmah (850 M).
2.
Ar-Razi atau Razes (809-873 M), menulis buku terkenal mengenai cacar dan campak yang diterjemahkan dalam bahasa latin.
3.
Ibnu Sina,
menemukan sistem peredaran darah pada manusia dan menjadi sangat termasyhur
karena bukunya Qanun fi al-Thibb, diterjemahkan di Eropa pada
pertengahan kedua bad 15 M dan dijadikan pegangan dalam bidang kedokteran
hingga sekarang. Dia dijuluki Ibnu “Raja Obat”
serta dianggap sebagai perintis tentang penyakit syaraf dan berbagai macam
penyakit.
4.
Hunain bin Ishaq Al Abadi (810-878 M), dokter dari ahlu Dzimmah, penganut agama Kristen dari mazhab Nastarian, Ahli mata,Dia
mengabdikan keahliannya pada masa Al-Makmun, Al-Mu’tashim, Al-Watsiq, dan
Al-Mutawakil. Dia adalah
satu-satunya dokter yang berhasil menyembuhkan Al-Mutawakkil setelah para
dokter istana yang lain gagal mengobatinya.
3. Matematika
|
http://1.bp.blogspot.com
|
Di antara ahli
matematika muslim yang terkenal adalah Al-Khawarizmi, pengarang kitab Al-Jabar wal Muqabalah (ilmu
hitung), dan penemu angka nol. Kemudian Abu Al-Wafa Muhammad bin Muhammad bin
Ismail bin Al-Abbas (940-998) terkenal sebagai ahli matematika..Tokoh-tokoh
lain yang juga dikenal ahli matematika dan memberikan sumbangan signifikan bagi pengembangan
matematika
adalah:
1. Al-Biruni meliputi aritmatika teoritis dan praktis, penjumlahan
seri, analisis kombinatorial, kaidah angka 3, bilangan irasional,
teori
perbandingan, definisi aljabar, metode pemecahan penjumlahan aljabar, geometri.
teorema
Archimedes, sudut segitiga.
2.Umar Khayyam
(1048 – 1131 M) mengarang buku tentang aljabar, yang telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Perancis oleh F. Woepeke (1857), yaitu Reatise on Algabera.
4. Astronomi
|
Ilmu astronomi, dalam Islam disebut ilmu falak, yaitu ilmu yang mempelajari
benda-benda langit, seperti matahari, bulan bintang dan planet-planet lain.
Ilmu ini ditemukan sekitar 3000 tahun SM di Babylonia. Dalam perkembangan ilmu
astronomi, muncullah sistem penanggalan. Dalam dunia Islam lmu astronomi sangat
penting karena sangat mendukung penentuan waktu ibadah, terutama waktu salat,
penentuan arah kiblat dan penanggalan Qamariyah. Khalifah Al-Mansur
ketika menentukan letak ibukota yang ingin dibangunnya, menggunakan bantuan
ilmu astronom. Beliau banyak dibantu oleh ahli astronomi dari India.
Ilmuwan muslim mendirikan observatorium dilengkapi dengan peralatan yang
maju, untuk melakukan kajian pengembangkan ilmu tersebut. Habasyi Al-Hasib Al-Marwazi melakukan
observasi sejak usia 15 tahun. Ia memimpin penyusunan 3 tabel Zij Al-Makmun (Tabel Al-Makmun) pada masa pemerintahan khalifah Al-Makmun. Tabel
pertama mengkritik metode Al-Khawarizmi, kedua menulis tentang Al-Ziz Al-Mumtahan, ketiga Al-Zij As-Syah.
Tokoh astronomi muslim pertama adalah Muhammad Al-Fazani, dikenal sebagai
pembuat astrolob atau alat mempelajari ilmu perbintangan pertama di kalangan
muslim. Tokoh-tokoh lainnya antara lai:
1.
Nasiruddin
Al-Thusi (pendiri Observatorium di Maragha, Asia kecil)
2.
Ali bin Isa
Al-Usturlabi, tokoh pertama penulis risalah astrolobe.
3.
Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi tokoh ilmu
falak, yang juga ahli dalam bidang matematika.
4.
Al- Fargani (Al-Faragnus), menulis ringkasan ilmu
astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan
Johannes Hispalensis.
5.
Al-Battani (Albatenius), bapak Ilmu Astronomi, menemukan bahwa garis bujur
terjauh matahari mengalami peningkatan sebesar 16,47 derajat sejak perhitungan
yang dilakukan oleh Ptolemy. Ini membuahkan penemuan yang penting mengenai
gerak lengkung matahari. Al-Battani juga menentukan secara akurat kemiringan
ekliptik, panjangnya musim, dan orbit matahari,
Iapun berhasil menemukan orbit bulan dan planet dan menetapkan teori
baru untuk menentukan sebuah kondisi kemungkinan terlihatnya bulan baru. Ini terkait dengan pergantian dari satu bulan ke bulan lainnya. Hasil
penelitiannya, Kitab al-Zij
diterjemahkan oleh Plato dari Tivoli ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12
dengan judul De Scienta Stellerum De Numeris Stellerum et Motibus.
Terjemahan tertua itu masih ada di Vatikan. Terjemahan bukunya keluar tahun
1116, sedangkan edisi cetaknya beredar tahun 1537 dan tahun 1645.
6.
Al-Biruni menulis karya besar
bidang Astronomi, Masudic Canon yang didedikasikan kepada putra Mahmud,
yaitu Ma’sud. Al-Biruni juga banyak menulis buku
astrologi, yaitu The Elements of Astrology. Pada tahun 1031, dia
merampungkan ensiklopedia astronomi yang sangat panjang, Al-Qanun
Al-Mas’udi.Al-Biruni berpendapat
bahwa galaksi Bima Sakti adalah kumpulan sejumlah bintang. Dia merupakan ilmuwan yang pertama kali membedakan
istilah astronomi dengan astrologi.
7.
Nasiruddin At-Thusi,
1201 – 1274 M), berhasil membuat table pergerakan
planet yang akurat. Kontribusi lainnya yang amat penting bagi perkembangan
astronomi adalah kitab Zij-Ilkhani
yang ditulis dalam bahasa Persia dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Kitab
itu disusun stelah 12 tahun memimpin observatorium Maragha. Selain itu
Nasiruddin juga berhasil menulis kitab terkemuka lainnya yang berjudul
At-Tadhkira fi’ilm Al-hay’a (Memoar Astronomi). Nasiruddin mampu memodifikasi
model semesta apisiklus Ptolomeus dengan prinsip-prinsip mekanika untuk menjaga
keseragaman rotasi benda-benda langit. Nasiruddin meningal dunia pada tahun 672
H / 1274 M di kota Baghdad, yang pada saat itu di bawah pemrintahan Abaqa (Pengganti Hulagu).
5. Sejarah
|
Pada masa Dinasti Abbasiyah, kajian sejarah masih terfokus pada tokoh atau
peristiwa tertentu misalnya, sejarah hidup Nabi Muhammad SAW. Minat terhadap
kajian sejarah sangat besar dan mendapat dukungan dari khalifah. Ilmuwan dalam
bidang sejarah pada masa Abbasiyah diantaranya adalah Muhammad bin Ishaq bin Yasar, lebih dikenal sebagai Ibnu Ishaq, sejarawan muslim pertama,
lahir pada tahun 85H / 704 M dan meninggal pada tahun 151 H / 768 M.
Dialah yang pertama kali menulis Sirah
al-Nabawiyah lil Ibn Ishaq yang merupakan biografi Rasulullah pertama yang paling komprehensif.
Kemudian disunting oleh muridnya Ibn
Hisyam (w.230 H/845 M) menjadi Sirah
al-Nabawiyah lil Hisyam. Muhammad Ibnu Sa'ad, (w.230
H/845 M) yang menulis karya al-Thabaqat
al-Kubra (8 jilid) berkata tentang Ibnu
Ishaq, "Ia merupakan yang
pertama mengumpulkan sejumlah ekspedisi dari Utusan Allah (Muhammad) dan mencatatnya."
Al-Biruni juga disebut sejarawan masa Abbasiyah, dia telah menulis buku sejarah yang berjudul
Chronology.
6. IlmuBumi/geografi
|
Dalam tradisi Islam, ilmu bumi tidak bisa dipisahkan dengan astronomi. Ahli
bumi pertama dalam sejarah ilmuawan muslim adalah Hisyam Al–Kalbi (abad ke 9
M,) dengan studinya tentang kawasan Arab.
Berkembangnya geografi di dunia Islam dimulai ketika Khalifah Al-Makmun
(813-833 M) memerintahkan ahli-ahli geografi Muslim untuk mengukur kembali
jarak bumi. Sejak saat itu muncul istilah mil untuk mengukur jarak. Usaha
tersebut berhasil, sehingga Al-Makmun memerintahkan para geografer Muslim untuk
menciptakan peta bumi yang besar. Di bawah koordinasi Al-Khawarizmi bersama 70
geografer lainnya berhasil membuat peta globe pertama pada tahun 830 M.
Al-Khawarizmi juga berhasil menulis kitab geografi berjudul Surah Al-Ard (Morfologi Bumi) sebuah
koreksi terhadap karya Ptolemeus. Yang mana kitab tersebut menjadi landasan
ilmiah bagi geografi Muslim tradisional. Pada abad yang sama, Al-Kindi juga
menulis sebuah buku bertajuk ‘Keterangan tentang Bumi yang Berpenghuni’.
Demikian juga Al-Biruni berhasil menemukan radius bumi mencapai 6.339,6 km
dimana dunia Barat belum mampu mengukur radius bumi seperti yang dilakukan
Al-Biruni.
Di era kejayaan Dinasti Abbasiyah, perkembangan astronomi Islam,
penerjemahan naskah-naskah kuno ke dalam bahasa Arab serta meningkatnya ekspansi
perdagangan dan kewajiban menunaikan ibadah haji merndukung semakin
berkembangnya geografi di dunia Islam. Semakin banyak bermnculan ahli di bidang geografi, di
antaranya
1.
Al-Ya’qubi
(wafat 897 M), menulis buku geografi berjudul ’’Negeri-negeri’’ dengan studi
topografisnya.
2.
Ibn Khordadbeh
(820 M - 912 M), murid Al-Kindi yang mempelajari jalan-jalan di berbagai
provinsi secara cermat dan menuangkannya ke dalam buku Al-Masalik wa Al-Mamalik (Jalan dan Kerajaan).
3.
Al-Dinawari
(828 M-898 M)
4.
Hamdani (893 M - 945 M)
5.
Ali al-Masudi (896 M - 956 M), mempelajari
faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pembentukan batu-batuan
di bumi.
6.
.Ahmad ibn
Fadlan (abad ke-10 M), menulis ensiklopedia dan kisah perjalanan ke daerah
Volga dan Kaspia.
7.
Ahmad ibn
Rustah (abad ke-10 M), menulis ensiklopedia besar mengenai geografi.
8.
Al Balkhi, mendirikan sekolah di kota Baghdad yang
secara khusus mengkaji dan membuat peta bumi.
9.
Al Istakhar II dan Ibnu Hawqal (abad ke-10 M), membuat pemetaan
dunia.
10.
Al Baghdadi (1162 M)
11.
Abdul-Leteef Mawaffaq (1162 M)
12.
Abu Ubaid Al-
Bakri (abad 11 M) menulis kitab Mu’jam Al-Ista’jam (Eksiklopedi
Geografi). berisi nama-nama tempat di Jazirah Arab dan Al-Masalik wa Al-Mamalik (Jalan dan Kerajaan), berisi pemetaan
geografis dunia Arab zaman dahulu.
13.
Al-Idrisi (1100
M), membuat peta dunia, menulis kitab Nazhah Al- Muslak fi Ikhtira Al-Falak
(Tempat Orang yang Rindu Menembus Cakrawala).. Kitab ini. diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin, menjadi Geographia
Nubiensis.
14.
Dan lain-lain.
D.
Kemajuan Bidang Ilmu-ilmu Agama
|
Ilmu agama yang dimaksud disini adalah ilmu-ilmu yang muncul
ditengah-tengah suasana hidup keislaman berkaitan dengan agama dan bahasa Al-Qur’an. Ilmu
agama telah berkembang sejak masa Dinasti Umayyah. Namun, pada masa Dinasti
Abbasiyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang luar biasa. Masa ini
melahirkan ulama-ulama besar dan karya-karya yang agung dalam berbagai bidang
ilmu agama. Diantara ilmu pengetahuan di bidang agama yang berkembang dan sangat maju
adalah ilmu-ilmu sebagai berikut:
1. Ilmu Hadits
|
Hadist merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Hadis yang
merupakan tradisi lisan sejak masa Rasulullah, sahabat hingga tabi’in telah
mengalami banyak permasalahan. Diantaranya adalah pemisahan antara Hadist
dengan qaul sahabat, klasifikasi
Hadist, dan pemalsuan Hadist. Untuk mengatasi hal tersebut, para ulama
melakukan penelusuran dan pengklasifikasian Hadits-hadist Rasul tersebut. Dalam sejarah perkembangan ilmu Hadist, kodifikasi dan klasifikasi terhadap Hadist sudah dimulai pada masa Dinasti Bani Umayah, di bawah kekhalifahan Umar bin
Abdul Aziz. Selanjutnya pada masa Dinasti Abbasiyah dilakukan kodifikasi
Hadist-hadist didasarkan pada metode kritik matan dan kritik sanad. Untuk
menentukan keabsahan dan keotentikan suatu Hadist para ulama meneliti dan
mengkaji dengan sungguh-sungguh hadist dari segi sanad, rawi, dan matan (sifat
dan bentuk hadist. Para ulama Hadist kemudian
menghimpun Hadist-hadist rasul ke dalam berbagai kitab, berupa Sahih, Sunan dan
Musnad.
Usaha ini diawali oleh Ishak
bin Rawaih (guru Imam Bukhari), yang meminta murid-muridnya untuk menulis kitab
yang menghimpun hadis-hadis shahih. Imam Bukhari dan Muslim kemudian
menulis kitab Sahih Bukhari dan Sahih Muslim. Berikutnya Abu Dawud,
Tirmizi, Nasa'i dan Ibnu Majah yang menyusun kitab Sunan. Dari dua kitab
Sahih dan empat Sunan, disebut dengan Kutubus-sittah (Enam Kitab Induk
Hadis). Adapun kitab musnad disusun oleh Ahmad bin Hanbal, Musa
Al-Abasi, Musaddad al-Basri Asad bin Musa dan Nu'aim bin Hamad al-khaza'i.
Di antara kitab-kitab Hadist yang berkembang, kutubusittah merupakan salah satu di antara kitab hadis yang
paling populer dan mendapat perhatian luas dari masyarakat. Di antara ulama
bahkan mengatakan tidak ada kitab yang paling sahih setelah Al-Qur’an selain
kitab Shahih Al-Bukhari. Anggapan ulama bahwa kitab Shahih Imam al-Bukhari ini
memiliki akurasi yang tinggi, bukan tanpa alasan. Tetapi, memang dipahami dari
metode Imam al-Bukhari sendiri di dalam menyeleksi Hadist-hadist yang dimasukan ke dalam kitab Shahih-nya. Dengan demikian pada masa kejayaan Dinasti Abbasiyah meninggalkan
khazanah yang yang tak ternilai harganya yakni, para ahli Hadist yang termashur.
a) Imam Bukhari, karyanya adalah kitab Jami’ Sahih Al-Bukhari.
b) Imam Muslim, kitab karangannyaSahih Muslim.
c) Ibnu Majah, karyanya Sunan
Ibnu Majah.
d) Abu Dawud, karyanya Sunan
Abu Dawud.
e) Imam Tirmizi, karyanya Sunan At-Tirmizi.
f) Imam Nasa’i, karyanya Sunan An-Nasa’i
2. llmu Tafsir
|
Pada masa Abbasiyah ilmu tafsir mengalami
perkembangan yang sangat pesat dengan dilakukannya penafsiran secara
sistematis, mandiri dan komprehensif, terpisah dari hadist. Pada masa ini terdapat dua cara yang ditempuh oleh para
mufassir dalam melakukan penafsira ayat-ayat al-Qur’an. Pertama, metode Tafsir bil Ma’tsur, yaitu metode penafsiran oleh sekelompok
mufassir dengan cara memberi penafsiran al-Qur’an dengan hadits dan penjelasan para
sahabat. Tokoh-tokohnya adalah Al-Subhi (w.127 H), Muqatil Bin Sulaiman (w.150 H), Muhammad Bin Ishaq, dan yang cukup
termasyhur adalah At-Tabari. Nama lengkap Abu Ja'far Muhammad At-Tabari. At-Tabari
menyusun kitab tafsir berjudul Jami' Al-Bayan fi Tafsir Al-Qur'an
(Himpunan Penjelasan dalam Al-Qur'an) yang corak penafsiran adalah tafsir
bil ma'tsur (penafsiran dengan menyandarkan pada ayat Al-Qur'an, hadis dan
ijtihad sahabat).
Kedua, Tafsir bi
Al-Ro’yi, yaitu penafsiran berdasarkan ijtihad. (akal lebih
banyak dari pada Hadist). Tokohnya-tokohnya adalah Abu Bakar Al-Asham (w 240 H)
dan Abu Muslim Al-Asfahani (w. 322 H). Corak penafsiran bil Ar-Ra’yi ini kemudian melahirkan
kelompok-kelompok yang tidak terikat oleh Hadist maupun perkataan sahabat, dan
mendapatkan perkembangan ilmu baru yang disebut Ilmu Kalam.
Menurut A.
Hasymy, lahirnya ilmu kalam karena dua faktor yaitu:
1. Untuk membela Islam dengan bersenjatakan
filsafat
2. Karena semua masalah termasuk masalah agama, telah berkisar dari pola rasa
kepada pola akal dan ilmu.
3. Ilmu Fikih
|
Dalam sejarah
perkembangan Ilmu fikih, pada masa
Dinasti Abbasiyah mengalami perkembangan gemilang. Dipandang sebagai periode kesempurnaan, yakni periode munculnya imam-imam
mujtahid besar. Pada masa ini juga disebut sebagai periode pembinaan dan pembukuan hukum Islam. Penulisan dan pembukuan hukum Islam dilakukan secara intensif, baik
berupa penulisan Hadist-hadist nabi, fatwa-fatwa para sahabat dan tabi’in,
tafsir Al-Qur’an, kumpulan pendapat-pendapat imam-imam fiqih, dan penyusunan
ilmu ushul fiqh.
Munculah ulama
yang dikenal dengan sebutan “Empat Imam Mazhab’’, yang
menyusun kitab-kitab fiqih terkenal dan mengembangkan faham/mazhabnya,
yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam
Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hambal.
1.
Imam Abu Hanifah, karyanya Fiqhu
Akbar, Al-Alim Wal Musta’an, dan Al-Masad.
2.
Imam Malik, karyanya Kitab Al-Muwatta’,
dan Al-Usul As-Sagir.
3. Imam Syafi’I, karyanya Al-Umm,
Al-Ar-Risalah, dan Usul Fiqih.
4.
Imam Ahmad Ibnu Hambal, karyanya Al-Musnad,
Jami’ As-Sagir, dan Jami’ Al-Kabir.
Fuqaha dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1. Ahl al-hadis yaitu golongan yang menyadarkan kepada hadis dalam mengambil hukum
(istinbath al-hukum)
2. Ahl-al-Ra’yi adalah golongan yang menggunakan akal di dalam mengambil hokum (istinbath
al-hukm). Tokoh dalam
bidang ini adalah Imam Abu Hanifah.
Diantara faktor lain yang sangat menentukan pesatnya perkembangan ilmu fiqh khususnya atau
ilmu pengetahuan umumnya, pada periode ini adalah sebagai berikut:
1. Adanya
perhatian pemerintah (khalifah) yang besar tehadap ilmu fiqh khususnya.
2. Adanya
kebebasan berpendapat dan berkembangnya diskusi-diskusi ilmiah diantara para
ulama.
3. Telah
terkodifikasinya referensi-referensi utama, seperti Al-Qur’an (pada masa
khalifah rasyidin), Hadist (pada masa Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz), Tafsir dan
Ilmu tafsir pada abad pertama hijriah, yang dirintis Ibnu Abbas (w.68H) dan
muridnya Mujahid(w104H) dan kitab-kitab lainnya.
4. Ilmu Tasawuf
|
Semakin
berkembangnya kecenderungan pemikiran yang bersifat filosofis menimbulkan
gejolak pemikiran diantara umat Islam, sehingga banyak diantara para pemikir
muslim mencoba mencari bentuk gerakan lain, diantaranya gerakan yang kemudian
disebut dengan tasawuf. Ilmu tasawuf
adalah ilmu syariat yang inti ajarannya menjauhkan diri dari kesenangan dunia
dan mendekatkan diri kepada Allah.
Upaya
menjauhkan diri dari kesenangan duniawi yang menggoda dan hanya mendekatkan diri kepada Allah dalam
tradisi tasawuf dilakukan melalui jalan atau
tahapan-tahapan yang disebut maqam.
Tahapan atau
maqam yang mesti dilalui oleh para sufi adalah:
1. Zuhud,adalah
kehidupanyang telah terbebas dari silaunya duniawi. Tokoh yang masuk kategori
ini adalah Sufyan As-Sauri (97-161 H/716-778 M), Abu Hasyim (w. 190 H)
2. Mahabbah, adalah rasa cinta yang sangat mendalam kepada Allah SWT. Tokoh terkenal
adalah Rabi’ah A-Adawiyah (w. 185 H/801 M)
3.
Ma’rifat, adalah pengalaman ketuhanan. Pada ucapan Zun Nun Al-Misri dan Junaid
Al-Baghdadi. Zun Nun Al–Misri lahir di Akhmim pada tahun 155-245 H / 772-860 M.
4. Fana dan baqa, adalah suatu keadaan dimana seorang sufi belum dapat menyatukan dirinya
dengan Tuhan sebelum menghancurkan dirinya. Tokoh pertama kali adalah Abu Yazid
al-Bustami (w.874 M).
5. Ittihad dan
hulul, adalah fase dimana seorang sufi telah merasakan dirinya bersatu dengan
Tuhan. Tokohnya adalah Abu Yazid al-Bustami
Tokoh-tokoh
sufi terkenal lainnya, yang memberikan sumbangan besar dalam karya tasawuf
adalah: Al-Ghazali diantara karyanya dalam ilmu tasawuf adalah Ihya ulum al-din
lmu Tasawuf, al Bashut, al Wajiz; Al Qusyairy (wafat 465 H), karyanya: Ar
Risalatul Qusyairiyah; Syahabuddin (wafat 632 H), karangannya, Awariful Ma’arif.
E.
Kemajuan
Bidang Seni Sastra dan Arsitektur
|
Pada masa Bani Umayyah hanya mengenal dunia
syair sebagai titik puncak ekspresi seni, dikarenakan Bani Umayyah sangat
resisten terhadap pengaruh selain Arab. Berbeda dengan zaman Abbasiyah
interaksi peradaban dan budaya dengan bangsa
non Arab, dimana heterogintas etnis, suku bangsa, dan bahasa yang ada
dilindungi, membawa pada heterogonitas bahasa dan bentuk sastra. Heterogenitas
ini membawa pada kekayaan khazanah Islam pada masa Abbasiyah. Bahasa Arab
sebagai bahasa resmi negara semakin menyebar, dan mendapatkan penyeimbang dari
bahasa-bahasa lainnya, seperti bahasa Persia, Turki, dan India. Kemajemukan
bahasa membuka ruang bagi tumbuh suburnya karya-karya kesusastraan.
Bermunculanlah para sastrawan yang ahli di bidang seni bahasa ini baik
puisi maupun prosa. Wilayah kajian sastra tidak hanya puisi dan prosa tetapi
sudah meluas dalam bidang karya tulis lainnya. Sastrawan pada masa ini dianggap
sebagai gudangnya ilmu pengetahuan.
Masa golden
age Abbasiah pada berbagai bidang membawa kemajuan pesat dalam bidang
sastra. Masa Abbasiyah dapat dikatakan sebagai masa keemasan kesusastraan
Muslim masa klasik.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadi
perkembangan dunia sastra pada masa dinasti Abbasiyah, yakni 1) stabilitas
politik, 2) kemajuan sektor ekonomi (kesejahteraan masyarakat), 3)
Berkembangnya sistem pendidikan dan meningkatnya semangat pengembangan ilmu
pengetahuan, 4) interaksi antar budaya dan peradaban yang semakin meningkat, dan
5) Popularitas para sastrawan, 6) kualitas karya sastra semakin
meningkat, dan 7) perkembangan variasi genre sastra, 8) apresiasi
masyarakat dan pemerintah yang tinggi terhadap karya sastra.
1. Genre Sastra masa Abbasiyah
|
a. Perkembangan Prosa
|
Secara garis besar sastra arab
dibagi atas dua bagian yaitu prosa dan syair. Prosa terdiri atas beberapa bagian, yaitu:
1.
Kisah (Qisshah),
adalah cerita tentang berbagai hal, baik yang bersifat realistis maupun fiktif,
disusun menurut urutan penyajian yang logis dan menarik. Kisah meliputi Hikayat,
Qissah Qasirah dan Uqushah. Kisah yang berkembang pada masa
abbasiyah tidak hanya terbatas pada cerita keagamaan, tetapi sudah berkaitan
dengan hal lain yang lebih luas, seperti kisah filsafat.
2.
Amsal(peribahasa) dan Kata mutiara (al-hikam) adalah ungkapan singkat
yang bertujuan memberikan pengarahan dan bimbingan untuk pembinaan kepribadian
dan akhlak. Amsal dan kata mutiara pada masa Abbasiyah dan sesudahnya lebih
menggambarkan pada hal yang berhubungan dengan filsafat, sosial, dan politik.
Tokoh terkenal pada masa ini adalah Ibnu Al-Muqoffal.
3. Sejarah (tarikh),atau
riwayat (sirah). Sejarah atau
riwayat mencakup sejarah beberapa negeri dan kisah perjalanan yang dilakukan
para tokoh terkenal. Karya sastra yang terkenal dalam bidang ini antara lain:
adalah mu’jam al Buldan (ensiklopedi
kota dan negara) oleh Yaqut Al-Rumi (1179-1229). Tarikh Al-Hindi
(sejarah India) oleh Al- Biruni (w.448 H/ 1048 M). Karya Ilmiah (Abhas
‘Ilmiyyah) mencakup berbagai bidang ilmu, diantaranya yang terkenal
berkenaan dengan hal ini adalah kitab al Hawayan (buku tentang hewan).
Pada masa pemerintahan Dinasti Bani
Abbasiyah telah terjadi perkembangan yang sangat menarik dalam bidang prosa.
Banyak buku sastra novel, riwayat, kumpulan nasihat, dan uraian-uraian sastra
yang dikarang atau disalin dari bahasa asing. Muncul sastrawan-sastrawan dengan
berbagai karyanya:
1.
Abdullah bin
Muqaffa (wafat tahun 143 H) buku prosa yang dirintisnya diantaranya Kalilab wa Dimnab,
terjemahan dari bahasa Sansekerta, karya seorang filosof India bernama Baidaba, yang kemudian
disalinnyadalambahasa Arab.
2.
Abdul Hamid Al-Katib, sebagai pelopor seni mengarang surat.
3.
Al-Jabidb (wafat
255H), karyanya memiliki nilai sastra
tinggi, sehingga menjadi bahasa rujukan dan bahan bacaan bagi para sastrawan
kemudian.
4.
Ibnu Qutaibab
(wafat 276 H). dikenal sebagai ilmuwan dan sastrawan yang sangat cerdas dan
memiliki pengetahuan yang sangat luas tentang bahasa kesusastraan.
5.
Ibnu Abdi
Rabbib (wafat 328 H), seorang penyair yang berbakat memiliki kecendrungan ke
sajak drama. Sesuatu yang sangat langka dalam tradisi sastra Arab. Karya
terkenalnya adalah Al-Aqdul Farid,
semacam ensiklopedia Islam yang memuat banyak Ilmu pengetahuan Islam.
6. Salah satu prosa terkenal dari masa ini ialah ‘Kisah Seribu Satu Malam’.
b.Perkembangan Puisi
|
Para sastrawan masa
Abbasiyah membuat genre sajak/puisi mengombinasikan dengan sesuatu yang bukan
berasal dari tradisi Arab. Pada masa ini
beberapa cirinya antara lain :
1. Penggunaan
kata uslub dan ibarat baru
2. Pengutaran
sajak lukisan yang hidup
3. Penyusupan ibarat filsafat
4. Kelahiran kritikus sastra pada zaman ini
Tokoh penyair terkenal pada masa
Bani Abbasiah adalah:
1. Abu Nawas
(145-198 H) nama aslinya adalah Hasan bin Hani
2. Abu’
At-babiyat (130-211 H)
3. Abu Tamam
(wafat 232 H) nama aslinya Habib bin Auwas
At-Toba’i
4.
Biola pertama berasal dari Rebec yang telah digunakan
oleh musisi Islam sejak abad ke-10 M.
Cikal bakal biola juga diyakini berasal dari rebab, alat musik asli dari Arab. Al-Farabi merupakan penemu rebab (rebec). |
5. Al-Babtury
(206-285 H), nama aslinya Abu Ubadab Walid Al-Babtury Al-Qubtbany.
6. Ibnu
Rumy (221-283 H). nama aslinya Abu Hasan Ali bin Abbas. Penyair yang berani
menciptakan tema-tema baru.
7. Al-Matanabby
(303-354 H) nama aslinya Abu Thayib
Ahmad bin Husin Al-Kuft penyair istana yang haus hadiah, pemuja yang paling
handal.
8. Al-Mu’arry
(363-449 H) nama aslinya Abu A’la Al-Mu’arry. Penyair berbakat dan berpengetahuan
luas.
c. Perkembangan
Seni Musik
|
Seni
musik berkembang pesat di era
keemasan Dinasti Abbasiyah.
Hal ini tidak lepas dari gencarnya penerjemahan risalah musik dari bahasa
Yunani ke dalam bahasa Arab. Selain itu, sokongan dan dukungan para penguasa
terhadap musisi dan penyair membuat seni musik makin berkembang. Para khalifah
dan pembesar istana Bani Abbas memiliki perhatian yang sangat besar terhadap
musik.
Apalagi
di awal perkembangannya, musik dipandang sebagai cabang dari matematika dan
filsafat. Boleh dibilang, peradaban Islam melalui kitab yang ditulis Al-Kindi merupakan yang pertama kali
memperkenalkan kata ‘musiqi’. Al-Isfahani (897 M-976 M) dalam Kitab Al-Aghani mencatat
beragam pencapaian seni musik di dunia Islam.
Selain
itu, pada umumnya orang Arab memiliki bakat musik, sehingga seni suara atau
seni musik menjadi suatu keharusan bagi mereka sejak zaman jahiliyah. Diantara
para pengarang kitab musik adalah sebagai berikut:
1. Yunus bin
Sulaiman (wafat tahun 765 M), pengarang teori musik pertama dalam Islam. Karya
musiknya sangat bernilai, sehingga banyak musikus Eropa yang meniru.
2. Kbalib bin
Abmad (wafat tahun 791 M). mengarang buku-buku teori musik mengenai not dan
irama. Dijadikan sebagai bahan rujukan bagi sekolah-sekolah tinggi musik di seluruh dunia.
3. Ishak bin
Ibrahim Al-Mousuly (wafat tahun 850 M), telah berhasil memperbaiki musik
jahiliyah dengan sistim baru. Dia mendapat gelar ‘Raja Musik’.
4. Hunain bin
Isbak (wafat tahun 873 M). berhasil menerjemahkan buku-buku teori musik
karangan Plato dan Aristoteles.
5. Al-Farabi
selain sebagai seorang filosof, ia juga dikenal sebagai seniman dan ahli musik.
Karyanya banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa dan menjadi bahan rujukan
bagi para seniman dan pemusik Eropa.
Masa
keemasan Abbasiyah telah menyumbangkan beragam warisan penting bagi masyarakat
modern. Peradaban dunia ternyata tak
hanya berutang budi karena telah menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dikembangkan umat Islam di zaman kekhalifahan, tapi juga di bidang musik dan
seni rupa. Pencapaian yang tinggi di bidang musik menunjukkan betapa masyarakat
muslim telah mencapai peradaban yang sangat tinggi di abad pertengahan.
2. Seni Bangunan dan Arsitektur
|
Perkembangan arsitektur pada masa
Dinasti Bani yang berkuasa lebih dri 500 tahun telah meninggalkan warisan
arsitektur Islam yang mengagumkan. Pembeda arsitektur Abbasiyah dan Umayyah
adalah pengaruh budaya lokal. Bangunan Umayyah bercorak Arab-Romawi, sedangkan
bangunan Abbasiyah bercorak Persia dan Asia Tengah. Pada era itu, perkembangan
arsitektur Islam yang begitu besar terlihat pada berikut.
a.
Bangunan dan Aristektur Masjid
|
Masjid merupakan bangunan tempat ibadah umat Islam yang merupakan bentuk menonjol dari
Arsitektur Islam. Beberapa mesjid yang didirikan pada masa pemerintahan Bani Abbas:
1.
Masjid Samarra, di Baghdad.
Masjid Agung Samarra dibangun oleh
Khalifah Al-Mutawakkil pada 647 M. Bangunan masjid ini sangat unik, memiliki
menara berbentuk spiral tinggi 52 meter, terbuat dari batu bata bakar.
Masjid Ibn Thulun di
Mesir,
Sumber: kalipaksi.wordpress.com
|
2.
Masjid Ibn
Thulun
Didirikan pada tahun 876 M oleh Ahmad bin
Thulun, penguasa dinasti Thulun di Mesir. Masjid ini terletak di Sayyeda
Zainab, Kairo dan merupakan masjid ketiga terbesar di Mesir sejak penaklukan
Mesir oleh Islam.
Masjid
ini dihiasi oleh sejumlah ornamen khas Islam, disamping menaranya yang spesifik
dengan tangga yang melingkar.
2. Bangunan dan
Arsitektur Kota
|
a.
Kota Baghdad
Kota
Baghdad Masa Abbasiah
Sumber
gambar: www.republika.co.id
|
Empat
tahun sebelum pembangunan Baghdad, tepatnya pada 758 M, Al-Mansur mengumpulkan
para insinyur, seniman, dan teknokrat dari seluruh negeri untuk merancang kota
perdamaian. Lebih dari 100 ribu pekerja konstruksi terlibat dalam pembangunan
kota itu.
Desain
kotanya berbentuk lingkaran dengan istana setinggi 39 meter dan Masjid Agung
sebagai pusatnya. Ketersediaan air terjamin. Dibangun kanal pengangkut air dari Sungai Tigris yang memenuhi kebutuhan
kota.
Baghdad
dikelilingi empat tembok besar. Baghdad tumbuh menjadi kota yang makmur dan
sejahtera, bergelimang gading, emas, sutra, rempah-rempah, mutiara, serta permata
dari Afrika, India, dan timur jauh. Lokasi Baghdad di tepian Sungai Tigris yang
berhubungan dengan laut Arab menjadikan Baghdad pusat perdagangan.
Terinspirasi
oleh perpustakaan Persia yang memiliki koleksi lengkap, Al-Mansur menginginkan
adanya perpustakaan di kota baru itu. Buku-buku ilmu pengetahuan dari umat
Hindu, bangsa Persia, dan Yunani kuno dikumpulkan, lalu diterjemahkan ke dalam
bahasa Arab, yang menghabiskan waktu seratus tahun.
b.
Kota Samara
Istana kota Samara
Sumber: www.republika.co.id
|
Samarra, sekitar 124 km utara Baghdad, adalah salah
satu dari empat Kota Suci Islam Irak, dan dianggap sebagai kota kuno terbesar
yang diketahui di seluruh Dunia dengan reruntuhan yang megah yang memanjang
sekitar 9 km dan 34 km horisontal vertikal di sepanjang timur tepi Tigris.
3. Bangunan dan Arsitektur Istana
|
Seni
bangunan istana khalifah Abbasiyah
mempunyai ciri khas dan gaya tersendiri, dalam pintu pilar, lengkung
kubah, hiasan lebih bergantung (muqarnas
hat). Pemerintah dinasti Abbasiyah adalah kota Baghdad, yang dibangun
Al-Mansur (136-158 H/754-775). Tempat lokasi di tepi sungai
Eufrat (Furat) dan Dajlah (Tigris). Pembangunan ini diarsiteki oleh Hajjaj bin Artbab dan
Amran bin Wadldlah.
Tepat di
tengah Kota Baghdad didirikan istana khalifah yang bernama Al-Qasr Az-Zahabi
(Istana Emas), melambangkan keagungan dan kemegahan, luasnya sekitar
160.000 Hasta persegi. Dibangun juga masjid raya bernama Masjid Jami'
Al-Mansur, di depannya memiliki luas areal sekitar 40.000 hasta persegi. Tak
ketinggalan dibangun perumahan penduduk, pasar, dan kantor-kantor pemerintahan.
Sekitar
tahun 157 H, Al-Mansur membangun istana baru di luar kota yang diberi nama
Istana abadi (Qasbrul Khuldi)
khalifah Al-Mansur membagi kota Baghdad menjadi empat daerah, yang
masing-masing daerah dikepalai oleh seorang Naib
Amir (wakil gubernur) dan tiap-tiap daerah diberi hak mengurusi wilayah
sendiri yaitu daerah otonom.
F. Kemajuan
Bidang Pendidikan dan Perpustakaan
|
1.
Pendidikan
|
Pada masa Abbasiyah, yang disebut lembaga pendidikan dasar (kuttab)
umumnya merupakan bagian terpadu dengan masjid, bahkan memfungsikan masjid
sebagai sekolah dasar. Kurang
lebih 30.000 masjid yang digunakan sebagailembaga pendidikan dasar. Selain itu, terdapat kegiatan pendidikan di rumah-rumah pendudukan dan di
tempat-tempat lain, seperti maktab,
zawiyah dan halaqah. Kurikulum
utamanya dipusatkan pada Al-Quran sebagai bacaan utama para siswa, selain
belajar membaca dan menulis. Anak-anak perempuan mendapat kesempatan yang sama
dengan anak laki-laki untuk mempelajari ajaran-ajaran agama pada tingkatan yang
lebih rendah sesuai dengan kemampuannya.
Bayt Hikmah modern di Baghdad
Sumber:www.republika.co.id
|
2.
Perpustakaan
|
Masjid, selain sebagai pusat pendidikan, juga berfungsi sebagai tempat
penyimpanan buku. Buku-buku didapat dari
hadiah-hadiah atau hasil pencarian dari berbagai sumber. Karenanya, masjid pada
saaat itu memiliki khazanah buku-buku keagamaan yang sangat kaya. Salah seorang
donatur buku-buku itu adalah seorang sejarawan terkenal yaitu al-Khatib
al-Baghdadi (1002-1017) yang menyerahkan buku-bukunya sebgai wakaf untuk umat
Islam.
Perpustakaan-perpustakaan (khizanat al-kutub) lain dibangun oleh
kalangan bangsawan atau orang kaya sebagai lembaga-lembaga kajian untuk umum,
menyimpan koleksi sejumlah buku logika, filsafat, astronomi dan bidang ilmu
lainnya. Salah satu diantaranya yang dibangun oleh penguasa Buwaihi, Abdud
Ad-Dawlah, di Syirazi, yang semua
buku-bukunya disusun di atas lemari-lemari, didaftar dalam katalog, dan diatur
dengan baik oleh staf administrator yang berjaga secara bergiliran.
Selain perpustakaan, gambaran tentang kemajuan budaya baca pada masa
Abbasiyah bisa dilihat dari banyaknya
toko buku. Toko-toko ini berpengaruh besar bagi pengembangan dunia pendidikan, Al-Ya’qubi meriwayatkan bahwa
pada masanya (sekitar 819 M) ibukota negara diramaikan oleh lebih dara seratus
toko buku yang berderet di satu ruas jalan yang sama.
Hinga awal abad ke-3 Hijriah, bahan yang umum digunaka untuk menulis adalah
kain perca dan papirus. Baru kemudian setelah, kertas Cina mulai masuk ke
Irak. industri kertas tumbuh menjamur.
Industri itu pertama kali muncul di Samarkand, yang diperkenalkan oleh beberapa
tawanan Cina pada 751.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar