Welcome to blog Ainul Indah

Selasa, 15 Mei 2018

Penguasa Ayyubiyah "Salahudin Al-Ayyubi



Biografi Shalahuddin Al-Ayyubi(564-589 H/ 1171-1193 M)
Abu al-Abbas al-Saffah
Sumber : http://medievalhistoryfacebook.wikispaces.com

                        Nama lengkapnya, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi Abdul Muzaffar Yusuf bin Najmuddin binAyyub.Shalahuddin Al-Ayyubi berasal dari bangsa Kurdi. Ayahnya Najmuddin Ayyub dan pamannya Asaduddin Syirkuh hijrah (migrasi) meninggalkan kampung halamannya dekat Danau Fan dan pindah ke daerah Tikrit (Irak). Shalahuddin lahir di benteng Tikrit, Irak tahun 532 H/1137 M, ketika ayahnya menjadi penguasa benteng Seljuk di Tikrit. Saat itu, baik ayah maupun pamannya mengabdi kepada Imaduddin Zanky, gubernur Seljuk untuk kota Mousul, Irak. Ketika Imaduddin berhasil merebut wilayah Balbek, Lebanon tahun 534 H/1139 M, Najmuddin Ayyub (ayah Shalahuddin) diangkat menjadi gubernur Balbek dan menjadi pembantu dekat Raja SuriahNuruddin Mahmud.
                        Pendidikan masa kecilnya, Shalahuddin dididik ayahnya untuk menguasai sastra, ilmu kalam, menghafal Al Quran dan ilmu hadits di madrasah. Dalam buku-buku sejarah dituturkan bahwa cita-cita awal Shalahuddin ialah menjadi orang yang ahli di bidang ilmu-ilmu agama Islam (ulama). Ia senang berdiskusi tentang ilmu kalam, Al-Qur’an, fiqih, dan hadist.
            Selain mempelajari ilmu-ilmu agama, Shalahuddin mengisi masa mudanya dengan menekuni teknik perang, strategi, maupun politik. Setelah itu, Shalahuddin melanjutkan pendidikannya di Damaskus untuk mempelajari teologi Sunni selama sepuluh tahun, dalam lingkungan istana Nuruddin.        
                        Dari kecil sudah terlihat karakter kuat Salahudin yang rendah hati, santun serta penuh belas kasih. Salahudin tumbuh di lingkungan keluarga agamis dan dalam lingkungan keluarga ksatria.
                        Dunia kemiliteran semakin diakrabinya setelah Sultan Nuruddin menempatkan ayahnya sebagai kepala divisi milisi di Damaskus dan pada umur 26 tahun, Shalahuddin bergabung dengan pasukan pamannya (Asaduddin Syirkuh), dalam memimpin pasukan muslimin ke Mesir atas tugas dari gubernur Suriah (Nuruddin Zanki), untuk membantu perdana menteri Dinasti Fathimiyah (Perdanana Menteri Syawar) menghadapi pemberontak Dirgam. Misi tersebut berhasil Perdana menteri Syawar kembali kepada kedudukannya semula tahun 560 H/1164 M. 
                        Tiga tahun kemudian, Nuruddin Zanki kembali menugaskan Panglima Asaduddin Syirkuh dan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi untuk menaklukkan Mesir. Hal ini dikarenakan Perdana Menteri Syawar telah mengadakan perjanjian dengan Amauri, Panglima tentara Salib, yang dulu pernah membantu Dirgam. Perjanjian tersebut dipandang membahayakan posisi Suriah dan umat Islam pada umumnya.Setelah penyerangan kelima kali, tahun 1189 Mesir dapat dikuasai.  Shirkuh kemudian meninggal. Selanjutnya Salahudin diangkat oleh Nuruddin menjadi pengganti Shirkuh. Pada tahun 1169 ia diangkat sebagai wazir atau panglima gubernur menggantikan pamannya.
Makam Salahudin Al-Ayubi
http://bujangmasjid.blogspot.com

                        Shalahuddin semakin menunjukkan kepiawaiannya dalam kepemimpinan. Ia mampu melakukan mobilisasi dan reorganisasi pasukan dan perekonomian di Mesir, terutama untuk menghadapi kemungkinan serbuan balatentara Salib. Berkali-kali serangan pasukan Salib ke Mesir dapat dipatahkan. Akan tetapi keberhasilan Shalahuddin dalam memimpin Mesir mengakibatkan Nuruddin merasa khawatir tersaingi. Akibatnya hubungan mereka memburuk. Tahun 1175 Nuruddin mengirimkan pasukan untuk menaklukan Mesir. Tetapi Nuruddin meninggal saat armadanya sedang dalam perjalanan. Akhirnya penyerangan dibatalkan. Tampuk kekuasaan diserahkan kepada putranya yang masih sangat muda.
            Shalahudin berangkat ke Damaskus untuk mengucapkan bela sungkawa. Kedatangannya  banyak disambut dan  dielu-elukan. Shalahuddin yang santun berniat untuk menyerahkan kekuasaan kepada raja yang baru  yang masih belia ini. Pada tahun itu juga raja muda ini sakit dan meninggal. Posisinya digantikan oleh Salahudin yang diangkat menjadi pemimpin kekhalifahan Suriah dan Mesir.
            Tiga tahun kemudian, ia menjadi penguasa Mesir dan Syria menggantikan Sultan Nuruddin yang wafat. Suksesi yang ia lakukan sangat terhormat, yaitu dengan menikahi janda mendiang Sultan demi menghormati keluarga dinasti sebelumnya. Ia memulai dengan revitalisasi ekonomi, reorganisasi militer, dan menaklukan Negara-negara muslim kecil untuk dipersatukan melawan pasukan salib.
                        Impian bersatunya bangsa muslim tercapai setelah pada September 1174, Shalahuddin berhasil menundukkan Dinasti Fatimiyah di Mesir untuk patuh pada kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad. Dinasti Ayyubiyah akhirnya berdiri di Mesir menggantikan dinasti sebelumnya yang bermazhab syi’ah.
                        Pada usia 45 tahun, Shalahuddin telah menjadi orang paling berpengaruh di dunia Islam. Selama kurun waktu 12 tahun, ia berhasil mempersatukan Mesopotamia, Mesir, Libya, Tunisia, wilayah barat jazirah Arab dan Yaman di bawah kekhalifahan Ayyubiyah. Kota Damaskus di Syria menjadi pusat pemerintahannya.
                        Shalahuddin meninggal di Damaskus pada tahun 1193 M dalam usia 57 tahun.

D. KETELADANAN SHALAHUDDIN AL-AYYUBI
    


1. Kepemimpinan
Saladin, dalam codex Arab abad ke-1
Selain itu Shalahuddin merupakan salah seorang Sultan yang memiliki kemampuan memimpin, dibuktikan dengan caranya dalam memilih para Wazir. Shalahuddin mengangkat para pembantunya (Wazir) orang-orang cerdas dan terdidik diantaranya, Al-Qadhi Al-Fadhil dan Al-Katib Al-Isfahani. Sementara itu sekretaris pribadinya bernama Bahruddin bin Syadad, yang kemudian dikenal sebagai penulis biografinya.
Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi juga  tidak membuat kekuasaan terpusat di Mesir. membagi wilayah kekuasaannya kepada saudara-saudara dan keturunannya, sehingga melahirkan beberapa cabang dinasti Ayyubiyah sebagai berikut:
1.  Kesultanan Ayyubiyah di Mesir
2.  Kesultanan Ayyubiyah di Damaskus
3.  Keamiran Ayyubiyah di Aleppo
4.  Kesultanan Ayyubiyah di Hamah
5.  Kesultanan Ayyubiyah di Homs
6.  Kesultanan Ayyubiyah di Mayyafaiqin
7.  Kesultanan Ayyubiyah di Sinjar
8.  Kesultanan Ayyubiyah di Hisn Kayfa
9.  Kesultanan Ayyubiyah di Yaman
10. Keamiran Ayyubiyah di Kerak
Dalam kegiatan  perekonomian, ia bekerja sama dengan penguasa muslim di wilayah lain dan menggalakan perdaganggan dengan kota-kota di laut tengah, lautan Hindia dan menyempurnakan sistem perpajakan. 
Selain itu, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dianggap sebagai pembaharu di Mesir karena dapat mengembalikan mazhab sunni. Untuk keberhasilannya, Khalifah al-Mustadi dari Bani Abbasiyah memberi gelar Al-Mu’izz li Amiiril mu’miniin (penguasa yang mulia). Khalifah Al-Mustadi juga memberikan Mesir, Naubah, Yaman, Tripoli, Suriah dan Maghrib sebagai wilayah kekuasaan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi pada tahun 1175 M. sejak saat itulah Shalahuddin dianggap sebagai Sultanul Islam Wal Muslimiin (Pemimpin umat Islam dan kaum muslimin).

2. Keperwiraan
Citadel of Salah al-Din al-Ayyubi (Qal’atulJabal)


Shalahuddin Yusuf  Al-Ayyubi, dikenal sebagai perwira yang memiliki kecerdasan tinggi dalam bidang militer. Pada masa pemerintahannya  kekuatan militernya terkenal sangat tangguh, diperkuat oleh pasukan Barbar Turki, dan Afrika. Ia membangun tembok kota di Kairo dan bukit muqattam sebagai benteng pertahanan. Salah satu karya monumental yang disumbangkannya selama beliau menjabat sebagai Sultan adalah bangunan sebuah benteng pertahanan yang diberi nama Qal’atul Jabal yang dibangun di Kairo pada tahun 1183 M.
Kehidupan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi penuh dengan perjuangan dalam rangka menunaikan tugas negara dan agama. Perang yang dilakukannya dalam rangka membela negara dan agama. Shalahuddin seorang kesatria dan memiliki toleransi yang tinggi.
a.   Ketika menguasai Iskandariyah, tetap mengunjungi orang-orang Kristen
b.  Ketika perdamaian tercapai dengan tentara salib, ia mengijinkan orang-orang kristen berziarah ke Baitul Makdis.        
          Sebagai khalifah pertama Dinasti Ayyubiyah, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi berusaha untuk menyatukan propinsi-propinsi Arab terutama di Mesir dan Syam pada satu daulah kekuasaan. Usaha Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi ini banyak mendapat tantangan dari orang-orang yang kedudukannya merasa terancam dengan kepemimpinannya. Maka usaha-usaha yang dilakukan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi pertama kali adalah menumpas segala bentuk pemberontakan dan memperluas wilayah kekuasaannya dengan tujuan agar kekuatan umat Islam terorganisir dengan baik dan mampu menangkal musuh.  Usaha-usaha tersebut adalah:
a.    Memadamkan pemberontakan Hajib, kepala rumah tangga Khalifah Al-Adhid, sekaligus perluasan wilayah Mesir sampai selatan Nubiah (568 H/1173 M)
b.    Perluasan wilayah Al-Ayyubiyah ke Yaman (569 H/1173 M)
c.    Perluasan wilayah Al-Ayyubi ke Damaskus dan Mosul (570 H/1175 M).
          Tujuan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi menyatukan Mesir, Suriah, Nubah, Yaman, Tripoli, dan wilayah-wilayah yang lainnya di bawah komando Al-Ayyubiyah adalah terjadinya koalisi umat Islam yang kuat dalam melawan gempuran-gempuran tentara salib. Usaha-usaha yang dilakukan oleh Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi tersebut menuai hasil yang gemilang.
       Perang Salib yang terjadi pada masa Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi adalah Perang Salib periode kedua yang berlangsung sekitar tahun1144-1192 M.  Periode ini disebut periode reaksi umat Islam, terutama bertujuan membebaskan kembali  Baitul Maqdis (Al-Aqsha). 
Berikut  peperangan terpenting yang telah dilalui oleh Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi:
a.    Pertempuran Shafuriyah (583 H/1187 M)
b.    Pertempuran Hittin ( Bulan Juli 583 H/1187 M)
c.    Pembebasan Al-Quds/Baitul Maqdis (27 Rajab 583 H/1187 M).
       Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi adalah pahlawan besar bagi umat Islam. Kecintaannya terhadap agama dan umat Islam telah menempatkan sebagian lembaran hidupnya untuk menegakkan harga diri umat Islam.  Kehadiran Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dalam perang salib merupakan anugerah. Strategi yang dikembangkan oleh Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dalam membangun koalisi umat Islam benar-benar telah menyatukan kekuatan umat Islam dalam membela agamanya.
       Keperwiraan Shalahuddin terukir dalam sejarah, tidak hanya  diakui oleh kaum muslimin tetapi juga oleh kaum Kristen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar