Biografi Shalahuddin Al-Ayyubi(564-589 H/ 1171-1193 M)
Abu al-Abbas al-Saffah
Sumber : http://medievalhistoryfacebook.wikispaces.com
|
Pendidikan masa
kecilnya, Shalahuddin dididik ayahnya untuk menguasai sastra, ilmu kalam,
menghafal Al Quran dan ilmu hadits di madrasah. Dalam buku-buku sejarah
dituturkan bahwa cita-cita awal Shalahuddin ialah menjadi orang yang ahli
di bidang ilmu-ilmu agama Islam (ulama). Ia senang berdiskusi tentang ilmu
kalam, Al-Qur’an, fiqih, dan hadist.
Selain mempelajari ilmu-ilmu agama,
Shalahuddin mengisi masa mudanya dengan menekuni teknik perang, strategi,
maupun politik. Setelah itu, Shalahuddin melanjutkan pendidikannya di Damaskus
untuk mempelajari teologi Sunni selama sepuluh tahun, dalam lingkungan istana Nuruddin.
Dari kecil sudah terlihat karakter kuat Salahudin yang
rendah hati, santun serta penuh belas kasih. Salahudin tumbuh di lingkungan
keluarga agamis dan dalam lingkungan keluarga ksatria.
Dunia kemiliteran
semakin diakrabinya setelah Sultan Nuruddin menempatkan ayahnya sebagai kepala
divisi milisi di Damaskus dan pada umur 26 tahun, Shalahuddin bergabung dengan
pasukan pamannya (Asaduddin Syirkuh), dalam memimpin pasukan muslimin ke
Mesir atas tugas dari gubernur Suriah (Nuruddin Zanki), untuk membantu perdana
menteri Dinasti Fathimiyah (Perdanana Menteri Syawar) menghadapi pemberontak
Dirgam. Misi tersebut berhasil Perdana menteri Syawar kembali kepada
kedudukannya semula tahun 560 H/1164 M.
Tiga tahun kemudian,
Nuruddin Zanki kembali menugaskan Panglima Asaduddin Syirkuh dan Shalahuddin
Yusuf Al-Ayyubi untuk menaklukkan Mesir. Hal ini dikarenakan Perdana Menteri
Syawar telah mengadakan perjanjian dengan Amauri, Panglima tentara Salib, yang
dulu pernah membantu Dirgam. Perjanjian tersebut dipandang membahayakan posisi
Suriah dan umat Islam pada umumnya.Setelah penyerangan kelima kali, tahun 1189 Mesir dapat
dikuasai. Shirkuh kemudian meninggal. Selanjutnya Salahudin diangkat
oleh Nuruddin menjadi pengganti Shirkuh. Pada tahun
1169 ia diangkat sebagai wazir atau panglima gubernur menggantikan pamannya.
Makam Salahudin Al-Ayubi
http://bujangmasjid.blogspot.com
|
Shalahudin berangkat ke Damaskus
untuk mengucapkan bela sungkawa. Kedatangannya banyak disambut
dan dielu-elukan. Shalahuddin yang santun berniat untuk menyerahkan
kekuasaan kepada raja yang baru yang
masih belia ini. Pada tahun itu juga raja muda ini
sakit dan meninggal. Posisinya digantikan oleh Salahudin yang diangkat menjadi
pemimpin kekhalifahan Suriah dan Mesir.
Tiga tahun kemudian, ia menjadi
penguasa Mesir dan Syria menggantikan Sultan Nuruddin yang wafat. Suksesi yang
ia lakukan sangat terhormat, yaitu dengan menikahi janda mendiang Sultan demi
menghormati keluarga dinasti sebelumnya. Ia memulai dengan revitalisasi
ekonomi, reorganisasi militer, dan menaklukan Negara-negara muslim kecil untuk
dipersatukan melawan pasukan salib.
Impian
bersatunya bangsa muslim tercapai setelah pada September 1174, Shalahuddin
berhasil menundukkan Dinasti Fatimiyah di Mesir untuk patuh pada kekhalifahan
Abbasiyah di Baghdad. Dinasti Ayyubiyah akhirnya berdiri di Mesir menggantikan
dinasti sebelumnya yang bermazhab syi’ah.
Pada usia 45 tahun, Shalahuddin telah
menjadi orang paling berpengaruh di dunia Islam. Selama kurun waktu 12 tahun,
ia berhasil mempersatukan Mesopotamia, Mesir, Libya, Tunisia, wilayah barat
jazirah Arab dan Yaman di bawah kekhalifahan Ayyubiyah. Kota Damaskus di Syria
menjadi pusat pemerintahannya.
Shalahuddin
meninggal di Damaskus pada tahun 1193 M dalam usia 57 tahun.
D. KETELADANAN
SHALAHUDDIN AL-AYYUBI
|
1.
Kepemimpinan
|
Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi
juga tidak membuat kekuasaan terpusat di
Mesir. membagi wilayah kekuasaannya kepada saudara-saudara dan keturunannya,
sehingga melahirkan beberapa cabang dinasti Ayyubiyah sebagai berikut:
1. Kesultanan
Ayyubiyah di Mesir
2. Kesultanan
Ayyubiyah di Damaskus
3.
Keamiran Ayyubiyah di Aleppo
4. Kesultanan
Ayyubiyah di Hamah
5. Kesultanan
Ayyubiyah di Homs
6. Kesultanan
Ayyubiyah di Mayyafaiqin
7. Kesultanan
Ayyubiyah di Sinjar
8. Kesultanan
Ayyubiyah di Hisn Kayfa
9. Kesultanan
Ayyubiyah di Yaman
10. Keamiran
Ayyubiyah di Kerak
Dalam
kegiatan perekonomian, ia bekerja sama
dengan penguasa muslim di wilayah lain dan menggalakan perdaganggan dengan
kota-kota di laut tengah, lautan Hindia dan menyempurnakan sistem perpajakan.
Selain itu,
Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dianggap sebagai pembaharu di Mesir karena dapat
mengembalikan mazhab sunni. Untuk keberhasilannya, Khalifah al-Mustadi dari
Bani Abbasiyah memberi gelar Al-Mu’izz li
Amiiril mu’miniin (penguasa yang mulia). Khalifah Al-Mustadi juga
memberikan Mesir, Naubah, Yaman, Tripoli, Suriah dan Maghrib sebagai wilayah
kekuasaan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi pada tahun 1175 M. sejak saat itulah
Shalahuddin dianggap sebagai Sultanul
Islam Wal Muslimiin (Pemimpin umat Islam dan kaum muslimin).
2.
Keperwiraan
Kehidupan
Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi penuh dengan perjuangan dalam rangka menunaikan
tugas negara dan agama. Perang yang dilakukannya dalam rangka membela negara
dan agama. Shalahuddin seorang kesatria dan memiliki toleransi yang tinggi.
a. Ketika menguasai Iskandariyah, tetap
mengunjungi orang-orang Kristen
b. Ketika perdamaian tercapai dengan
tentara salib, ia mengijinkan orang-orang kristen berziarah ke Baitul Makdis.
Sebagai
khalifah pertama Dinasti Ayyubiyah, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi berusaha untuk
menyatukan propinsi-propinsi Arab terutama di Mesir dan Syam pada satu daulah
kekuasaan. Usaha Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi ini banyak mendapat tantangan dari
orang-orang yang kedudukannya merasa terancam dengan kepemimpinannya. Maka
usaha-usaha yang dilakukan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi pertama kali adalah
menumpas segala bentuk pemberontakan dan memperluas wilayah kekuasaannya dengan
tujuan agar kekuatan umat Islam terorganisir dengan baik dan mampu menangkal
musuh. Usaha-usaha tersebut adalah:
a. Memadamkan pemberontakan Hajib, kepala rumah tangga
Khalifah Al-Adhid, sekaligus perluasan wilayah Mesir sampai selatan Nubiah (568
H/1173 M)
b. Perluasan wilayah Al-Ayyubiyah ke Yaman (569 H/1173 M)
c. Perluasan wilayah Al-Ayyubi ke Damaskus dan Mosul (570
H/1175 M).
Tujuan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi
menyatukan Mesir, Suriah, Nubah, Yaman, Tripoli, dan wilayah-wilayah yang
lainnya di bawah komando Al-Ayyubiyah adalah terjadinya koalisi umat Islam yang
kuat dalam melawan gempuran-gempuran tentara salib. Usaha-usaha yang dilakukan
oleh Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi tersebut menuai hasil yang gemilang.
Perang
Salib yang terjadi pada masa Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi adalah Perang Salib
periode kedua yang berlangsung sekitar tahun1144-1192 M. Periode ini disebut periode reaksi umat
Islam, terutama bertujuan membebaskan kembali
Baitul Maqdis (Al-Aqsha).
Berikut peperangan
terpenting yang telah dilalui oleh Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi:
a. Pertempuran Shafuriyah (583 H/1187 M)
b. Pertempuran Hittin ( Bulan Juli 583 H/1187 M)
c. Pembebasan Al-Quds/Baitul Maqdis (27 Rajab 583 H/1187
M).
Shalahuddin
Yusuf Al-Ayyubi adalah pahlawan besar bagi umat Islam. Kecintaannya terhadap
agama dan umat Islam telah menempatkan sebagian lembaran hidupnya untuk
menegakkan harga diri umat Islam.
Kehadiran Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dalam perang salib merupakan
anugerah. Strategi yang dikembangkan oleh Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dalam
membangun koalisi umat Islam benar-benar telah menyatukan kekuatan umat Islam
dalam membela agamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar