1. Pendidikan
Pemerintahan dinasti Ayyubiyah terutama pada masa kekuasaan Nuruddin dan
Shalahuddin telah berhasil menjadikan Damaskus sebagai kota pendidikan.
Damaskus, ibu kota Suriah, masih menyimpan bukti yang menunjukkan jejak
arsitektur dan pendidikan yang dikembangkan kedua penguasa tersebut. Nuruddin
tidak hanya merenovasi dinding-dinding pertahanan kota, menambahkan beberapa
pintu gerbang dan menara, serta membangun gedung-gedung pemerintahan yang masih
bisa digunakan hingga kini, tetapi juga
mendirikan madrasah sebagai sekolah
pertama di Damaskus yang difokuskan untuk pengembangan ilmu hadist. Madrasah ini terus berkembang dan menyebar ke
seluruh pelosok Suriah.
|
Nuruddin
juga membangun rumah sakit yang terkenal dengan memakai namanya,yaitu Rumah
sakit al-Nuri. Rumah Sakit Al-Nuri
ini, menjadi rumah sakit kedua di Damaskus setelah rumah sakit al-walid dan ditambah fungsinya tidak
hanya sebagai tempat pengobatan, juga sebagai sekolah kedokteran.
Pada
bangunan monumen-monumen, Nuruddin menorehkan seni menulis indah. Prasasti-prasasti yang ditulisnya menjadi daya tarik para ahli paleografi
(ilmu tulisan kuno) Arab. Sejak saat itu diperkirakan seni kaligrafi (khat) Arab gaya Kufi muncul dan berkembang. Kaligrafi gaya Kufi kemudian diperbaharui dan
melahirkan gaya kaligrafi Naskhi.
Salah satu prasasti yang sampai saat ini masih
bisa dilihat dan dibaca terdapat di menara benteng Aleppo. Disebutkan dalam
catatan orang Suriah dan Hittiyah, benteng pertahanan tersebut merupakan
mahakarya arsitektural Arab kuno dan terus ada berkat jasa pemeliharaan dan
renovasi Nuruddin. Di samping itu, makam
Nuruddin, yang terletak di akademi Damaskus Al-Nuriyah, hingga kini masih
dihormati dan diziarahi.
Pengembangan masjid sebagai lembaga pendidikan
atau sekolah masjid, juga sebagai mausoleum menunjukkan pada masa Nuruddin terbangun
konsep multifungsi yang berhubungan dengan masjid di Suriah. Bahkan pada
pemerintahan selanjutnya, setelah Dinasti Ayyubiah, yaitu masa pemerintahan Mamluk, melahirkan satu
tradisi baru, yaitu menguburkan para pendiri sekolah masjid di bawah kubah
bangunan yang mereka dirikan.
Selanjutnya,
Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi juga mencurahkan perhatian pada bidang pendidikan
dan aristektur. Ia memperkenalkan
pendidikan Madrasah ke berbagai wilayah di bawah kekuasaannya, seperti ke
Yerusalem, Mesir dan lain-lain. Ibnu
Jubayr menyebutkan ada beberapa juga madrasah di kota Iskandariah. Di antara madrasah terkemuka dan terbesar
berada di Kairo dan memakai namanya sendiri, yaitu Madrasah al-Shalahiyah. Menurut sejarah Islam, jika Nizam
al-Mulk adalah orang yang mula-mula
mendirikan madrasah, yaitu Madarasah Nizhamiyah, maka setelah Madrasah Nizamiah
ini, madrasah terbesar adalah yang didirikan oleh Shalahuddin al- Ayyubi.
Sekarang, madrasah-madrasah tersebut tidak bisa
ditemukan lagi, namun sisa-sisa arsitekturalnya masih bisa dilihat. Pada tahun-tahun berikutnya, gaya arsitektur
ini melahirkan beberapa monument Arab yang indah di Mesir. Salah satunya yang
terindah dan menjadi model terbaik adalah Madrasah Sultan Hasan di Kairo.
Di samping mendirikan sejumlah madrasah, Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi juga
membangun dua rumah sakit di Kairo. Bangunan kedua rumah sakit itu dirancang mengikuti model rumah sakit Nuriyah
di Damaskus, yakni selain sebagai
tempat pengobatan, sekaligus sebagai sekolah kedokteran. Salah seorang dokter
terkenal yang juga menjadi dokter pribadi Shalahuddin adalah Ibnu Maymun,
beragama Yahudi.
Pada masa Shalahuddin
Al-Ayyubi, mulai dikenal perayaan hari lahir Nabi Muhammad SAW
yang dikenal dengan Maulud
Nabi di Indonesia.
2. Bidang ekonomi dan perdagangan
Dalam hal perekonomian
pemerintahan Dinasti Ayyubiah bekerja
sama dengan penguasa muslim di wilayah lain, membangun perdagangan dengan
kota-kota di laut Tengah, lautan Hindia dan menyempurnakan sistim perpajakan.
Hubungan internasional dalam perdagangan baik jalur laut maupun jalur darat
semakin ramai dan membawa pengaruh bagi
negara Eropa dan negara-negara yang dikuasainya. Sejak saat itu dunia ekonomi
dan perdagangan sudah menggunakan sistem kredit, bank termasuk Letter
of Credit, bahkan ketika itu sudah ada mata uang yang terbuat dari emas.
Selain itu, dimulai percetakan mata uang dirham campuran (fulus). Percetakan fulus yang merupakan
mata uang dari tembaga dimulai pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Al- Kamil
ibn Al Adil Al- Ayyubi, percetakan unag fulus tersebut dimaksudkan sebagai alat
tukar terhadap barang-barang yang tidak signifikan denga rasio 48 fulus untuk
setiap dirhamnya.
Dalam bidang industri pada masa
Ayyubiah, sudah mengenal kemajuan di bidang industri dengan dibuatnya kincir
oleh seorang Syiria yang lebih canggih dibanding buatan orang Barat. Juga sudah
ada pabrik karpet, pabrik kain dan pabrik gelas.
3.
Militer dan
Sistem Pertahanan
Pada masa pemerintahan Shalahuddin, kekuatan
militernya terkenal sangat tangguh. Pasukannya diperkuat oleh pasukan Barbar,
Turki dan Afrika. Selain juga memiliki alat-alat perang, pasukan berkuda, pedang dan panah dinasti ini juga memiliki
burung elang sebagai kepala burung-burung dalam peperangan. Shalahuddin
juga membuat bangunan monumental berupa
tembok kota di Kairo dan Muqattam yaitu benteng Qal’al Jabal Sultan Salahuddin al-Ayubi atau lebih dikenal dengan
sebutan benteng Salahuddin Al-Ayubi,
yang sampai hari ini masih berdiri dengan megahnya.
Benteng ini terletak bersebelahan Bukit
Muqattam dan berhampiran dengan Medan Saiyyidah Aisyah. Ide membuat benteng ini
hasil pemikirannya sendiri yang direalisasikan
pada tahun 1183M. Shalahuddin
melihat bahwa Kota Kaherah begitu luas dan besar, dan membutuhkan sistem pertahanan benteng yang kokoh sebagaimana di Halab dan
Syria.
Salahuddin Al-Ayubi menyuruh bahan batu yang digunakan
untuk membangun pondasi benteng tersebut
diambil dari batu-batu yang
terdapat di Piramid di Giza. Benteng ini dikelilingi pagar yang tinggi dan kokoh.
Terdapat juga di dalam
kawasan benteng ini Muzium Polis, Qasrul
Jawhara (Muzium Permata) yang menyimpan perhiasan raja-raja Mesir. Terdapat
juga Mathaf al-Fan al-Islami (Muzium
Kesenian Islam) yang terletak di bab
(pintu) Khalk yang menyimpan ribuan barang yang melambangkan kesenian
Islam semenjak zaman Nabi Muhammad SAW,
termasuk diantaranya surat Rasulullah SAW untuk penguasa Mesir saat itu bernama
Maqauqis, agar beriman kepada Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar