Kebijakan pemerintah yang mendukung aktivitas intelektual dan riset
melahirkan kemajuan dalam berbagai bidang pengetahuan, sebagai berikut:

Filsafat
diartikan sebagai pengetahuan dengan akal budi tentang segala yang ada, hakekat
yang ada, sebab yang ada, asal yang ada,
hukum yang ada dan segala sesuatu dibahas secara mendalam dan mendasar. Pada masa Dinasti Abbasiyah Ilmu filsafat banyak diterjemahkan, tidak
hanya dari kebudayaaYunani, termasuk Romawi, Persia, India, Syiria. Proses ini biasanya disebut dengan istilah Hellenisasi. Buku-buku yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab antara lain
Categories, Pyssices dan Makna
Maralia karya Aristoteles, Republik,
Laws, da Timaeus karya Plato, dan lain-lain. Penerjemahan yang dilakukan
dengan mengadakan perubahan serta perbaikan sesuai ajaran Islam, sehingga
munculah yang dinamakan ilmu filsafat Islam.
Ilmu filsafat Islam adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi
mengenai hakikat yang ada, sebab asal dan hukumnya atau ketentuan-ketentuannya
berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis. Munculah tokoh-tokoh terkenal dalam bidang
filsafat Islam diantaranya:
a. Al-Farabi
Nama lengkapnya Muhammad bin Turkhan Abi Nasir Al-Farabi, lahir pada tahun
870 di Farab, sebuah kota di Turki Tengah (kini tidak ada lagi). Sejak kecil,
rajin belajar dan memiliki otak yang cerdas. Ia belajar agama, bahasa Arab,
bahasa Turki, dan bahasa Parsi. Setelah besar al-Farabi pindah ke
Baghdad dan tinggal selama 20 tahun. Di Baghdad ia memperdalam filsafat,
logika, matematika, etika, ilmu politik, musik, dan lain-lain. Dari Baghdad Al-Farabipindah ke
Harran (Iran) dan mempelajari filsafat Yunani kepada beberapa guru diantaranya
Yuhana bin Hailan. Dari Harran kemudian pindah lagi ke Baghdad. Selama di
Baghdad waktunya dihabiskan untuk mengajar dan
menulis.

1). Agrad al Kitab ma Ba’da Tabi’ah (Intisari Buku Metafisika)
2). Al–Jam’u
Baina Ra’yai al–Hakimaini (Mempertemukan dua
pendapat Filusuf : Plato dan Aristoteles).
3). ‘Uyun al Masa’il
(Pokok–pokok persoalan)
4). Ara’u Ahl al–Madinah
(Pikiran–pikiran Penduduk Kota)
5). Ihsa’ al– ‘Ulum (Statistik
Ilmu)
Al-Farabi terkenal dengan filsafat kenabian dan filsafat politik
kenegaraannya. Dalam hal filsafat kenabian, Al-Farabi disebut sebagai filosof
pertama yang membahas soal kenabian. Al-Farabi berkesimpulanbahwa
para nabi/rasul maupun para filosof sama–sama dapat berkomunikasi dengan akal
Fa’al, yakni akal ke sepuluh (malaikat).Perbedaannya, komunikasi
nabi/rasul dengan akal kesepuluh terjadi melalui perantaraan imajinasi (al-mutakhayyilah)
yang sangat kuat, sedangkan para filosof berkomunikasi dengan akal kesepuluh
melalui akalMustafad, yaitu akal yang mempunyai kesanggupan dalam
menangkap inspirasi dari akal kesepuluh yang ada di luar diri manusia.
Filsafat politiknya yang terkenal
tentang kenegaraan yang dibedakannya menjadi lima macam:
1)
Negara Utama (al-madinah al-fadilah), yaitu negara yang penduduknya
berada dalam kebahagiaan. Menurutnya negara terbaik adalah negara yang dipimpin
oleh rasul dan kemudian oleh para filosuof;
2)
Negara orang–orang bodoh (al-madinah
al-jahilah), yaitu negara yang penduduknya tidak mengenal kebahagiaan;
3)
Negara orang–orang fasik (al-madinah al-fasiqah), yakni negara yang
penduduknya mengenal kebahagiaan, Tuhan dan akal Fa’alal-madinah al-fadilah),
tetapi tingkah laku mereka sama dengan penduduk negeri yang bodoh.
4)
Negara yang berubah–ubah (al-madinah
a-lmutabaddilah), ialah negara yang penduduknya semula mempunyai pikiran
dan pendapat seperti yang dimiliki negara utama, tetapi kemudian mengalami
kerusakan;
5)
Negara sesat (al-madinah ad-dallah), yaitu negara yang penduduknya
mempunyai konsepsi pemikiran yang salah tentang Tuhan dan akalFa’al, tetapi
kepala negaranya beranggapan bahwa dirinya mendapat wahyu dan kemudian ia
menipu orang banyak dengan ucapan dan perbuatannya.
Para ilmuan Barat memanggilnya dengan nama Alfarabius
atau Avennasar dan menjulukinya sebagai pendiri filsafat Arab. Juga menyebut Al-Farabi sebagai guru kedua (The Second Master, Muallim At-Tsani), sedangkan Aristoteles sebagai Guru Pertama (The First Master,al–Mu’allim
al–Awwal)). Al-Farabi
bekerja di Istana Saif Ad-Daulah Al-Hamdani. Al-Farabi
wafat
di Halb (Aleppo) pada tahun 339 H / 950 M.
b. Ibnu Rusyd


c. Ibnu Bajjah
Nama lengkap Ibnu Bajjah
adalah Abu Bakr Muhammad Ibnu Yahya bin As-Sa’igh At-Tujibi As-Sarakusti, tapi
lebih populer dengan nama Ibnu Bajjah atau Ibnu Saligh. Di Barat, Ibnu Bajjah
dikenal dengan nama Avempace, Avenpace,
atau Aben Pace, lahir pada tahun 1802
di Saragosa, Spanyol, sebagai anak dari seorang pandai emas.
Selain sebagai filosof
muslim Arab terbesar dari Spanyol, Ibnu Bajjah
dikenal sebagai seorang astronom, musisi, dokter, fisika, psikologi, pujangga,
ahli logika, matematikus, penyair dan juga juga sebagai musisi. Ia piawai
bermain musik terutama gambus. Yang lebih mengesankan lagi, Ibnu Bajjah adalah
ilmuwan yang hafal Al-Quran.
Selain
menguasai beragam ilmu, Ibnu Bajjah dikenal sebagai politikus ulung.
Kehebatannya dalam berpolitik mendapat perhatian dari Abu Bakar Ibrahim,
gubernur Saragosa, dan Ia pun diangkat sebagai menteri semasa Abu Bakr Ibrahim
berkuasa di Saragossa.
Pandangan filsafat Ibn
Majah tentang berbagai hal sangat banyak. Diantaranya dia membahas tentang perbuatan manusia. Menurutnya, perbuatan
manusia dibagi dua, yaitu perbuatan hewani dan manusiawi. Perbuatan hewani didasarkan
atas dorongan naluri untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan keiginan hawa
nafsu, sedangkan perbuatan manusiawi yaitu perbuatan yang didasarkan pada rasio
dan kemauan yang bersih lagi luhur.
Adapun yang berkaitan
dengan filsafat politik Ibnu Bajjah, membahas tentang konsep negara. Ia membagi
Negara menjadi Negara utama (al-madinat
al- fadilat) atau Negara sempurna dan Negara yang tidak sempurna. Pendapat
Ibnu Bajjah ini sejalan dengan Al-Farabi, perbedaannya hanya terletak pada
penekanannya, Al-Farabi titik tekannya pada kepala Negara, sedangkan Ibnu
Bajjah titik tekannya pada warga Negara (masyarakat).Beberapa karya penting
dalam bidang Filsafat, ialah:
1)
Kitab takbir
al-mutawahhid, ini adalah kitab yang paling popular dan penting dari
seluruh karya tulisnya. Kitab ini berisikan akhlak dan politik serta
usaha-usaha individu menjauhkan diri dari segala macam keburukan-keburukan
dalam masyarakat negara, yang disebut
sebagai insanmuwahhid (manusia
penyendiri)
2)
Risalat al-wada’, risalah ini membahas penggerak pertama
(Tuhan), manusia, alam, dan kedokteran.

3)
Risalat
al-ittishal, risalah ini
menguraikan tentang hubungan manusia dengan akal
fa’al.
4)
kitab al-nafs,
kitab ini menjelaskan tentang jiwa.
Ibnu
Bajjah meninggal dunia pada tahun 55 H/ 1138 M.
d. Ibnu Thufail
Nama lengkapnya Abu Bakar Muhammad Abd Al-Malik Ibn
Muhammad Ibn Thufail Al-Qoisyi, lahir di Cadix, provinsi
Granada Spanyol pada tahun 506 H/1110 M. Ia termasuk dalam keluarga suku Arab
terkemuka, Qais. Di Barat terkenal dengan sebutan Abu Bacer. Selain terkenal sebagai filosof muslim, juga seorang
dokter, ahli matematika dan kesusastraan (penyair) dari dinasti Al-Muwahhid
Spanyol. Ia memulai kariernya sebagai dokter praktik di Granada.
Lewat
ketenarannya sebagai dokter ia diangkat menjadi sekretaris Gubernur di Provinsi
itu. Kemudian, menjadi sekretaris pribadi Gubernur Cueta(Sabtah) dan Tonjah di
Magribi, dan akhirnya
sebagai dokter pribadi Abu Yusuf Ya’qub Al-Manshur, Khalifah Daulat Muwahhidin
(1163-1184 M), sekaligus
menjadi qadhi.
Dalam bidang
filsafat, Ibn Thufail dengan gigih menselaraskan sains Yunani dengan hikmah
Timur, atau antara filsafat dengan agama. Wujud konkrit perpaduan ini tergambar
dalam karyanya yang terkenal Hayy Ibn Yaqzhan fi asrar al-Hikmah
al-Masyriqiyyah (Hidup Anak
yang sadar, rahasia-rahasia hikmah dari Timur) sebuah roman filsafat yang sarat
makna dan kritis, menggambarakan orang yang mempunyai akal fikiran sebagai
fitroh bagi setiap manusia akan menemukan kebenaran (Tuhan).
Buku Hayy Ibn Yaqzhan menurut beberapa ahli sebenarnya
merupakan inti dari semua pemikiran Ibn Tufail. Dalam mukadimahnya Ibn Thufail
menjelaskan tujuan penulisan buku itu untuk menyaksikan kebenaran (al-haqq) menurut cara yang ditempuh
oleh para Ahl al-zauq dan Musyahadah yang telah mencapai tingkat
kewalian.
Selain itu, ada dua buku tentang kedokteran yang ditulis
oleh dua orang muridnya yang dipersembahkan kepada Ibn Thufail, yaitu karya
Al-Bithruji berjudul Kitab al-Hai’ah, dan karya Ibn Rusyd berjudul fi
al-Buqa’ al-Maskunah wa al-Ghair al-Maskunah. Ibnu Thufail meninggal di
kota Marraqesh, Maroko pada 581 H /1185 M.
![]() |
llmu kedokteran mendapatkan perhatian paling besar
dan kedudukan terhormat. Mulai berkembang pada akhir masa Abbasiyah I, yaitu masa
Khalifah Al-Watsiq, sedangkan puncaknya terjadi pada masa Abbasiyah II, III,
dan IV. Buku-buku karya Ar-Razi banyak dijumpai di museum-museum Eropa
dan banyak digunakan sebagai buku rujukan untuk dunia kedokteran. Semua khalifah memiliki dokter pribadi. Khalifah
Al-Mansur memindahkan pusat kedokteran dari Jundisapur ke Baghdad. Pada masa
khalifah Harun Ar-Rasyid, tercatat sebanyak 800 orang dokter, mencerminkan
kemajuan pengetahuan dalam bidang kedokteran.Rumah sakit-rumah sakit didirikan
sekaligus dijadikan sebagai pusat kegiatan praktek ilmu kedokteran, sementara
teorinya diajarkan di masjid dan madrasah. Pada masa itu telah didirikan apotik
yang pertama di dunia yaitu tempat menjual obat.
Beberapa ilmuwan di bidang kedokteran yang terkenal
diantaranya:
a.
Ali
bin Rabban At-Tabbari adalah orang pertama yang mengarang buku kedokteran yiatu
Firdaus al-Hikmah (850 M).
b.
Ar-Razi
atau Razes (809-873 M), menulis buku terkenal mengenai cacar dan campak yang
diterjemahkan dalam bahasa latin.
c.
Ibnu
Sina, menemukan sistem peredaran darah pada manusia dan menjadi sangat
termasyhur karena bukunya Qanun fi al-Thibb, diterjemahkan di Eropa pada
pertengahan kedua bad 15 M dan dijadikan pegangan dalam bidang kedokteran
hingga sekarang. Dia dijuluki Ibnu “Raja Obat” serta dianggap sebagai perintis tentang
penyakit syaraf dan berbagai macam penyakit.
d.
Hunain
bin Ishaq Al Abadi (810-878 M),
dokter dari ahlu Dzimmah, penganut agama Kristen dari mazhab Nastarian, Ahli mata,Dia
mengabdikan keahliannya pada masa Al-Makmun, Al-Mu’tashim, Al-Watsiq, dan
Al-Mutawakil. Dia adalah satu-satunya dokter yang berhasil menyembuhkan Al-Mutawakkil
setelah para dokter istana yang lain gagal mengobatinya.
![]() |
Terjemahan buku-bukudari Yunani, Romawi dan India
ke dalam bahasa Arab, menghasilkan berbagai
karya termasuk
dalam bidang matematika. Selanjutnya ilmu matematika/ilmu hisab berkembang karena kebutuhan
dasar pemerintah untuk menemukan waktu yang tepat dalam setiap pembangunan.
Setiap sudut harus terukur secara tepat supaya tidak terjadi kesalahan hitung
dalam pembangunan gedung-gedung.

e.
Al-Biruni meliputi
aritmatika teoritis dan praktis, penjumlahan
seri, analisis kombinatorial, kaidah angka 3, bilangan irasional,
teori
perbandingan, definisi aljabar, metode pemecahan penjumlahan aljabar, geometri.
teorema
Archimedes, sudut segitiga.
f.
Umar
Khayyam (1048 – 1131 M) mengarang buku tentang aljabar, yang telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis oleh F. Woepeke (1857), yaitu Reatise
on Algabera.
![]() |
Ilmu astronomi, dalam Islam disebut ilmu falak,
yaitu ilmu yang mempelajari benda-benda langit, seperti matahari, bulan bintang
dan planet-planet lain. Ilmu ini ditemukan sekitar 3000 tahun SM di Babylonia.
Dalam perkembangan ilmu astronomi, muncullah sistem penanggalan. Dalam dunia
Islam lmu astronomi sangat penting karena sangat mendukung penentuan waktu
ibadah, terutama waktu salat, penentuan arah kiblat dan penanggalan Qamariyah.
Khalifah Al-Mansur ketika menentukan letak ibukota yang ingin dibangunnya,
menggunakan bantuan ilmu astronom. Beliau banyak dibantu oleh ahli astronomi
dari India.
Ilmuwan muslim mendirikan observatorium dilengkapi
dengan peralatan yang maju, untuk melakukan kajian pengembangkan ilmu tersebut.
Habasyi Al-Hasib Al-Marwazi melakukan observasi sejak usia 15 tahun. Ia
memimpin penyusunan 3 tabel Zij Al-Makmun
(Tabel Al-Makmun) pada masa
pemerintahan khalifah Al-Makmun. Tabel pertama mengkritik metode Al-Khawarizmi,
kedua menulis tentang Al-Ziz Al-Mumtahan,
ketiga Al-Zij As-Syah.
Tokoh astronomi muslim pertama adalah Muhammad
Al-Fazani, dikenal sebagai pembuat astrolob atau alat mempelajari ilmu
perbintangan pertama di kalangan muslim. Tokoh-tokoh lainnya antara lai:
a.
Nasiruddin
Al-Thusi (pendiri Observatorium di Maragha, Asia kecil)
b.
Ali
bin Isa Al-Usturlabi, tokoh pertama penulis risalah astrolobe.
c.
Muhammad
bin Musa Al-Khawarizmi tokoh ilmu falak, yang juga ahli dalam bidang
matematika.
d.
Al-
Fargani (Al-Faragnus), menulis
ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard
Cremona dan Johannes Hispalensis.
e.
Al-Battani (Albatenius), bapak Ilmu Astronomi, menemukan bahwa garis bujur
terjauh matahari mengalami peningkatan sebesar 16,47 derajat sejak perhitungan
yang dilakukan oleh Ptolemy. Ini membuahkan penemuan yang penting mengenai
gerak lengkung matahari. Al-Battani juga menentukan secara akurat kemiringan
ekliptik, panjangnya musim, dan orbit matahari,
Iapun berhasil menemukan orbit bulan dan planet dan menetapkan teori
baru untuk menentukan sebuah kondisi kemungkinan terlihatnya bulan baru. Ini terkait
dengan pergantian dari satu bulan ke bulan lainnya. Hasil penelitiannya, Kitab al-Zij diterjemahkan oleh Plato
dari Tivoli ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12 dengan judul De Scienta
Stellerum De Numeris Stellerum et Motibus. Terjemahan tertua itu masih ada
di Vatikan. Terjemahan bukunya keluar tahun 1116, sedangkan edisi cetaknya
beredar tahun 1537 dan tahun 1645.
f.
Al-Biruni menulis karya besar bidang Astronomi, Masudic Canon yang
didedikasikan kepada putra Mahmud, yaitu Ma’sud. Al-Biruni
juga banyak menulis buku astrologi, yaitu The Elements of Astrology.
Pada tahun 1031, dia merampungkan ensiklopedia astronomi yang sangat panjang, Al-Qanun
Al-Mas’udi.Al-Biruni berpendapat bahwa
galaksi Bima Sakti adalah kumpulan sejumlah bintang. Dia
merupakan ilmuwan yang pertama kali membedakan istilah astronomi dengan
astrologi.
g.
Nasiruddin
At-Thusi, 1201 – 1274 M), berhasil
membuat table pergerakan planet yang akurat. Kontribusi lainnya yang amat
penting bagi perkembangan astronomi adalah kitab
Zij-Ilkhani yang ditulis dalam bahasa Persia dan diterjemahkan ke dalam
bahasa Arab. Kitab itu disusun stelah 12 tahun memimpin observatorium Maragha.
Selain itu Nasiruddin juga berhasil menulis kitab terkemuka lainnya yang
berjudul At-Tadhkira fi’ilm Al-hay’a (Memoar Astronomi). Nasiruddin mampu
memodifikasi model semesta apisiklus
Ptolomeus dengan prinsip-prinsip
mekanika untuk menjaga keseragaman rotasi benda-benda langit. Nasiruddin
meningal dunia pada tahun 672 H / 1274 M di kota Baghdad, yang pada saat itu di
bawah pemrintahan Abaqa (Pengganti
Hulagu).
![]() |
Pada masa Dinasti
Abbasiyah, kajian sejarah masih terfokus
pada tokoh atau peristiwa tertentu misalnya, sejarah hidup Nabi Muhammad SAW.
Minat terhadap kajian sejarah sangat besar dan mendapat dukungan dari khalifah.
Ilmuwan dalam bidang sejarah pada masa Abbasiyah diantaranya adalah Muhammad bin Ishaq bin Yasar, lebih
dikenal sebagai Ibnu Ishaq,
sejarawan muslim pertama, lahir pada tahun 85H / 704 M dan meninggal pada
tahun 151 H / 768 M. Dialah yang
pertama kali menulis Sirah al-Nabawiyah
lil Ibn Ishaq yang merupakan biografi Rasulullah pertama yang paling komprehensif. Kemudian disunting oleh muridnya Ibn Hisyam (w.230 H/845 M) menjadi Sirah al-Nabawiyah lil Hisyam. Muhammad Ibnu Sa'ad, (w.230 H/845 M)
yang menulis karya al-Thabaqat al-Kubra (8 jilid) berkata tentang Ibnu Ishaq, "Ia merupakan yang pertama mengumpulkan sejumlah ekspedisi dari Utusan
Allah (Muhammad) dan mencatatnya."
Al-Biruni juga disebut sejarawan masa Abbasiyah, dia telah menulis buku sejarah yang berjudul Chronology.
![]() |
Dalam tradisi Islam, ilmu bumi tidak bisa
dipisahkan dengan astronomi. Ahli bumi pertama dalam sejarah ilmuawan muslim
adalah Hisyam Al–Kalbi (abad ke 9 M,)
dengan studinya tentang kawasan
Arab.
Berkembangnya geografi di dunia Islam dimulai
ketika Khalifah Al-Makmun (813-833 M) memerintahkan ahli-ahli geografi Muslim
untuk mengukur kembali jarak bumi. Sejak saat itu muncul istilah mil untuk
mengukur jarak. Usaha tersebut berhasil, sehingga Al-Makmun memerintahkan para
geografer Muslim untuk menciptakan peta bumi yang besar. Di bawah koordinasi
Al-Khawarizmi bersama 70 geografer lainnya berhasil membuat peta globe pertama
pada tahun 830 M.
Al-Khawarizmi juga berhasil menulis kitab geografi
berjudul Surah Al-Ard (Morfologi
Bumi) sebuah koreksi terhadap karya Ptolemeus. Yang mana kitab tersebut menjadi
landasan ilmiah bagi geografi Muslim tradisional. Pada abad yang sama, Al-Kindi
juga menulis sebuah buku bertajuk ‘Keterangan tentang Bumi yang Berpenghuni’.
Demikian juga Al-Biruni berhasil menemukan radius bumi mencapai 6.339,6 km
dimana dunia Barat belum mampu mengukur radius bumi seperti yang dilakukan
Al-Biruni.
Di era kejayaan Dinasti Abbasiyah, perkembangan
astronomi Islam, penerjemahan naskah-naskah kuno ke dalam bahasa Arab serta
meningkatnya ekspansi perdagangan dan kewajiban menunaikan ibadah haji
merndukung semakin berkembangnya geografi di dunia Islam. Semakin
banyak bermnculan ahli di bidang geografi, di antaranya
a.
Al-Ya’qubi
(wafat 897 M), menulis buku geografi berjudul ’’Negeri-negeri’’ dengan studi
topografisnya.
b.
Ibn
Khordadbeh (820 M - 912 M), murid Al-Kindi yang mempelajari jalan-jalan di
berbagai provinsi secara cermat dan menuangkannya ke dalam buku Al-Masalik wa Al-Mamalik (Jalan dan
Kerajaan).
c.
Al-Dinawari
(828 M-898 M)
d.
Hamdani (893 M - 945 M)
e.
Ali
al-Masudi (896 M - 956 M), mempelajari faktor-faktor internal dan eksternal
yang mempengaruhi pembentukan batu-batuan di bumi.
f.
Ahmad
ibn Fadlan (abad ke-10 M), menulis ensiklopedia dan kisah perjalanan ke daerah
Volga dan Kaspia.
g.
Ahmad
ibn Rustah (abad ke-10 M), menulis ensiklopedia besar mengenai geografi.
h.
Al
Balkhi, mendirikan sekolah di kota
Baghdad yang secara khusus mengkaji dan membuat peta bumi.
i.
Al Istakhar II dan Ibnu
Hawqal (abad ke-10 M), membuat pemetaan dunia.
j.
Al Baghdadi (1162 M)
k.
Abdul-Leteef Mawaffaq
(1162 M)
l.
Abu
Ubaid Al- Bakri (abad 11 M) menulis
kitab Mu’jam Al-Ista’jam (Eksiklopedi
Geografi). berisi nama-nama tempat di Jazirah Arab dan Al-Masalik wa Al-Mamalik (Jalan dan Kerajaan), berisi pemetaan
geografis dunia Arab zaman dahulu.
m.
Al-Idrisi
(1100 M), membuat peta dunia, menulis
kitab Nazhah Al- Muslak fi Ikhtira
Al-Falak (Tempat Orang yang Rindu Menembus Cakrawala).. Kitab ini.
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, menjadi Geographia Nubiensis.
n.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar