c.
Abu
Yusuf Ya’qub Ibnu Ishaq Al-Sabah Al-Kindi (801-873M),
Filosof Muslim Pertama
Nama
lengkapnya Abu Yusuf Ya’qub bin Ishak bin Sabah bin Imran bin Ismail bin
Muhammad bin Al-Asy’as bin Qais Al-Kindi. Nama al-Kindi berasal dari nama salah
satu suku Arab yang besar sebelum Islam, yaitu suku Kindah. Al-Kindi lahir di Kufah
pada tahun 185 H/801
M pada masa kekhalifahan
Harun
Ar-Rasyid. Ayahnya
bernama Ibnu As-Sabah pernah menjadi
Gubernur Kufah pada masa kekhalifahan
Al-Mahdi (775 M – 785 M) dan Harun Ar-Rasyid (786 M – 809 M). Kakeknya, Asy’ats bin Qais, dikenal sebagah salah seorang
sahabat Nabi Muhammad SAW.
Al-Kindi sosok yang dikenal berotak encer. Tiga bahasa penting, yaitu Yunani, Suryani, dan Arab dikuasainya, sebuah
kelebihan yang jarang dimiliki orang pada era itu. Al-Kindi adalah filosof muslim pertama, karena ia adalah orang Islam pertama yang mendalami ilmu-ilmu filsafat. Pada saat itu, sampai abad ke-7 M, pengetahuan filsafat masih didominasi orang-orang Kristen
Suriah. Al-Kindi menerjemahkan dan menyimpulkan karya-karya filsafat Helenisme.
Ia juga dikenal sebagai pemikir muslim pertama yang menyelaraskan filsafat dan
agama. Al-Kindi memandang filsafat sebagai ilmu yang mulia. Ia melukiskan
filsafat sebagai ilmu dari segala ilmu dan kearifan dari segala kearifan.
Filsafat bertujuan untuk memperkuat kedudukan agama dan merupakan bagian dari
kebudayaan Islam.
Al-Kindi menguasai beragam ilmu pengetahuan. Karyanya
berjumlah kurang lebih 270 buah,
yang dapat dikelompokkan dalam bidang filsafat, logika, ilmu hitung, musik,
astronomi, geometri, medis, astrologi, psikologi, politik, dan meteorologi.
Salah satu karya Al Kindi di bidang filsafat adalah Risalah fi Madkhal al
Mantiq bi Istifa al Qawl fih yang berisi tentang sebuah pengatar logika.
Al-Kindi
mengalami kehidupan tidak kurang dari
lima periode khalifah Dinasti Abbasyiah,
yakni, Al-Amin, Al-Makmun, Al-Mu’tasim, Al-Wasiq dan Al-Mutawakkil. Dia
menjadi salah satu ilmuwan besar sekaligus bukti hidup kegemilangan kebudyaaan
Islam era kejayaan Islam Baghdad di bawah kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Ia juga
diangkat sebagai guru dan tabib kerajaan. Al-Kindi meninggal
pada tahun 869 M.
d. Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali Al-Tusi
Al-Syafi’i (450-505H/1058-1111M)
Nama lengkap Imam Al-Ghazali ialah
Muhammad bin Ahmad Al-Imamul Jalil Abu Hamid Ath Thusi Al-Ghazali, lahir di Thusi daerah Khurasan wilayah Persia pada tahun 450 H /1058 M. Ayah Al-Ghazali seorang pemintal benang dan ahli tasawuf yang
hebat.
Pada masa kecilnya ia sudah mempelajari ilmu
fiqh kepada Syekh Ahmad bin Muhammad
Ar-Rozakani, teman ayahnya sekaligus orang tua asuh Al-Ghazali. Kemudian belajar kepada
Imam Abi Nasar Al-Ismaili di negeri Jurjan. Selanjutnya, ia
berangkat ke Nisafur dan belajar pada Imam Al-Haramain Al-Juwaini, guru besar
di Madrasah Nizhamiyah Nisafur. Dengan cepat
Al-Ghozali dapat menguasai ilmu –ilmu
pengetahuan pokok, seperti ilmu matiq (logika), falsafah dan fiqh madzhab
Syafi’i. Karena kecerdasannya ini Imam Al-Haramain mengatakan bahwa al-Ghazali
itu adalah ”lautan tak bertepi’’.
Setelah Imam Al-Haramain
wafat, Al-Ghazali meninggalkan Naishabur (Nisafur), pergi ke Mu’askar untuk
mengunjungi Perdana Menteri Nizam
Al-Muluk, pemerintahan Bani Saljuk. Al-Ghazali
disambut dengan penuh kehormatan sebagai seorang ulama besar. Menteri
Nizam Al-Muluk akhirnya melantik Al-Ghazali pada tahun 484 H/1091 M, sebagai
guru besar pada perguruan Tinggi Nizamiyah
di kota Baghdad. Al-Ghazali kemudian mengajar di perguruan tinggi
tersebut. Disamping menjadi guru besar
di Nizamiyah, Al-Ghazali diangkat
sebagai mufti untuk membantu pemerintah
dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang muncul dalam masyarakat.
Al-Ghazali selalu hidup
berpindah-pindah, khususnya untuk
mendalami pengetahuan. Setelah dari Baghdad
berangkat ke Syam, menetap hampir 2 (dua) tahun untuk berlatih membersihkan diri, menyucikan hati dengan mengingat Tuhan dan beri’tikaf di
mesjid Damaskus. Kemudian menuju ke
Palestina untuk mengunjungi kota Hebron dan Jerussalem, tempat di mana para
Nabi sejak dari Nabi Ibrahim sampai Nabi Isa mendapat wahyu pertama dari Allah.
Terus berangkat ke Mesir, yang merupakan pusat kedua
bagi kemajuan dan kebesaran Islam sesudah Baghdad. Di Mesir,
dari Kairo dilanjutkan ke Iskandariyah,
selanjutnya ke Mekkah untuk menunaikan
rukun Islam yang kelima dan berzirah ke kuburan Nabi Ibrahim. Selanjutnya ia
kembali ke Naisabur dan mendirikan Madrasah Fiqh dan asrama (khanqah)
untuk melatih Mahasiswa-mahasiswa dalam paham sufi.
Al-Ghazali menulis banyak
sekali kitab, meliputi bidang ilmu yang populer pada zamannya, di antaranya
tentang tafsir al-Qur’an, ilmu kalam, ushul fiqh, fiqih, tasawuf, mantiq,
falsafat, dan lain-lain. Beberapa yang sangat termasyhur dan banyak menjadi
rujukan di lembaga-lemba pendidikan di Indonesia adalah:
a)
Ihya Ulum Ad-Din, yangmembahas
ilmu-ilmu agama.
b)
Tahafut al-Falasifah, menerangkan pendapat para filsuf ditinjau dari
segi agama.
c)
Al-Munqidz min adh-Dhalal, menjelaskan tujuan dan rahasia-rahasia ilmu.
d)
Al-Iqtashad fi Al-‘Itiqad (inti ilmu ahli kalam),
e)
Jawahir Al-Qur’an (rahasia-rahasia yang terkandung dalam al-Qur’an)
f)
Mizan Al-‘Amal (tentang falsafah keagamaan)
g)
Al-Maqasshid Al-Asna fi Ma’ani Asma’illah
Al-Husna (tentang arti nama-nama Tuhan).
h)
Al-Basith
(fiqh).
i)
Al-Mustasfa
(ushul fiqh), dan lain-lain.
Al-Ghazali wafat di Tusia, sebuah
kota tempat kelahirannya pada tahun 505 H (1111 M) dalam usianya yang ke 55
tahun.
e.
Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Ya’qub Ibnu Miskawaih (320-412H/
932-1030M)
Nama
lengkapnya, Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu
Ya'qub Ibnu Miskawaih, lebih dikenal Ibnu Miskawaih atau
Maskawaih. Nama itu diambil dari nama kakeknya yang semula beragama Majusi (Persia), kemudian masuk Islam. Julukannya adalah Abu ’Ali, yang yang merujuk kepada sahabat ’Ali Ibnu Abi Tholib, di
samping juga bergelar al-Khazin yang berarti bendaharawan, karena
jabatannya sebagai bendaharawan/ menteri keuangan pada masa kekuasaan ’Adlud al-Dawlah dari Bani Buwaih (al-dawlah
al-buwaihiyyah).
Ibnu Miskawaih dilahirkan di Ray (Teheran Iran, sekarang). Para
penulis sejarah berselisih pendapat tentang tanggal kelahirannya. Namun pendapat yang lebih kuat mengatakan
Miskawaih lahir pada tahun 330 H/942 M, dan meninggal dunia pada tanggal 9
Shafar 421H/16 Pebruari 1030 M.
Tidak banyak
informasi yang menjelaskan riwayat pendidikannya. Sejarawan
Ahmad Amin menjelaskan bahwa pendidikan anak-anak pada zaman Abbasiyah
adalah bahwa pada umumnya anak-anak
memulai menuntut ilmu pengetahuan dengan belajar membaca, menulis, mempelajari
al-Qur’an dan dasar dari bahasa Arab (nahwu)
serta membuat syair-syair. Dilanjutkan dengan mempelajari ilmu Fiqhi,
sejarah, matematika dan ilmu-ilmu
peraktis seperti ilmu musik, catur dan
kemiliteran.Ada keterangan
keterangan Ibnu Miskawaih belajar sejarah dari Abu Bakr Ahmad Ibnu Kamil
Al-Qadi, mempelajari filsafat dari Ibnu Al-Akhmar, dan mempelajari kimia dari
Abu Thayyib. Ia juga berkawan dengan para ilmuwan diantaranya Ibnu Sina.
Ibnu Miskawaih
dikenal sebagai sejarawan besar yang kemasyhurannya melebihi pendahulunya,
At-Thabari. Ia juga seorang dokter, penyair, dan ahli bahasa serta seorang filosof muslim yang mampu memadukan
tradisi pemikiran Yunani dan Islam, di samping juga ahli dalam filsafat Romawi,
India, Arab, dan Persia. Selanjunya yang menjadi perhatian terbesarnya adalah filsafat
etika Islam, hal ini terlihat pada
banyak buku-buku karyaya, diantaranya: Risalah fi al-Lazzat wa al-Alam,
Risalah fi at-Thabi'at, Risalah fi Jaubar an-Nafs, Maqalat an-Nafs wa al-'Aql,
Fi Isbat as-Shuwar al-Ruhaniyat allati la Yabula Lama, min Kitab al-'Aql wa
al-Ma'qul, Ta'rif li Miskawaih Yumayyizu bihi bain ad-Dahr wa az-Zaman, Tahzib
al-Akhlaq wa Tathhir al-A'raq dan Risalah fi Jawab fi Su'ali li 'Ali Ibnu Miskawaih
Ila Abi Hayyan as-Shauli fi Haqiqat al-'Adl.
Oleh sebab itu,
Ibnu Miskawaih menjadi ilmuwan muslim
pertama di bidang filsafat akhlak.
f.
Abu
Musa Jabir Ibnu Hayyan (750-803M)
Orang Barat mengenalnya dengan sebutan ‘Geber’. Abu Musa Jabir bin Hayyan lahir di Kufah pada tahun 750 M. Sumbangan
terbesar Jabir dalam dunia ilmu pengetahuan
adalah dalam bidang kimia. Keahliannya itu didapatnya dari seorang guru
bernama Barmaki Vizier pada era pemerintahan Harun Ar-Rasyid di Baghdad. Ia
mengembangkan teknik eksperimentasi sistematis di dalam penelitian kimia,
sehingga setiap eksperimen dapat direproduksi kembali.
Jabir
menekankan bahwa kuantitas zat berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi.
Jabir dapat dipandang telah merintis ditemukannya hukum perbandingan tetap.
Sumbangan
lainnya yang penting antara lain dalam
penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi, dan
penguapan serta pengembangan instrumen untuk melakukan proses-proses tersebut.
Jabir menulis kitab-kitab
penting bagi pengembangan ilmu kimia, antara lain; Kitab Al-Kimya, Kitab Al-Sab’een,
Kitab Al Rahmah, Al Tajmi, Al Zilaq al Sharqi, Book of The Kingdom, Book
of Eastern Mercury, dan Book of Balance.
g.
Muhammad
Ibnu Musa Al-Khawarizmi (780-850M)
Nama lengkap
Al-Khawarizmi adalah Muhammad Ibnu Musa Al-Khawarizmi atau Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin
Yusoff. Di dunia Barat dikenal sebagai Al-Khawarizmi, Al-Cowarizmi, Al-Ahawizmi,
Al-Karismi, Al-Goritmi, Al-Gorismi dan beberapa ejaan lain. Tentang tahun
kelahirannya banyak pendapat. Ada yang mengatakan Al-Khawarizmi hidup sekitar
awal pertengahan abad ke-9 M. Sumber lain mengatakan hidup di Khawarism,
Usbekistan pada tahun 194 H/780 M dan meninggal tahun 266 H/850 M di Baghdad.
Al-Khawarizmi,
ilmuwan muslim yang berpengetahuan luas, bukan hanya dalam bidang syariat tapi
di dalam bidang filsafat, logika, aritmatika, geometri, musik, ilmu hitung,
sejarah Islam dan kimia serta penulis ensiklopedia dalam berbagai disiplin.
Dalam usia muda
bekerja di Bait al-Hikmah di bawah
pemerintahan Khalifah Al-Makmun. Ia bekerja dalam sebuah observatorium
matematika dan astronomi. Al-Khawarizmi juga dipercaya untuk memimpin
perpustakaan khalifah.
Al-Khawarimi
memperkenalkan angka-angka India dan cara-cara perhitungan India pada dunia
Islam. Ia adalah ilmuwan yang pertama kali memperkenalkan aljabar dan hisab.
Pengetahuan dalam bidang matematika dan menghasilkan konsep-konsep matematika
yang masih digunakan sampai sekarang.
Beberapa karya
yang menjadi sumbangan besarnya bagi pembangan ilmu pengetahuan modern
diantaranya:
a)
Al-Jabr wa’l
Muqabalah, pemakaian secans dan tangens dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi.
b)
Hisab
al-Jabrwa al-Muqabalah, contoh-contoh soal matematika.
c)
Sistem nomor dan memperkenalkan Cos,
Sin, Tangen dalam penyelesian persamaan
trigonometri, teorema segitiga sama kaki, segi empat, dan lingkaran dalam
geometri.
d)
Ilmu perbintangan (astronomi).
e)
Memperkenalkan cabang-cabang ilmu
matematika seperti, geometri, aljabar, aritmatika.
f)
Angka nol memiliki nilai, dengan angka nol
terbuka jutaan kemungkinan. Dari gagasan
inilah operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bisa jadi
lebih mudah dan sederhana.
g)
Mengembangkan sistem nilai-tempat desimal
dengan angka 1 sampai 9 sebagai angka sekaligus pengisi nilai tempat dan angka
nol sebagai angka saja.
Karya-karya Al-Khawarizmi di bidang aljabar telah diterjemahkan oleh Gerard of Gremano dan Robert
of Chaster kedalam bahasa Eropa pada abad ke 12.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar