1.
Ulama’ Tafsir
a.
Imam Ibnu
Jariri At-Tabari
Nama lengkapnya Abu
Ja'far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib Al-Amali At-Tabari,
lebih dikenal sebagai Ibnu Jarir
atau At-Tabari. Lahir di daerah
Amol, Tabaristan (sebelah selatan Laut Kaspia) pada tahun 838 M. Hidup dan tumbuh di lingkungan
keluarga berada dan perhatian penuh terhadap pendidikan, terutama bidang
keagamaan. Pada masanya, perkembangan
kebudayaan Islam di bidang ilmu pengetahuan sedang mengalami kejayaan dan kemajuannya. Kondisi
ini semakin mengembangkan kecintaannya
terhadap ilmu pengetahuan. Kegiatan
menghafal Al-Qur’an dimulainya sejak usia 7 tahun, dan melakukan pencatatan
hadis dimulai sejak usia 9 tahun. Semangatnya luar biasa dalam menuntut ilmu sekaligus juga semangat
untuk melakukan ibadah. Pada usia 8 tahun,
memperoleh kepercayaan menjadi imam salat.
Ia melakukan
perjalanan keilmuan ke kota Ray,
Baghdad, Suriah dan juga di Mesir. Ke
Rayy berguru kepada al-Razi, di bidang Hadist
kepada Al-Musanna bin Ibrahim al-Ibili. Ke
Baghdad ingin berguru kepada Ahmad bin
Hanbal, sayang sesampainya disana
ternyata telah wafat. Kemudian menuju dua kota besar di selatan Baghdad, yakni
Basrah dan Kufah.
Di Basrah
berguru kepada Muhammad bin’Abd Al-A’la Al-San’ani (w. 245 H/ 859 M), Muhammad
bin Musa Al-Harasi (w. 248 H/ 862 M) dan Abu Al-‘As’as Ahmad bin Al-Miqdam (w.
253 H/ 857 M), dan Abu Al-Jawza’ Ahmad bin ‘Usman (w. 246 H/ 860 M). Khusus di
bidang tafsir ia berguru kepada seorang Basrah Humayd bin Mas’adah dan Bisr bin
Mu’az Al-‘Aqadi (w.akhir 245 H/ 859-860 M), meski sebelumnya pernah banyak
menyerap pengetahuan tafsir dari seorang Kufah Hannad bin Al-Sari (w. 243 H/
857 M).
Setelah beberapa waktu di dua kota
tersebut, kemudian kembali ke
Baghdad dan menetap untuk waktu yang lama. Ia
memusatkan perhatian pada qira’ah
(cara baca) dan fiqh dengan bimbingan guru, seperti Ahmad bin Yusuf Al-Sa’labi,
Al-Hasan Ibnu Muhammad Al-Sabbah Al-Za’farani dan Abi Sa’id al-Astakhari. Kemudian, melakukan perjalanan keilmuan lagi
ke berbagai kota untuk mendalami
gramatika, sastra dan qira’ah. Hamzah dan Warasy termasuk orang-orang
yang memberikan kontribusi ilmunya kepada At-Tabari.
Keduanya tidak saja dikenal di Baghdad, tetapi juga di Mesir, Syam, Fustat, dan
Beirut. Dorongan kuat untuk menulis kitab tafsir diberikan oleh salah seorang
gurunya Sufyan Ibnu ‘Uyainah dan Waqi’ Ibnu Al-Jarrah, Syu’bah bin Al- Hajjaj,
Yazid bin Harun dan ‘Abd Ibnu Hamid.
At-Tabari
banyak menulis kitab berkaitan dengan berbagai bidang ilmu, seperti ilmu
Tafsir, Ilmu Sejarah, Hadist, hukum, teolgi, etika, dan lain-lain. Di antara
karyanya yang terkenal adalah Tarikh ar-Rusul wa al-Muluk (Sejarah Para
Rasul dan Raja),atau lebih dikenal sebagai Tarikh at-Tabari. Kitab ini
berisi sejarah dunia hingga tahun 915, dan terkenal karena keakuratannya dalam
menuliskan berbaga peristiwa dalam sejarah Arab dan Muslim.
Karya lainnya
yang juga terkenal berupa tafsir Quran bernama Tafsir Al-Tabari, yang sering digunakan sebagai sumber oleh pemikir
muslim lainnya, seperti Baghawi, As-Suyuthi dan juga Ibnu Katsir. At-Tabari
wafat pada hari Senin, 27 Syawal 310 H bertepatan dengan 17 Pebruari 923 M dalam usia 85 tahun.
b.
Imam Ibnu Katsir
Nama lengkapnya, Imaduddin Isma’il bin,Umar bin Katsir Al-Qurasyi Al-Bushrawi,
dilahirkan di Mijdal, sebuah tempat di kota Bashrah pada tahun 701H/1302 M).
Ayahnya, seorang khatib dan meninggal
ketika Ibnu Katsir baru berusia empat tahun. Selanjuntnya, diasuh dan dididik
oleh kakaknya, Syaikh Abdul Wahhab.
Pada usia lima tahun diajak pindah ke Damsyik, negeri Syam pada tahun 706
H. Ulama-ulama yang pernah menjadi gurunya adalah:
1.
Syaikh Burhanuddin Ibrahim bin
Abdirrahman Al-Fazari yang terkenal dengan nama Ibnul Farkah (wafat 729 H).
2.
Di Damsyik Syria,
beliau belajar dengan Isa bin Al-Muth’im,
3.
Ahmad
bin Abi Thalib, terkenal dengan nama Ibnu Syahnah (walat 730H),
4.
Ibnul
Hajjar yang (wafat 730 H),
5.
Baha-uddin
al-Qasim bin Muzhaffar Ibnu Asakir, ahli hadis negeri Syam yang wafat pada
tahun 723 H,
6.
Ibnu
Asy-Syirazi,
7.
Ishaq
bin Yahya Al-Amidi Afifuddin ulama Zhahiriyah (wafat 725 H),
8.
Muhammad lbnu Zarrad, menyertai Syaikh
Jamaluddin Yusuf bin Az-Zaki Al’Mizzi (wafat 742H), beliau mendapat banyak
faedah dan menimba ilmu darinya dan akhirnya beliau menikahi puterinya.
9.
Syaikhul
Islam Taqiyyuddin Ahmad bin Abdil Halim bin Abdis Salam bin Taimiyyah (wafat
728 H),
10.
Syaikh al-Hafizh, seorang ahli tarikh
(sejarah), Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsman bin Qayimaz Adz-Dzahabi
(wafat pada tahun 748 H).
11.
Ulama Mesir yang memberi beliau ijazah adalah Abu Musa al-Qarafi,
12.
Abul
Fath Ad-Dabbusi
13.
Ali bin Umar As-Sawani dan lain-lain.
Beberapa
pandangan para ulama tentang Ibnu Katsir, diantaranya Al-Hafizh Adz-Dzahabi
dalam Al-Mu’jam al-Mukhtashsh
mengatakan:
“Ia adalah seorang
imam lagi pemberi fatwa, ahli hadis yang pakar, ahli fiqih yang berwawasan
luas, ahli tafsir dan memiliki banyak tulisan yang bermanfaat.”
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-’Asqalani dalam ad-Duraral-Kaaminah mengatakan:
“Ia selalu menyibukkan diri dengan Hadits, menelaah matan
dan rijal hadis. Beliau adalah orang
yang memiliki hafalan yang banyak, kecerdasannya bagus, memiliki banyak karya
tulis semasa hidupnya dan telah memberikan manfaat yang sangat banyak kepada
orang-orang selepas meninggal.”
Murid-murid yang belajar kepadanya
sangatlah banyak, diantaranya Ibnu Haji.
Beberapa karyanya yang terkenal adalah:
1.
Tafsir
al-Qur-an, kitab tafsir dengan riwayat, telah
diterbitkan berulang kali dan telah diringkas oleh banyak ulama.
2.
Al-Bidaayah wan
Nihayah, terdiri dari
14 jilid, berisi kisah-kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu, sirah Nabawiyah, sejarah Islam.
3.
At-Takmiil fi Ma’rifatis Siqat wa
Dhu’afa wal Majaahil. Di dalamnya terangkum dua kitab
dari tulisan guru beliau, yaitu al-Mi zzi dan adz-Dzahabi(Tahdzibul Kamal fi
Asma Rijal) dan (Liizan I’tidal fii Naqdir Rijal) dengan
disertai beberapa tambahan yang bermanfaat dalam masalah al-jarh wat ta’dil.
4.
Jami’
al-Masanid, berisi Musnad
Imam bin Hanbal, A|-Bazzar, Abu Ya’la
Al-Mushili, Ibnu Abi Syaibah, beserta Kutubus
Sittah. Disusun berdasarkan bab-bab fiqih
5.
Thabaqaat asy-Syafi’iyyah, berisi biografi Imam
Asy-Syafi’i.
6.
Sirah Nabawiah,
berisi sejarah
Nabi Muhammad saw. Dan lain-lain.
Menurut Al-Hafizh Ibnu
Hajar al-’Asqalani,Ibnu Katsir hilang
penglihatan di akhir hayatnya dan wafat di Damaskus, Syam pada tahun 77 4 H/
1373 M.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar