BAB II
Mengenal dinasti Abbasiyah
Dinasti Bani Abasiyiah,
yang berkuasa lebih dari lima abad, sejak 132-656 H/750-1258 M, merupakan
dinasti Islam yang memberikan sumbangan besar bagi kegemilangan peradaban
Islam. Dengan dukungan para khalifah yang memiliki perhatian besar bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan
peradaban, melahirkan banyak ilmuan dan
para ulama cemerlang yang karya-karyanya abadi sepanjang sejarah sekaligus membuktikan bahwa peradaban dan
kebudayaan Islam memberi sumbangan besar
bagi peradaban dunia. Untuk mengenal lebih dekat, ilmuwan dan ulama ulama besar
tersebut, berikut uraiannya.
a.
Ali
Ibnu Rabbani At-Tabari (838-870M), Penemu Pertama Ensiklopedia Kedokteran
|
Abu
al-Hasan Ali Ibnu
Sahl
Rabbani al-Tabari
Sumber: http://naisabancenter.blogspot.com
|
Abu Al-Hasan Ali bin
Sahl Rabban At-Tabari, berasal dari keluarga Syria Yahudi terkenal di Merv dan pindah ke
Tabaristan, sehingga dikenal dengan sebutan At-Tabari. Ayahnya Sahal bin
Bisyr adalah seorang pejabat negara, yang berpendidikan tinggi dan dihormati
masyarakat. Ali bin Sahl At-Tabari masuk Islam pada masa
kekhalifahan Al-Mu’tasim. Ia mahir
berbahasa Syria dan Yunani, dua bahasa yang menjadi sumber untuk
tradisi pengobatan kuno.
Selanjutnya, At-Tabari dikenal sebagai seorang dokter. Dia juga menjadi
ilmuwan yang menulis ensiklopedia kedokteran, berjudul Fidaus al-Hikmah yang
ditulisnya setelah memeluk agama Islam.
Fidaus al-Hikmah ditulis dalam bahasa Arab, kemudian diterjemahkan sendiri ke dalam bahasa
Syiria. Buku ini dibagi ke dalam tujuh bagian; bagian pertama memuat masalah
doktrin ilmu kesehatan kontemporer, berjudul Kulliyatu at-Thibb; bagian
kedua berisi uraian bagian-bagian organ tubuh manusia, peraturan mejaga
kesehatan dan laporan tentang penyakit-penyakit yang menghinggapi otot; bagian
ketiga berisi deskripsi tentang diet; bagian keempat tentang seluruh penyakit
yang biasa menimpa badan; bagian kelima berisi deskripsi tentang rasa dan
warna; bagian keenam tentang obat-obatan dan racun; dan bagian ketujuh berisi
diskusi tentang astronomi, juga ringkasan pengobatan ala India.
Ali Rabbani At-Tabari bukan hanya seorang dokter, ia juga ilmuwan yang
menguasai berbagai macam ilmu lain diantaranya ahli dalam ilmu astronomi,
filsafat, matematika, dan sastra. Ali merupakan guru dari seorang ahli pengobatan muslim terkenal
lainnya, yakni Zakaria Abu Bakar Ar-Razi.
b. Abu Ali Al-Husayn
bin Abdullah bin Sina/ Ibnu Sina (370 H – 428 H / 980 M – 1037 M)
|
Ibnu Sina
Sumber gambar:www.muslimheritage.com
|
Ibnu Sina, di
dunia Barat dikenal dengan nama Avvicenna, lahir bulan Shafar 370
H/Agustus 980 M di Ifsyina (negeri kecil
dekat Charmitan), suatu kota di Bukhara.
Orang tuanya pegawai tinggi pada pemerintahan Dinasti Saman. Ibnu Sina dibesarkan
di Bukhara. Pada usia sepuluh tahun
telah banyak mempelajari ilmu agama Islam dan berhasil menghafal Al-Qur’an.
Dari Abu Abdellah Natili, Ibnu Sina belajar
ilmu logika untuk mempelajari buku Isagoge dan Porphyry, Euclid
dan Al-Magest Ptolemus. Setelah itu ia mendalami metafisika Plato
dan Arsitoteles.
Ibnu
Sina mempelajari ilmu kedokteran pada Isa bin Yahya, ilmuwan Kristen. Pada
usia 17 tahun telah dikenal sebagai dokter dan pernah mengobati pangeran Nuh
Ibnu Mansur sehingga pulih kembali kesehatannya. Sejak itu, Ibnu Sina mendapat
akses untuk mengunjungi perpustakaan istana yang terlengkap yaitu Kutub
Khana.
Dalam dunia kedokteran, Ibnu Sina
adalah ilmuwan muslim pertama yang menemukan peredaran darah manusia, dimana
enam ratus tahun kemudian disempurnakan oleh William Harvey. Dia juga yang
pertama kali mengatakan bahwa bayi selama masih dalam kandungan mengambil
makanannya lewat tali pusarnya. Dia juga yang mula-mula mempraktekkan
pembedahan dan menjahitnya. Dan dia juga
terkenal sebagai dokter ahli jiwa yang kini disebut psikoterapi .
Ibnu Sina adalah ilmuwan produktif, menulis buku mencapai 200 buah yang
meliputi filsafat, kedokteran, geometri, astronomi, teologi, filologi, dan
kesenian. Karya monumentalnya berjudul Al-Qanun
fit-Tibb. Buku ini merupakan kumpulan pemikiran kedokteran Yunani-Arab.
Karya Ibnu Sina ini dipakai sebagai buku panduan bagi para mahasiswa yang
mempelajarai kedokteran dari abad ke-12 sampai abad ke-17 M. Buku ini membedakan antara mediastinum dan pleurisy (pembengkakan pada paru-paru); mengenai kemungkinan
penalaran wabah penyakit phthisis
(penyakit saluran pernafasan, utamanya asma dan TBC) melalui pernafasan dan
penyebaran berbagai penyakit melalui air dan debu. Ibnu Sina juga memberikan
diagnosis ilmiah tentang penyakit ankylostomisis
dan menyebutkan cacing pita sebagai penyebabnya. Sekitar 170 jenis
obat-obatan disebutkan dalam buku ini.
Karya-karya lain Ibnu Sina adalah
:
1. Buku mengenai politik seperti: Risalah As-Siyasah, Fi Isbati an-Nubuwah,
Al-Arzaq,
2.
Buku mengenai Tafsir seperti: Surah
al-Ikhlas, Surah al-Falaq, Surah an-Nas, Surah al-Mu’awizataini, Surah al-A’la.
3.
Buku Psikologi seperti: An-Najat.
4.
Buku ilmu kedokteran selain Al-Qanun fi
al-Thibb, adalahal-Urjuzah fi At-Tibi, al-Adwiyah
al-Qolbiyah, Kitabuhu al-Qoulani, Majmu’ah Ibnu Sina al-Kubra, Sadidiyya.
5.
Buku tentang Logika seperti: Al-Isyarat
wat Tanbihat, al-Isyaquji, Mujiz, Kabir wa Shaghir
6.
Buku tentang musik seperti: Al-Musiqa.
7.
Al-Mantiq, diuntukkan buat Abul Hasan Sahli.
8.
Buku Fisika seperti: fi Aqsami al-Ulumi
al-Aqliyah
9.
Qamus el Arabi, terdiri atas lima jilid.
10.
Buku filsafat
seperti As-Syifa’, Hikmah al-Masyiriqiyyin,
Kitabu al-Insyaf, Danesh Nameh, Kitabu al-Hudud, Uyun-ul Hikmah
11.
dan sebagainya.
c.Abu
Bakar Muhammad bin Zakariya Ar-Razi (251-313H/864-930M)
|
Abu bakar Muhammad bin Zakaria ar Razi, berasal dari
Persia,
lahir di Ray pada tahun 865 M di dunia Barat dikenal dengan panggilan ‘Ar-Razes. Ar-Razi adalah murid cemerlang dari Ali bin Sahl Rabban At-Tabari. Setelah mempelajari matematika, astronomi,
logika, sastra, dan kimia, ia memusatkan perhatiannya pada kedokteran, dan
filsafat. Ia menjadi seorang dokter dan filosof
besar pada zamannya.
Sumber: www.aliefkamil.blogspot.com
|
Ar-Razi sangat rajin melakukan penelitian dan
menuliskan berbagai hasil penelitiannya.
Ia pernah menulis dalam setahun lebih dari 20.000 lembar kertas. Karya
ar-Razi mencapai 232 buku atau risalah dan kebanyakan dalam bidang kedokteran.
Karya tulis hasil penelitiannya yang termashur adalah al-Hawi, Ensiklopedi Kedokteran
berjumlah 20 jilid. Buku ini berisi ilmu
kedokteran Yunani, Arab, dan diterjemahkan ke dalam bahasa latin pada tahun
1279 M. Sejak saat itu, buku tersebut menjadi
rujukan di universitas -universitas Eropa sampai abad ke-17 M. Bukunya
yang lainnya yang terkenal adalah Fi
al-Judari wa al-Hasbat yang membahas
penyakit campak dan cacar dan diterjemahkan juga ke dalam bahasa latin. Pada
tahun 1866 M, buku itu dicetak untuk yang ke-40 kalinya. Ar-Razi wafat pada tahun 932 M di kota kota
kelahirannya.
D. Abu Yusuf Ya’qub Ibnu
Ishaq Al-Sabah Al-Kindi (801-873M),
Filosof Muslim Pertama
|
Al-Razi
www.http://commons.wikimedia.org
|
Nama lengkapnya Abu Yusuf Ya’qub bin Ishak bin Sabah bin Imran bin Ismail
bin Muhammad bin Al-Asy’as bin Qais Al-Kindi. Nama al-Kindi berasal dari nama
salah satu suku Arab yang besar sebelum Islam, yaitu suku Kindah. Al-Kindi lahir di Kufah pada tahun 185 H/801 M pada masa kekhalifahan Harun Ar-Rasyid. Ayahnya
bernama Ibnu As-Sabah pernah menjadi
Gubernur Kufah pada masa kekhalifahan
Al-Mahdi (775 M – 785 M) dan Harun Ar-Rasyid (786 M – 809 M). Kakeknya, Asy’ats bin Qais, dikenal sebagah salah seorang
sahabat Nabi Muhammad SAW.
Al-Kindi
sosok yang dikenal
berotak encer. Tiga bahasa penting, yaitu Yunani, Suryani, dan
Arab dikuasainya, sebuah
kelebihan yang jarang dimiliki orang pada era itu. Al-Kindi adalah filosof muslim pertama, karena ia adalah orang Islam
pertama yang mendalami ilmu-ilmu filsafat. Pada saat itu, sampai abad ke-7 M, pengetahuan filsafat masih didominasi orang-orang Kristen
Suriah. Al-Kindi menerjemahkan dan menyimpulkan karya-karya filsafat Helenisme.
Ia juga dikenal sebagai pemikir muslim pertama yang menyelaraskan filsafat dan
agama. Al-Kindi memandang filsafat sebagai ilmu yang mulia. Ia melukiskan
filsafat sebagai ilmu dari segala ilmu dan kearifan dari segala kearifan.
Filsafat bertujuan untuk memperkuat kedudukan agama dan merupakan bagian dari
kebudayaan Islam.
Al-Kindi
menguasai beragam ilmu
pengetahuan. Karyanya berjumlah kurang lebih 270 buah, yang dapat dikelompokkan dalam bidang filsafat, logika, ilmu hitung, musik,
astronomi, geometri, medis, astrologi, psikologi, politik, dan meteorologi.
Salah satu karya Al Kindi di bidang filsafat adalah Risalah fi Madkhal al
Mantiq bi Istifa al Qawl fih yang berisi tentang sebuah pengatar logika.
Al-Kindi
mengalami kehidupan tidak kurang dari
lima periode khalifah Dinasti Abbasyiah,
yakni, Al-Amin, Al-Makmun, Al-Mu’tasim, Al-Wasiq dan Al-Mutawakkil. Dia
menjadi salah satu ilmuwan besar sekaligus bukti hidup kegemilangan kebudyaaan
Islam era kejayaan Islam Baghdad di bawah kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Ia juga
diangkat sebagai guru dan tabib kerajaan. Al-Kindi meninggal pada tahun 869 M.
E.Abu
Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali Al-Tusi Al-Syafi’i (450-505H/1058-1111M)
|
Nama lengkap Imam Al-Ghazali ialah Muhammad bin Ahmad Al-Imamul Jalil Abu Hamid Ath
Thusi Al-Ghazali, lahir di
Thusi daerah Khurasan wilayah Persia pada tahun 450 H /1058 M. Ayah Al-Ghazali seorang pemintal benang dan ahli tasawuf yang hebat.
Pada masa kecilnya ia sudah
mempelajari ilmu fiqh kepada Syekh Ahmad
bin Muhammad Ar-Rozakani, teman ayahnya sekaligus orang tua asuh Al-Ghazali. Kemudian belajar kepada Imam Abi Nasar Al-Ismaili di negeri
Jurjan. Selanjutnya, ia
berangkat ke Nisafur dan belajar pada Imam Al-Haramain Al-Juwaini, guru besar
di Madrasah Nizhamiyah Nisafur. Dengan cepat Al-Ghozali dapat menguasai ilmu –ilmu pengetahuan pokok, seperti ilmu
matiq (logika), falsafah dan fiqh madzhab Syafi’i. Karena kecerdasannya ini
Imam Al-Haramain mengatakan bahwa al-Ghazali itu adalah ”lautan tak bertepi’’.
Setelah Imam Al-Haramain wafat, Al-Ghazali meninggalkan Naishabur
(Nisafur), pergi ke Mu’askar untuk mengunjungi
Perdana Menteri Nizam Al-Muluk, pemerintahan Bani Saljuk.
Al-Ghazali disambut dengan penuh
kehormatan sebagai seorang ulama besar. Menteri Nizam Al-Muluk akhirnya
melantik Al-Ghazali pada tahun 484 H/1091 M, sebagai guru besar pada perguruan
Tinggi Nizamiyah di kota Baghdad.
Al-Ghazali kemudian mengajar di perguruan tinggi tersebut. Disamping menjadi guru besar di Nizamiyah,
Al-Ghazali diangkat sebagai mufti untuk
membantu pemerintah dalam menyelesaikan
berbagai persoalan yang muncul dalam masyarakat.
Al-Ghazali selalu hidup berpindah-pindah,
khususnya untuk mendalami pengetahuan. Setelah dari Baghdad berangkat ke Syam, menetap hampir 2 (dua)
tahun untuk berlatih membersihkan
diri, menyucikan hati dengan mengingat Tuhan dan beri’tikaf di
mesjid Damaskus. Kemudian menuju ke
Palestina untuk mengunjungi kota Hebron dan Jerussalem, tempat di mana para
Nabi sejak dari Nabi Ibrahim sampai Nabi Isa mendapat wahyu pertama dari Allah.
Terus berangkat
ke Mesir, yang merupakan pusat kedua bagi kemajuan dan kebesaran Islam sesudah
Baghdad. Di Mesir, dari Kairo
dilanjutkan ke Iskandariyah,
selanjutnya ke Mekkah untuk menunaikan
rukun Islam yang kelima dan berzirah ke kuburan Nabi Ibrahim. Selanjutnya ia
kembali ke Naisabur dan mendirikan Madrasah Fiqh dan asrama (khanqah)
untuk melatih Mahasiswa-mahasiswa dalam paham sufi.
Al-Ghazali menulis banyak sekali kitab, meliputi bidang ilmu yang populer
pada zamannya, di antaranya tentang tafsir al-Qur’an, ilmu kalam, ushul fiqh,
fiqih, tasawuf, mantiq, falsafat, dan lain-lain. Beberapa yang sangat
termasyhur dan banyak menjadi rujukan di lembaga-lemba pendidikan di Indonesia
adalah:
a) Ihya Ulum Ad-Din, yangmembahas ilmu-ilmu agama.
b) Tahafut
al-Falasifah, menerangkan pendapat para filsuf ditinjau dari segi agama.
c) Al-Munqidz min adh-Dhalal, menjelaskan tujuan dan
rahasia-rahasia ilmu.
d) Al-Iqtashad fi Al-‘Itiqad (inti ilmu ahli
kalam),
e) Jawahir Al-Qur’an (rahasia-rahasia yang terkandung
dalam al-Qur’an)
f) Mizan Al-‘Amal (tentang falsafah keagamaan)
g) Al-Maqasshid Al-Asna fi Ma’ani Asma’illah Al-Husna (tentang arti nama-nama Tuhan).
h) Al-Basith (fiqh).
i) Al-Mustasfa (ushul fiqh), dan lain-lain.
A-Ghazali wafat di Tusia, sebuah
kota tempat kelahirannya pada tahun 505 H (1111 M) dalam usianya yang ke 55
tahun.
F.Ahmad
Ibnu Muhammad Ibnu Ya’qub Ibnu Miskawaih (320-412H/ 932-1030M)
|
Ilustrasi Ibnu Miskawaih
Sumber: sejarahparatokoh.blogspot.com
|
Nama lengkapnya, Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Ya'qub Ibnu Miskawaih, lebih
dikenal Ibnu Miskawaih
atau Maskawaih. Nama itu diambil dari nama kakeknya yang semula beragama Majusi (Persia), kemudian masuk Islam. Julukannya adalah Abu ’Ali, yang yang merujuk kepada sahabat ’Ali Ibnu Abi Tholib, di
samping juga bergelar al-Khazin yang berarti bendaharawan, karena
jabatannya sebagai bendaharawan/ menteri keuangan pada masa kekuasaan ’Adlud al-Dawlah dari Bani Buwaih (al-dawlah
al-buwaihiyyah).
Ibnu Miskawaih dilahirkan di Ray (Teheran Iran, sekarang). Para
penulis sejarah berselisih pendapat tentang tanggal kelahirannya. Namun pendapat yang lebih kuat mengatakan
Miskawaih lahir pada tahun 330 H/942 M, dan meninggal dunia pada tanggal 9
Shafar 421H/16 Pebruari 1030 M.
Tidak banyak
informasi yang menjelaskan riwayat pendidikannya. Sejarawan Ahmad Amin menjelaskan bahwa pendidikan
anak-anak pada zaman Abbasiyah adalah bahwa
pada umumnya anak-anak memulai menuntut ilmu pengetahuan dengan belajar
membaca, menulis, mempelajari al-Qur’an dan dasar dari bahasa Arab (nahwu) serta membuat syair-syair. Dilanjutkan dengan
mempelajari ilmu Fiqhi, sejarah,
matematika dan ilmu-ilmu peraktis seperti ilmu musik, catur dan kemiliteran.Ada keterangan keterangan Ibnu
Miskawaih belajar sejarah dari Abu Bakr Ahmad Ibnu Kamil Al-Qadi, mempelajari
filsafat dari Ibnu Al-Akhmar, dan mempelajari kimia dari Abu Thayyib. Ia juga
berkawan dengan para ilmuwan diantaranya Ibnu Sina.
Ibnu Miskawaih
dikenal sebagai sejarawan besar yang kemasyhurannya melebihi pendahulunya,
At-Thabari. Ia juga seorang dokter, penyair, dan ahli bahasa serta seorang filosof muslim yang mampu memadukan
tradisi pemikiran Yunani dan Islam, di samping juga ahli dalam filsafat Romawi,
India, Arab, dan Persia. Selanjunya yang menjadi perhatian terbesarnya adalah filsafat etika Islam, hal ini
terlihat pada banyak buku-buku karyaya, diantaranya: Risalah fi al-Lazzat wa al-Alam,
Risalah fi at-Thabi'at, Risalah fi Jaubar an-Nafs, Maqalat an-Nafs wa al-'Aql,
Fi Isbat as-Shuwar al-Ruhaniyat allati la Yabula Lama, min Kitab al-'Aql wa al-Ma'qul,
Ta'rif li Miskawaih Yumayyizu bihi bain ad-Dahr wa az-Zaman, Tahzib al-Akhlaq
wa Tathhir al-A'raq dan Risalah fi Jawab fi Su'ali li 'Ali Ibnu Miskawaih Ila Abi Hayyan
as-Shauli fi Haqiqat al-'Adl.
Oleh sebab itu, Ibnu Miskawaih menjadi ilmuwan muslim pertama di bidang filsafat akhlak.
G.
Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan (750-803M)
|
Orang Barat mengenalnya dengan sebutan ‘Geber’. Abu Musa Jabir bin Hayyan lahir di Kufah pada tahun 750 M. Sumbangan
terbesar Jabir dalam dunia ilmu pengetahuan
adalah dalam bidang kimia. Keahliannya itu didapatnya dari seorang guru
bernama Barmaki Vizier pada era pemerintahan Harun Ar-Rasyid di Baghdad. Ia
mengembangkan teknik eksperimentasi sistematis di dalam penelitian kimia,
sehingga setiap eksperimen dapat direproduksi kembali.
Jabir
menekankan bahwa kuantitas zat berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi.
Jabir dapat dipandang telah merintis ditemukannya hukum perbandingan tetap.
Sumbangan
lainnya yang penting antara lain dalam
penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi, dan
penguapan serta pengembangan instrumen untuk melakukan proses-proses tersebut.
Jabir menulis kitab-kitab
penting bagi pengembangan ilmu kimia, antara lain; Kitab Al-Kimya, Kitab Al-Sab’een,
Kitab Al Rahmah, Al Tajmi, Al Zilaq al Sharqi, Book of The Kingdom, Book
of Eastern Mercury, dan Book of Balance.
H.Muhammad
Ibnu Musa Al-Khawarizmi (780-850M)
|
Nama
lengkap Al-Khawarizmi adalah Muhammad
Ibnu Musa Al-Khawarizmi atau Abu
Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusoff.
Di dunia Barat dikenal sebagai Al-Khawarizmi,
Al-Cowarizmi, Al-Ahawizmi, Al-Karismi, Al-Goritmi, Al-Gorismi dan beberapa
ejaan lain. Tentang tahun kelahirannya banyak pendapat. Ada yang mengatakan
Al-Khawarizmi hidup sekitar awal pertengahan abad ke-9 M. Sumber lain
mengatakan hidup di Khawarism, Usbekistan pada tahun 194 H/780 M dan meninggal
tahun 266 H/850 M di Baghdad.
Al-Khawarizmi, ilmuwan muslim yang
berpengetahuan luas, bukan hanya dalam bidang syariat tapi di dalam bidang
filsafat, logika, aritmatika, geometri, musik, ilmu hitung, sejarah Islam dan
kimia serta penulis ensiklopedia dalam berbagai disiplin.
Dalam usia muda bekerja di Bait al-Hikmah di bawah pemerintahan
Khalifah Al-Makmun. Ia bekerja dalam sebuah observatorium matematika dan
astronomi. Al-Khawarizmi juga dipercaya untuk memimpin perpustakaan khalifah.
Al-Khawarimi memperkenalkan angka-angka
India dan cara-cara perhitungan India pada dunia Islam. Ia adalah ilmuwan yang
pertama kali memperkenalkan aljabar dan hisab. Pengetahuan dalam bidang
matematika dan menghasilkan konsep-konsep matematika yang masih digunakan
sampai sekarang.
Beberapa karya yang menjadi sumbangan
besarnya bagi pembangan ilmu pengetahuan modern diantaranya:
a) Al-Jabr wa’l Muqabalah, pemakaian secans dan tangens dalam
penyelidikan trigonometri dan astronomi.
b) Hisab al-Jabrwa
al-Muqabalah, contoh-contoh soal matematika.
c) Sistem nomor dan memperkenalkan Cos, Sin, Tangen dalam penyelesian persamaan trigonometri, teorema segitiga
sama kaki, segi empat, dan lingkaran dalam geometri.
d) Ilmu perbintangan (astronomi).
e) Memperkenalkan cabang-cabang ilmu matematika seperti,
geometri, aljabar, aritmatika.
f)
Angka nol memiliki nilai, dengan angka nol terbuka jutaan
kemungkinan. Dari gagasan inilah operasi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bisa jadi lebih mudah dan
sederhana.
g)
Mengembangkan sistem nilai-tempat desimal dengan angka 1 sampai 9 sebagai angka
sekaligus pengisi nilai tempat dan angka nol sebagai angka saja.
Karya-karya Al-Khawarizmi di bidang aljabar
telah diterjemahkan oleh Gerard of
Gremano dan Robert of Chaster
kedalam bahasa Eropa pada abad ke 12.
B.
LEBIH DEKAT DENGAN ULAMA DINASTI ABBASIYAH
|
a.
Imam Bukhori
|
1. Ulama Penyusun Kutubussittah
|
Kitab
Shahih Bukhari
http://halaqohtdj.blogspot.com
|
Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim
bin Muqirah Al-Ja’fi bin Bardizbah Al-Bukhari, lahir
bulan Syawal 194 H di Bukhara, Uzbekistan, Asia tengah sehingga dikenal dengan panggilan ‘Al-Bukhari’.
Imam Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat
beragama. Dalam kitab ats-Tsiqat, Ibnu Hiban menulis bahwa ayah
Bukhari dikenal sebagai seorang yang wara’, seorang ulama
bermazhab Maliki dan murid dari Imam Malik, ulama besar dan ahli fiqih. Ia wafat ketika
Bukhari masih kecil.
Imam Bukhari sudah melakukan pengembaraan menuntut
ilmu sejak berusia sepuluh tahun. Ia pergi ke Balkh, Naisabur, Rayy, Baghdad,
Bashrah, Kufah, Mekkah Mesir, dan Syam. Imam Bukhari
berguru pada Syekh Ad-Dakhili. Ulama ahli Hadist yang mashur di Bukhara. Pada usia 16 tahun ia mengunjungi kota
suci Makkah
dan Madinah untuk mengikuti kuliah dari para guru besar Hadist.
Pada usia 18 tahun dia sudah hafal karya Mubarak dan Waki’ bin Jarrah bin Malik. Bersama gurunya Syekh Ishaq, menghimpun Hadist-Hadist shahih
dalam satu kitab. Dari satu juta Hadist yang diriwayatkan 80.000 Rawi disaring menjadi 7.275 Hadist.
Untuk mengumpulkan dan menyeleksi Hadist Sahih, Imam Bukahri menghabiskan
waktu selama 16 tahun mengunjungi berbagai kota untuk menemui para Rawi Hadist.
Diantara kota-kota yang disinggahinya antara lain Basrah, Mesir, Hijaz (Mekkah,
Madinah), Kufah, Baqhdad sampai Asia Barat.
Di antara ulama Hadist yang yang termasuk guru Imam Bukahri adalah
Ali-bin al-Madani, Ahmad bin Hambal, Yahya bin Ma’in, Makki bin Ibrahim
al-Bakhi, dan Muhammad bin Yusuf Al-Baikandhi. Selain itu, banyak ahli Hadist yang berguru
kepadanya, diantaranya Syekh Abu Zahrah,
Abu Hatim Tirmidzi, Muhammad Ibnu Nazr, dan Imam Muslim.
Imam
Bukhari merupakan ulama Hadist yang
banyak menulis kitab-kitab Hadist.
Kitab-kitabnya menjadi rujukan bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk di
Indonesia. Sebagian diantara karya-karya adalah: Sahih Bukhari, al-Adab
al-Mufrad, adh-Dhuafa ash-Shqhir, at- Tarikh as- Shaghir, at- Tharikh al-
Aushat. At- thrikh al- Kabir, at-Tafsir al-Kabir, al-Ilal, Raful yadain fi
as-Salah, Birrul al-Walidain, ad-Dhuafa, al-hibah. Diantara karya-karya
tersebut yang termashur adalah al-Jami’ al-Musnad ash-Sahih al- Mukhtasar
min Umur Rasul Allah was Sunanih wa Ayyamih.
Imam al-Bukhari wafat pada malam Idul Fitri tahun 256 H
dalam usia 62 tahun. Jenazahnya
dikuburkan di Khartank, sebuah desa di Samarkand.
b.
Imam Muslim
|
Shahih
Muslim
http://tubanku.files.wordpress.com
|
Nama lengkapnya Imam Abul Husain
Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz Al-Qusyairi An- Naisaburi,
dilahirkan di Naisabur pada tahun 202 H/ 817 M. Naisabur, saat itu termasuk
wilayah Rusia, yang dalam sejarah Islam dikenal dengan sebutan Maa Wara’a an Nahr, daerah-daerah yang
terletak di belakang Sungai Jihun di Uzbekistan, Asia Tengah.
Naisabur pernah
menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan kurang lebih 150 tahun pada masa
Dinasti Samanid. Bahkan, kota Naisabur dikenal
juga saat itu sebagai salah satu kota ilmu, tempat berkumpulnya ulama besar dan pusat
peradaban di kawasan Asia Tengah.
Imam Muslim sangat menyukai ilmu Hadist. Kecerdasan
dan ketajaman hafalannya sudah ditunjukkan sejak kecil. Pada usia 10 tahun, sering datang berguru kepada Imam Ad
Dakhili, seorang ahli hadits di kotanya. Setahun kemudian, Muslim mulai
menghafal Hadist dan berani mengoreksi kekeliruan gurunya ketika salah dalam
periwayatan Hadist. Kecintaannya kepada ilmu Hadist menjadikannya
pngembara ke berbagai tempat dan untuk mendapatkan silsilah yang benar sebuah
Hadist.
Imam Muslim banyak menulis
kitab-kitab Hadist, diantaranya
yang termashur adalah, al-Jami’ ash-Sahih atau dikenal sebagai Shahih
Muslim, al-Musnad al-Kabir , al-Asmah Wal-kun,al-Ilal, al-Qaran, Sualat
Ahmad bin Hambal, al-intifa’ bi Uhubis-Siba’, Al-Muhadramain, Man laisa lahu
Illa Rawin Wahid, kitab Auladish-shaba , dan kitab Auham al-Muhaddisin.
Selain itu,yang paling mashur adalah ash-Sahih, yang judul
lengkapanya adalah al-Musnad as-Shahih al- Mukhtashar
Min as-Sunan bin Naql al-Adl’an Rasul
Allah, berisi 3,033 Hadist.
Beliau wafat pada hari Ahad sore, dimakamkan di Nasr Abad,
salah satu daerah di luar Nisabur, pada
hari Senin, 25 Rajab 261 H/5 Mei 875 M, dalam usia 55 tahun.
c.
Imam Abu Dawud
|
Memandang Tinggi
Kedudukan Ilmu dan Ulama
Dituturkan oleh Imam al-Khattabi,
“Aku bersama Abu Dawud tinggal di Baghdad. Pada suatu ketika selesai
menunaikan shalat Maghrib, datang Amir Abu Ahmad al-Muwaffaq. Abu Dawud menemuinya seraya berkata:
“Gerangan apakah yang membawamu datang ke sini pada saat seperti ini?”
“Tiga kepentingan,” jawab Amir.
“Kepentingan apa?” tanyanya.
Amir menjelaskan, “Hendaknya tuan berpindah
ke Basrah dan menetap di sana, supaya para penuntut ilmu dari berbagai
penjuru dunia datang belajar kepada tuan; dengan demikian Basrah akan makmur kembali.
Abu Dawud berkata: “Itu yang pertama,
sebutkan yang kedua!”
“Hendaknya tuan berkenan mengajarkan kitab
Sunan kepada putra-putraku,” kata Amir.
“Ya, ketiga?” Tanya Abu Dawud kembali.Amir
menerangkan: “Hendaknya tuan mengadakan majlis tersendiri untuk mengajarkan
hadist kepada putra-putra khalifah, sebab mereka tidak mau duduk
bersama-sama dengan orang umum
.”Abu Dawud menjawab: “Permintaan ketiga
tidak dapat aku penuhi; sebab manusia itu baik pejabat terhormat maupun
rakyat melarat, dalam bidang ilmu sama.”
Ibnu Jabir menjelaskan: “Maka sejak itu
putra-putra khalifah hadir dan duduk bersama di majlis taklim.
|
Shahih
Sunan Abi Dawud
http://rifaielhafeez354.blogspot.com
|
Nama lengkapnya, Sulaiman bin Al-Asy’as bin
Ishaq bin Basyir bin Syidad bin ‘Amr Al-Azdi As-Sijistani, dilahirkan pada
tahun 202 H/817 M di Sijistan. Sejak kecil, Abu Dawud sudah
mencintai ilmu dan para ulama.Belum cukup dewasa, sudah mengunjungi dan mengelilingi berbagai negeri seperti Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Jazirah,
Sagar, Khurasan dan negeri-negeri lain, untuk belajar Hadist
dari para ulama. Hadist-Hadist
yang diperolehnyadisaring dan hasil
penyaringannya dibukukan dalam
kitab As-Sunan.
Abu Dawud mengunjungi Baghdad
berkali-kali untuk mengajarkan Hadist dan fiqh kepada penduduk dengan
menggunakan kitab Sunan sebagai
pegangannya. Kitab Sunan karyanya itu
dipuji oleh Ahmad bin Hanbal, ulama fiqh termasyhur dalam empat Imam
Madzhab.
Kemudian Abu Dawud menetap di Basrah
atas permintaan gubernur setempat yang menghendaki supaya Basrah menjadi pusat bagi para ilmuwan dan peminat Hadist.
Para ulama yang menjadi guru Imam Abu
Dawud sangat banyak jumlahnya, diantaranya Ahmad bin Hanbal, Al-Qa’nabi, Abu
‘Amr Ad-Darir, Muslim bin Ibrahim, Abdullah bin Raja’, Abu’l Walid At-Tayalisi dan lain-lain. Sebahagian
dari gurunya ada yang menjadi guru Imam Bukhari dan Imam
Muslim, seperti Ahmad bin Hanbal, Usman bin Abi Syaibah dan Qutaibah bin Sa’id.
Adapun para ulama yang menjadi muridnya atau mengambil ilmunya, antara lain Abu
‘Isa At-Tirmidzi, Abu Abdur Rahman An-Nasa’i, putranya sendiri Abu Bakar bin
Abu Dawud, Abu Awanah, Abu Sa’id al-A’rabi, Abu Ali al-Lu’lu’i, Abu Bakar bin
Dassah, Abu Salim Muhammad bin Sa’id al-Jaldawi dan lain-lain.
Abu Dawud adalah salah seorang ulama besar yang
prilakunya wara’, saleh dan
bijksana. Sifat-sifat mulianya
diungkapkan oleh sebahagian ulama dengan menyatakan:
“Abu
Dawud menyerupai Ahmad bin Hanbal dalam perilakunya, ketenangan jiwa dan
kebagusan pandangannya serta keperibadiannya. Ahmad dalam sifat-sifat ini
menyerupai Waki’, Waki menyerupai Sufyan as-Sauri, Sufyan menyerupai Mansur,
Mansur menyerupai Ibrahim An-Nakha’i, Ibrahim menyerupai ‘Alqamah dan ia
menyerupai Ibnu Mas’ud. Sedangkan Ibnu Mas’ud sendiri menyerupai Nabi SAW dalam
sifat-sifat tersebut.”
Imam
Abu Dawud menulis banyak kitab Hadist, antara
lain:Kitab As-Sunnan (Sunan Abu
Dawud), Kitab Al-Marasil. Kitab Al-Qadar, An-Nasikh wal-Mansukh, Fada’il
al-A’mal, Kitab Az-Zuhd. Dala’il an-Nubuwah, Ibtida’ al-Wahyu, Ahbar al-Khawarij. Kitabnya yang
banyak dikenal di kalangan umat muslim Indonesia adalah Kitab As-Sunan Abu Dawud.
Abu Dawud meninggal di Basrah pada
tanggal 16 Syawwal 275 H/889M. 72 thn
d.
Imam At-Tirmidzi
|
Kitab
Sunan At-Tirmidzi
http://tholabulilmiy.wordpress.com
|
Imam Tirmidzi
banyak mengarang kitab diantaranya, Kitab Al-ilal, Kitab Asma Ash-Shahabah, Kitab Al-Asma’ Al-Kuna, dan yang
terkenal adalah Kitab As-Sunan. Dalam bab Hadist Hasan
disebutkan bahwa Sunan At-Tirmidzi
adalah induk Hadist Hasan. Dalam kitab tersebut ada empat bagian: pertama
bagian yang dipastikan kesahihannya, kedua bagian yang mencapai syarat, Abu
Daud dan An-Nasai’, ketiga bagian yang jelas illatnya, keempat dalam hal yang ia terangkan dalam katanya
sendiri. ‘’Yang kutakhrijkan dalam
kitabku ini adalah Hadist yang telah diamalkan oleh sebagian ulama’’.
Diantara
keistimewaan kitab As-Sunan adalah
yang diisyaratkan oleh Abdullah bin Muhammd Al-Anshari dengan ucapan beliau: ‘kitab At-Tirmidzi bagiku lebih terang
dari pada kitab Al-Bukhari dan Muslim’.
Kitab At-Tirmidzi menurutnya bisa dicapai oleh setiap orang, baik ahli
fiqih ahli Hadist atau ahli yang lainnya.
Setelah
menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat, berdiskusi,
bertukar pikiran dan mengarang pada ahir hidupnya dia menderita penyakit
buta, beberapa tahun lamanya. Dalam keadaan seperti inilah Imam At-Tirmidzi
kemudian meninggal. Ia wafat di Tirmidzi pada malam Senin, 13 Rajab tahun 279 H/8 Oktober 892 dalam usia 70 tahun.
e.
Imam An-Nasai
|
Kitab
Sunan An-Nasa’i
http://wisnualfarisy28.blogspot.com
|
Nama lengkapnya
Abu Abdurrahman bin Syu’aib bin Ali
Ibnu Abi Bakar Ibnu Sinan an-Nasai,
lahir pada tahun 215 H. Dikenal
dengan nama Nasa’i dinisbatkan dengan kota Nasa’i , salah satu kota di
Khurasan. Imam Nasi’i menerima Hadist dari Sa’id, Ishaq bin Rahawahih dan
ulama-ulama lain dari tokoh Hadist di Khurasan, Hijaz, Irak, Mesir, Syam dan Jazirah Arab.
Imam Nasa’i terkenal karena ketinggian sanad Hadistnya. Kitab SunanAn-Nasa’i
mengandung lebih sedikit Hadist Dhaifnya, setelah Hadist Sahih
Bukhari dan Shahih Muslim. Diantara para
gurunya adalah Qutaibah bin Sa’id,
Ishaq bin Ibrahim, Ishaq bin Rahawaih Al-Harist bin Miskin, Ali bin
Kasyram, Imam Abu Daud, dan Imam Abu Isa At-Tirmidzi. Adapun ulama-ulama yang pernah berguru kepadanya diantaranya: Abu Al-Qasim
At-Tabarani (pengarang kitab
Mu’jam), Abu Ja’far At-Thahawi, Al-Hasan bin Al-Khadir As-Suyuti,
Muhammad bin Muawiyah bin Al-Ahamr An-Dalusi, Abu Naashr Al-Dalaby, dan Abu
Bakar bin Ahmad As-Sunni.
Kitab-kitab
Hadist karya Iman An-Nasa’i diantaranya: As-Sunan
al-Kubra yang dikenal dengan Sunan
An-Nasa’i, As-Sunan al-Mujtaba, Kitab at-Tamyiz, Kitab Adh-Dhu’afa,
Khasa’is Ali, Musnad Ali, Musnad Malik dan
Manasik al-Hajji .
Imam An-Nasa’i
wafat pada tahun 303 H/915 M dan
dimakamkan di Bait Al-Maqdis, Palestina.
f. Imam Ibnu
Majah
|
Kitab
Sunan Ibnu Majah
http://id.wikipedia.org
|
Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah Ar-Rabi’i Al-Qazwini.
Lebih akrab dipanggil Ibnu Majah. Ibnu Majah terkenal kejujuran dan akhlak
mulianya. Dilahirkan di Qazwin, Irak pada 209 H/824 M. Sebutan Majah
dinisbahkan kepada ayahnya, Yazid, yang juga dikenal dengan nama Majah Maula
Rab’at. Ibnu Majah mulai belajar sejak usia remaja dan menekuni bidang ilmu
Hadis pada usia 15 tahun kepada seorang guru ternama Ali bin Muhammad
At-Tanafasi. Bakat dan minatnya di bidang Hadis makin besar. Hal inilah yang
membuat Ibnu Majah berkelana ke beberapa daerah dan negara guna mencari,
mengumpulkan, dan menulis Hadist. Puluhan negeri telah ia kunjungi, antara lain
Rayy (Teheran), Basra, Kufah, Baghdad, Khurasan, Suriah, Mesir dan Hijaz. Ia menerima Hadist dari para ulama
Hadist di tempat-tempat yang dikunjunginya diantaranya dari Abu Bakar bin Abi
Syaibah, Muhammad bin Abdullah bin Numayr, Hisyam bin Ammar, Ahmad bin
Al-Azhar, Basyar bin Adam, dan para pengikut perawi dan ahli Hadis, Imam Malik
serta Al-Lays.Juga dari Ishaq bin Muhammad, Ali bin Ibrahim bin Salamah Al-Qattan,
Ahmad bin Ibrahim, dan sebagainya
Melalui
pertemuannya dengan berbagai ulama Hadist di berbagai tempat inilah, Ibnu Majah
dapat menghimpun dan menulis puluhan bahkan ratusan Hadis dari sumber-sumber
yang dipercaya kesahihannya.
Sepanjang
hayatnya, Imam Ibnu Majah telah menulis puluhan buku, baik dalam bidang Hadist,
sejarah, fikih, maupun tafsir. Di bidang tafsir, antara lain menulis Tafsir Al-Qur’anul Karim. Di bidang
sejarah, At-Tariikh, yang memuat
biografi para perawi Hadist sejak awal hingga ke masanya. Adapun karyanya yang paling monumental dan populer di kalangan Muslim dan
literatur klasik adalah kitab di bidang Hadist
berjudul Kitab Sunan Ibnu Majah.
Menurut Muhammad Fuad Abdul Baqi, penulis buku Mu’jam Al-Mufahras li Alfaz Alquran (Indeks Alquran), jumlah Hadist
dalam kitab Sunan Ibnu Majah berjumlah 4.241 buah Hadis.
Kontribusinya
di bidang ilmu-ilmu Islam itu, khususnya bidang ilmu Hadis, banyak mendapat
pujian dari para ulama besar lainnya. Abu Ya’la Al-Khalili Al-Qazwini
mengatakan, “Ibnu Majah adalah seorang yang
terpercaya, yang disepakati tentang kejujurannya, dapat dijadikan pdoman
pendapat-pendapatnya. Ia mempunyai pengetahuan luas dan banyak menghafal Hadist’.
Begitu juga Ibnu Katsir, ulama Tafsir
termasyhur mengatakan dalam kitabnya, Al-Bidayah: “Muhammad bin Yazid (Ibnu Majah) adalah pengarang kitab sunan yang
masyhur. Kitabnya itu merupakan bukti atas amal dan ilmunya, keluasan
pengetahuan dan pandangannya, serta kredibilitas dan loyalitasnya kepada Hadis
dan usul serta furu’.”
Ibnu Majah
meninggal pada tanggal 22 Ramadhan 273 H/887 M, di tanah kelahirannya, Qazwin,
Irak.
2. Empat
Ulama Madzhab
|
a.
Imam Hanafi
|
Imam Abu
Hanifa
Sumber : http://adilkurnia.wordpress.com
|
Nu’man bin Tsabit bin Zuta
bin Mahan At-Taymi, dikenal sebagai Abu Ḥanifah, lahir di Kufah, Irak pada 80 H / 699 M dan wafat di Baghdad, Irak, 148 H / 767 M,
sebagai pendiri Madzhab Hanafi.
Masjid
Imam Abu Hanifah, Baghdad Irak.
Sumber
: http://en.wikipedia.org
|
Pada masa remajanya, telah
menunjukkan kecintaannya kepada ilmu. Disamping menuntut ilmu fiqh, juga
mendalami ilmu tafsir, hadits, bahasa arab dan ilmu hikmah. Meski anak seorang
saudagar kaya, kehidupannya sangat sederhana. Abu Hanifah seorang yang takwa
dan soleh, seluruh waktunya lebih banyak diisi dengan amal ibadah. Jika berdoa
air matanya bercucuran mengharapkan keridhaan Allah SWT.
Abu Hanifah merupakan
seorang Tabi’in, generasi setelah sahabat Nabi, karena pernah bertemu dengan
sahabat Nabi, diantaranya bernama Anas bin Malik, dan meriwayatkan Hadist
darinya.
Selanjutnya, Imam Hanafi
disebut sebagai tokoh yang pertama kali menyusun kitab fiqh berdasarkan
kelompok-kelompok mulai dari bab kesucian (taharah),
salat dan seterusnya, yang kemudian diikuti oleh ulama-ulama sesudahnya seperti
Malik bin Anas, Imam Syafi’i, Abu Dawud, Bukhari, Muslim dan lainnya.
Madzab Hanafi dan fatwa-fatwanya disebarluaskan oleh murid-muridnya
sehingga tersebar luas dan dikenal sebagai salah satu madzab yang empat. Di
antara muridnya yang terkenal adalah Muhammad bin Al-Hassan Al-Shaibani, guru
dari Imam Syafi’i.
Karya-karya yang
ditinggalkan oleh Imam Hanafi diantaranya
Fiqh Akhbar, Al ‘Alim Walmutam dan Musnad Fiqh Akhbar.
Dalam menetapkan hukum,
Imam Hanafi menggunakan metode berdasarkan Al
Quran, Sunnah Rasul, Fatwa sahabat, Qiyas, Istihsan, Ijma’ dan ‘Urf. 'Urf
maksudnya adalah adat kebiasaan orang muslim dalam suatu masalah tertentu yang
tidak ada nashnya dalam Al-Qur’an, Sunnah dan belum ada prakteknya pada masa
sahabat.
b.
Imam Maliki
|
Nama lengkapnya Abu abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr bin Al-Haris bin Ghaiman bin Jutsail bin Amr bin Al-Haris Dzi Ashbah, dilahirkan di Madinah al Munawwaroh pada tahun 93 H (pendapat lain tahun 90 H, 94 H dan 95 H).
Imam Malik menerima Hadist dari 900 orang
(guru), 300 dari golongan Tabi’in dan 600 dari Tabi’ut tabi’in.
Imam Malik belajar di Madinah dan menulis kitab Al-Muwatta, yang disusun selama 40 tahun, dan telah ditunjukan kepada 70 ahli Fiqh
di kota Madinah. Kitab Al Muwaththa’
berisi 100.000 hadits, yang diriwayatkan oleh lebih dari seribu orang dan yang
paling masyhur adalah riwayat dari Yahya bin Yahyah Al-Laitsi Al-Andalusi
Al-Mashmudi.
Kitab Al-Muwaththa berisi Hadist-hadist serta
pendapat para sahabat dan ulama-ulama Tabi’in yang membahas tentang ilmu dan
hukum-hukum agama Islam. Kitab ini ditulis atas anjuran Khalifah Al-Mansur.
Imam Malik menyusun mazhabnya atas empat dasar rujukan: Kitab Suci, Sunnah
Rasul, Ijma’, dan Qias. Pada masanya Imam Malik paling berpengaruh di seluruh
Hijaz, dikenal dengan sebutan “Sayyid
Fuqaha Al-Hijaz” (pemimpin ahli fiqih di seluruh daerah Hijaz). Ia
mempunyai banyak sahabat (murid), di antaranya yang terkenal ialah Muhammad bin
Idris bin Syafii, Al-Laisy bin Sa’ad, Abu Ishaq Al-Farazi.
Pengikut mazhab Imam Malik yang terbanyak terdapat di Tunisia, Tripoli,
Magribi, dan Mesir.
ImamMalik menderita sakit selama 22 hari, kemudian 10
hari setelah itu ia wafat. Sebagian meriwayatkan Imam Malik wafat pada 14
Rabiul awwal 179 H pada usia 87 tahun.
c.
Imam Syafi’i
|
Makam
Imam Malik,Jannatu Baqi, Madinah
Sumber
: http://islam.ru
|
Makam
Imam as-Syafi’i di Kairo, Mesir
Sumber
: http://www.usna.edu
|
Imam Syafi’i
Sumber gambar:
http://www.danyalmin..wordpress.com
|
Imam Syafi’i merupakan keturunan Quraisy, dari Bani Muththalib, nasabnya bertemu Rasulullah di Abdul Manaf.Dilahirkan di
Khuzzah tahun 150 H. Perjalanan hidupnya
dimulai sejak wafat ayahnya. Sang ibu
membawanya ke Mekah. Sejak kecil Imam Syafi’i cepat menghafal syair, pandai bahasa Arab dan sastra. Saatusia 7 tahun, telah hafal Al-Qur’an, dan pada usia10
tahun, hafal Al-Muwatta). Imam Syafi’i berguru fiqh kepada Muslim bin Khalid Az-Zanji. Juga belajar kepada Dawud bin Abdurrahman
Al-Atthar, Muhammad bin Ali bin Syafi’, Sufyan bin Uyainah, Abdurrahman bin Abi
Bakr Al-Mulaiki, Sa’id bin Salim, Fudhail bin Al-Ayyadl dan masih banyak lagi
yang lainnya. Padausia 15 tahun diizinkan berfatwa oleh
gurunya, Muslim bin Khalid Az-Zanji..
Kecerdasannya
ini mendapat pujin dari Ali bin Usman, “Saya tidak pernah melihat seseorang yang lebih pintar daripada Syafii”.
Sesungguhnya tidak ada seorang pun yang menyamainya di masa itu. Ia pintar
dalam segala pengetahuan, sehingga bila ia melontarkan anak panah, dapat
dijamin 90% akan mengenai sasarannya”.
Ketika hampir berumur 20 tahun, pergi ke Madinah untuk berguru
kepada Imam Malik.Kemudian pergi ke Irak, bergaul dengan sahabat-sahabat Imam Abu
Hanifah. Selanjutnya ke Parsi dan beberapa negeri lain.
Dalam
perjalanan ke berbagai negeri membawa banyak pengetahuan dan pengalaman
tentang kehidupan manusia. Hal ini menjadi sangat berguna baginya sebagai alat untuk mempertimbangkan hukum berbagai peristiwa.
Imam Syafi’i diminta oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid supaya tinggal di Baghdad dan menyiarkan agama. Pandangan dan pendapatnya diterima oleh segala lapisan.
Imam Syafi’i
bergaul baik dengan rakyat maupun dengan pemerintah, bertukar pikiran dengan
ulama-ulama terutama sahabat-sahabat Imam Abu Hanifah. Pertemuan langsung Imam Syafi’i dengan Imam Ahmad bin Hanbal
terjadi di Mekah pada tahun 187 H dan di Baghdad tahun 195 H. Dari Imam Ahmad
bin Hanbal, Imam Syafi’i banyak belajar tentang ilmu fiqh, ushul madzhab, penjelasan
nasikh dan mansukhnya. Melalui
pergaulannya inilah Imam Syafi’i dapat menyusun pandangan-pandangannya, yang
dikenal dengan ‘’qaul qadim”
(pendapat yang pertama).
Kemudian ia
kembali ke Mekah hingga tahun 198 H. Pada tahun yang sama pergi ke Mesir. Di Mesir inilah, Imam Syafi’i
menyusun pendapatnya yang baru, yang dikenal dengan istilah ‘’qaulul
jadid’’.
Imam Syafi’i
seorang mujtahid mutlak, Ulama Fiqh, Ulama Hadist, dan Ushul. Ia mampu
memadukan Fiqh ahli Irak dan Fiqh ahli Hijaz.
Dasar madzhabnya ialah Al Quran,
Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Diantara karya monumentalnya adalah “Ar-
Risalah” buku pertama tentang ushul fiqh dan kitab “Al -Umm” yang berisi Madzhab Fiqhnya yang baru.
Wasiatnya yang
penting, terutama bagi ulama yang mendukung dan mengikuti mazhab Syafi’i, ialah
“Apabila hadits itu sah, itulah mazhabku, dan buanglah perkataanku
yang timbul dari ijtihadku”.
Pengikut mazhab
Syafi’i yang terbanyak adalah di Mesir,
Kurdistan, Yaman, Aden, Hadramaut, Mekah, Pakistan, dan Indonesia. Imam Syafi’i
wafat di akhir bulan Rajab
pada tahun 204 H, di Mesir.
d.
Imam Hambali
|
.
Nama lengkapnya, Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad Al-Marwazi Al Baghdadi, lahir pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 164 H di Baghdad. Pada usia 15 tahun hafal Al-Qur’an. Dia juga dikenal sebagai orang yang paling indah tulisannya.
Imam Ahmad bin Hambal mempunyai hafalan yang kuat, hafal lebih dari satu
juta Hadist. Banyak pujian dari para ulama tetang keistimewaan hafalan Imam Hambali, sebagaimana dikatakan Imam
Asy-Syafi’i, bahwa “Ahmad bin Hambal adalah imam
dalam delapan hal: Imam dalam Hadist, Imam dalam Fiqih, Imam dalam bahasa, Imam
dalam Al Qur’an, Imam dalam kefaqiran, Imam dalam kezuhudan, Imam dalam wara’
dan Imam dalam Sunnah”.
Kezuhudannya pun sangat terkenal, seperti yang diceritakan oleh Al-Maimuni
bahwa rumah Abu Abdillah Ahmad bin Hambal sempit dan kecil. Ia memakai peci
yang dijahit sendiri dan kadang ke tempat membawa kampak untuk bekerja dengan
tangannya. Begitu juga sifat tawadhu'nya. Yahya bin Ma’in berkata, “Saya tidak pernah melihat orang yang seperti
Imam Ahmad bin Hambal, saya berteman dengannya selama lima puluh tahun dan
tidak pernah menjumpai dia membanggakan sedikitpun kebaikan yang ada padanya
kepada kami”.
Guru-guru Imam Ahmad bin Hambal jumlahnya lebih dari 280 ulama yang berasal
dari berbagai tempat seperti Mekkah Kufah, Bashrah, Baghdad, Yaman dan
lainnya. Guru-guru tersebut diantaranya
Ismail bin Ja’far, Abbad bin Abbad Al-Ataky, Umari bin Abdillah bin Khalid,
Husyaim bin Basyir bin Qasim bin Dinar As-Sulami, Imam Syafi’i, Waki’ bin
Jarrah, Ismail bin Ulayyah, Sufyan bin ‘Uyainah, Abdurrazaq, Ibrahim bin
Ma’qil. Adapun para muridnya diantaranya Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu
Daud, Imam Nasa’i, Imam Tirmidzi, Ibnu
Majah, Imam Asy-Syafi’i, Shalih bin Imam Ahmad bin Hambal, Abdullah bin Imam
Ahmad bin Hambal, Hambal bin Ishaq dan lainnya.
Kitab-kitab karyanya sangat banyak, diantaranya: Kitab Al -Musnad yang berisi lebih dari dua puluh tujuh ribu
Hadist, Az-Zuhud, Fadhail Ahlil Bait,
Jawabatul Qur’an, Al -Imaan, Ar-Radd ‘alal Jahmiyyah, Al-Asyribah dan
Al-Faraidh.
Imam Hambali meninggal pada umur 77
tahun hari Jum’at, 12 Rabi’ul Awwal tahun
241 H. Dalam proses penguburannya dihadiri oleh 800.000 orang pelayat
lelaki dan 60.000 orang pelayat perempuan.
3.
Ulama Tafsir
|
a.
Imam Ibnu Jarir At-Tabari
|
Nama lengkapnya
Abu Ja'far Muhammad bin Jarir bin Yazid
bin Katsir bin Ghalib Al-Amali At-Tabari, lebih dikenal sebagai Ibnu Jarir atau At-Tabari. Lahir di daerah Amol,
Tabaristan (sebelah selatan Laut Kaspia) pada tahun 838 M. Hidup dan tumbuh di lingkungan
keluarga berada dan perhatian penuh terhadap pendidikan, terutama bidang
keagamaan. Pada masanya, perkembangan
kebudayaan Islam di bidang ilmu pengetahuan sedang mengalami kejayaan dan kemajuannya. Kondisi
ini semakin mengembangkan kecintaannya
terhadap ilmu pengetahuan. Kegiatan
menghafal Al-Qur’an dimulainya sejak usia 7 tahun, dan melakukan pencatatan
hadis dimulai sejak usia 9 tahun. Semangatnya luar biasa dalam menuntut ilmu sekaligus juga semangat
untuk melakukan ibadah. Pada usia 8 tahun,
memperoleh kepercayaan menjadi imam salat.
Ia melakukan perjalanan keilmuan ke kota Ray, Baghdad, Suriah dan juga di
Mesir. Ke Rayy berguru kepada al-Razi,
di bidang Hadist kepada Al-Musanna bin Ibrahim al-Ibili. Ke Baghdad ingin berguru kepada Ahmad bin Hanbal, sayang sesampainya disana ternyata telah wafat.
Kemudian menuju dua kota besar di selatan Baghdad, yakni Basrah dan Kufah.
Di Basrah berguru kepada Muhammad bin’Abd Al-A’la
Al-San’ani (w. 245 H/ 859 M), Muhammad bin Musa Al-Harasi (w. 248 H/ 862 M) dan
Abu Al-‘As’as Ahmad bin Al-Miqdam (w. 253 H/ 857 M), dan Abu Al-Jawza’ Ahmad
bin ‘Usman (w. 246 H/ 860 M). Khusus di bidang tafsir ia berguru kepada seorang
Basrah Humayd bin Mas’adah dan Bisr bin Mu’az Al-‘Aqadi (w.akhir 245 H/ 859-860
M), meski sebelumnya pernah banyak menyerap pengetahuan tafsir dari seorang
Kufah Hannad bin Al-Sari (w. 243 H/ 857 M).
Setelah beberapa
waktu di dua kota tersebut, kemudian
kembali ke Baghdad dan menetap untuk waktu yang lama. Ia memusatkan perhatian pada qira’ah (cara baca) dan fiqh dengan
bimbingan guru, seperti Ahmad bin Yusuf Al-Sa’labi, Al-Hasan Ibnu Muhammad
Al-Sabbah Al-Za’farani dan Abi Sa’id al-Astakhari. Kemudian, melakukan perjalanan keilmuan lagi
ke berbagai kota untuk mendalami
gramatika, sastra dan qira’ah. Hamzah dan Warasy termasuk orang-orang
yang memberikan kontribusi ilmunya kepada At-Tabari.
Keduanya tidak saja dikenal di Baghdad, tetapi juga di Mesir, Syam, Fustat, dan
Beirut. Dorongan kuat untuk menulis kitab tafsir diberikan oleh salah seorang
gurunya Sufyan Ibnu ‘Uyainah dan Waqi’ Ibnu Al-Jarrah, Syu’bah bin Al- Hajjaj,
Yazid bin Harun dan ‘Abd Ibnu Hamid.
At-Tabari banyak menulis kitab berkaitan dengan berbagai
bidang ilmu, seperti ilmu Tafsir, Ilmu Sejarah, Hadist, hukum, teolgi, etika, dan
lain-lain. Di antara karyanya yang terkenal adalah Tarikh ar-Rusul wa
al-Muluk (Sejarah Para Rasul dan Raja),atau lebih dikenal sebagai Tarikh
at-Tabari. Kitab ini berisi sejarah dunia hingga tahun 915, dan terkenal
karena keakuratannya dalam menuliskan berbaga peristiwa dalam sejarah Arab dan
Muslim.
Karya lainnya yang juga terkenal berupa tafsir
Quran bernama Tafsir Al-Tabari, yang
sering digunakan sebagai sumber oleh pemikir muslim lainnya, seperti Baghawi,
As-Suyuthi dan juga Ibnu Katsir.
At-Tabari wafat pada hari Senin, 27 Syawal 310 H
bertepatan dengan 17 Pebruari 923 M dalam usia 85 tahun.
b.
Imam Ibnu Katsir
|
Nama
lengkapnya, Imaduddin Isma’il bin,Umar bin Katsir Al-Qurasyi Al-Bushrawi, dilahirkan di Mijdal,
sebuah tempat di kota Bashrah pada tahun 701H/1302 M). Ayahnya, seorang khatib
dan meninggal ketika Ibnu Katsir baru
berusia empat tahun. Selanjuntnya, diasuh dan dididik oleh kakaknya, Syaikh
Abdul Wahhab. Pada usia lima tahun diajak pindah ke Damsyik, negeri Syam pada tahun 706
H.
Ulama-ulama yang pernah menjadi gurunya
adalah:
1.
Syaikh Burhanuddin Ibrahim bin
Abdirrahman Al-Fazari yang terkenal dengan nama Ibnul Farkah (wafat 729 H).
2.
Di Damsyik Syria,
beliau belajar dengan Isa bin Al-Muth’im,
3.
Ahmad
bin Abi Thalib, terkenal dengan nama Ibnu Syahnah (walat 730H),
4.
Ibnul
Hajjar yang (wafat 730 H),
5.
Baha-uddin
al-Qasim bin Muzhaffar Ibnu Asakir, ahli hadis negeri Syam yang wafat pada
tahun 723 H,
6.
Ibnu
Asy-Syirazi,
7.
Ishaq
bin Yahya Al-Amidi Afifuddin ulama Zhahiriyah (wafat 725 H),
8.
Muhammad
lbnu Zarrad, menyertai Syaikh Jamaluddin Yusuf bin Az-Zaki Al’Mizzi (wafat
742H), beliau mendapat banyak faedah dan menimba ilmu darinya dan akhirnya
beliau menikahi puterinya.
9.
Syaikhul
Islam Taqiyyuddin Ahmad bin Abdil Halim bin Abdis Salam bin Taimiyyah (wafat
728 H),
10.Syaikh al-Hafizh, seorang ahli tarikh (sejarah), Syamsuddin
Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsman bin Qayimaz Adz-Dzahabi (wafat pada tahun 748
H).
11.Ulama
Mesir yang memberi beliau ijazah adalah
Abu Musa al-Qarafi,
12.Abul Fath Ad-Dabbusi
13.Ali bin Umar
As-Sawani dan lain-lain.
Beberapa
pandangan para ulama tentang Ibnu Katsir, diantaranya Al-Hafizh Adz-Dzahabi
dalam Al-Mu’jam al-Mukhtashsh
mengatakan:
“Ia
adalah seorang imam lagi pemberi fatwa, ahli hadis yang pakar, ahli fiqih yang
berwawasan luas, ahli tafsir dan memiliki banyak tulisan yang bermanfaat.”
Al-Hafizh
Ibnu Hajar al-’Asqalani dalam ad-Duraral-Kaaminah mengatakan:
“Ia selalu menyibukkan diri dengan Hadits, menelaah matan
dan rijal hadis. Beliau adalah orang
yang memiliki hafalan yang banyak, kecerdasannya bagus, memiliki banyak karya
tulis semasa hidupnya dan telah memberikan manfaat yang sangat banyak kepada
orang-orang selepas meninggal.”
Murid-murid yang belajar kepadanya
sangatlah banyak, diantaranya Ibnu Haji.
Beberapa karyanya yang terkenal adalah:
1.
Tafsir
al-Qur-an, kitab tafsir dengan riwayat, telah
diterbitkan berulang kali dan telah diringkas oleh banyak ulama.
2.
Al-Bidaayah wan
Nihayah, terdiri dari
14 jilid, berisi kisah-kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu, sirah Nabawiyah, sejarah Islam.
3.
At-Takmiil fi Ma’rifatis Siqat wa
Dhu’afa wal Majaahil. Di dalamnya terangkum dua kitab
dari tulisan guru beliau, yaitu al-Mi zzi dan adz-Dzahabi(Tahdzibul Kamal fi
Asma Rijal) dan (Liizan I’tidal fii Naqdir Rijal) dengan
disertai beberapa tambahan yang bermanfaat dalam masalah al-jarh wat ta’dil.
4.
Jami’ al-Masanid, berisi Musnad Imam bin
Hanbal, A|-Bazzar, Abu Ya’la Al-Mushili, Ibnu Abi Syaibah, beserta Kutubus Sittah. Disusun
berdasarkan bab-bab fiqih
5.
Thabaqaat asy-Syafi’iyyah, berisi biografi Imam
Asy-Syafi’i.
6.
Sirah Nabawiah,
berisi sejarah
Nabi Muhammad saw. Dan lain-lain.
Menurut Al-Hafizh Ibnu Hajar al-’Asqalani,Ibnu Katsir hilang penglihatan di akhir hayatnya
dan wafat di Damaskus, Syam pada tahun 77 4 H/ 1373 M.
sumber: Buku Sejarah Kebudayaann Islam KEMENAG Kurikulum 2013